Part 42 [Kecewa]

954 81 6
                                    

Pukul jam 12 malam, di belakang sekolah. Glen menatap tajam ke arah Aldo yang tersenyum semirk. Ah, rasanya Glen ingin segera menggibas Aldo.

"Berapa anggota geng lo?" tanya Aldo iseng-iseng, ia tahu jika anggota geng Glen tak sebanyak gengnya.

"Ya, sekitar seratusan," jawab Glen sedikit malas. Ia menghembuskan napasnya kesal, lalu pria itu mengangkat tongkat baseball ke arah pundaknya.

"Untung gua bawanya sekitar dua ratusan orang, kalo lebih dari ini abis lo," cercanya sambil menunjuk geram ke arah Glen.

Glen menatap dingin ke arah Aldo.

Buagh!

Pria itu tanpa ragu-ragu memukul wajah Aldo dengan menggunakan tongkat baseball yang ia genggam.

Wajah Aldo sempat berpaling, pria itu lantas mengeluarkan api amarah yang berkobar-kobar. "BANGSAT!" umpatnya.

Lantas Aldo memberi aba-aba terhadap anak buahnya untuk mengambilkan senjata. Dua orang wanita memakai topeng memberikan sebuah rantai besar dengan ujung bola besi. Apakah Aldo bisa mengangkatnya? Mungkin.

Glen memicingkan matanya ketika dua orang gadis berdiri di samping kanan dan kiri Aldo. Untuk apa Aldo membawa kaum perempuan seperti ini?

"Mana bos lo? Pengecut!" cibir Glen dengan entengnya. Tentu saja hal itu membuat Aldo semakin geram dengan orang ini, tak heran jika Aldo masih memiliki dendam tersembunyi kepada Glen.

Aldo berusaha menenangkan sikapnya, jangan sampai ia terbawa emosi lagi. Ah, susah sekali bagi Aldo untuk bersikap santai seperti Rizal walau pun dalam keadaan genting seperti ini.

Pria bertubuh sangar itu lantas tersenyum devil ke arah Glen. "Bos gua? Dia terlalu mahal buat nunjukin dirinya di hadapan lo semua," desis Aldo. Padahal, anggota inti jervanos sudah pernah melihatnya dan berteman dekat. Tetapi diam-diam menusuk di belakang. Siapa? Lidya tentunya.

"Terlalu mahal, atau emang Bos lo kagak bisa ngapa-ngapain? Oh ya, gua lupa kalo Bos lo habis kecelakaan, untung aja kagak mati," jawab Glen dengan entengnya. Aldo mengepalkan kedua tangannya.

"JANGAN MIMPI ADA DAMAI DI ANTARA GENG KITA, SIALAN!" teriak Aldo membahana. Ia langsung mengangkat rantai yang ia genggam dan mengayunkannya ke arah Glen. Beruntung Glen masih bisa menghindar.

Seluruh anggota bercampur menjadi satu, hantaman demi hantaman dilakukan oleh kedua geng itu. Glen mendaratkan bogem ke arah Aldo. Sang empu meringis kesakitan. Tetapi, Aldo langsung membalasnya dengan menonjok pelipis Glen. Nyatanya senjata yang mereka gunakan tak berarti apa-apa, akhirnya berkelahi dengan tangan kosong.

Gara, pria itu selalu memiliki kedua bola mata dan indra pendengaran yang sangat tajam. Ia sangat ahli dalam memperhatikan gerak gerik lawan. Gara terdiam dan mulai waspada le arah samping kanan dan kirinya. Benar saja, seseorang hendak memukul Gara dengan menggunakan balok kayu namun lebih dulu ditangani oleh Gara.

Katroy? Ah, pria yang satu ini sungguh brutal dalam menghabisi lawannya.

Sedangkan Very, ia dengan lincahnya membalas serangan lawan dengan satu tangan dan menghindari pukulan lawan hanya dengan cara bergeser-geser tempat. Daebak!

Bidin dan Ega? Entah lah kedua pria songong itu sangat konyol sekali. Masa iya, lawan diikat kedua tangannya dan wajahnya dijejalkan ketika oleh keduanya. Benar-benar sinting mereka berdua!

Di tengah kerusuhan antar kedua geng, mobil polisi membunyikan sirinenya. Masih terdengar samar-samar.

"BALIK WOY!" teriak Aldo, ia memberi aba-aba terhadap anak buahnya begitu juga Glen. Mereka semua menaiki motornya masing-masing.

Menikah Dengan Badboy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang