Part 25 {Embun Pagi}

33 3 1
                                    

Suara burung berkicauan menandakan pagi telah menyapa, adzan subuh juga telah berkumandang Dita terbangun dari alam mimpinya, ia lalu bergegas bangun dan membangunkan kedua Kakak nya.

"Kak Ana, Kak Lita bangunnnnnn."

Lita dan Ana mengerjap-ngerjapkan mata nya yang masih berat untuk bangun, "Astaghfirullah Ta, nggak bisa ya. Bangunin dengan cara yang halus dan benar." Ana mengoceh  dengan mata yang masih terpejam.

"Ayo Kak bangun, sudah subuh bagaimana kalau kita sholat subuh berjamaah di Masjid?" Ujar Dita sambil menaik turunkan alisnya.

"Rumah kita itu jauh dari Masjid dan Mushola Ta, kalau mau ke Masjid harus naik Sepeda dulu karena Masjid nya berada dekat dengan Pondok." Jelas Lita kepada adik nya.

"Ya kita kesana saja Kak, naik Sepeda kan Kakek punya 3 Sepeda kita bisa pakai Sepeda Kakek buat kesana." Tawar Ana.

"Nggak usah kita Sholat berjamaah diRumah saja, nanti baru kita bersepeda kalau sudah selesai Sholat." Jawab Lita.

Setelah selesai berdebat mereka bertiga segera mengambil wudhu dan melaksanakan kewajibannya yaitu Sholat Subuh.

***

"Mau kemana sayang?"

"Astaghfirullah Alhazim." Mereka bertiga kaget sendiri melihat Dina sudah berdiri didepan mereka.

"Ya Allah Ma, Dita kira siapa tadi." Jawab Dita sambil menetralkan detak jantungnya.

"Ma kita Sepeda an boleh nggak, sama ke Sawah punya nya Kakek?" Ijin Dita kepada Mama nya.

Dina mencoba mengingat-ingat Sepeda yang ada di garasi ada atau tidak. "Mama ingat Sepeda nya cuma 3 sayang."

"Nggak papa Bu, nanti biar Arka pakai Sepeda dia sendiri biar ambil di Rumah." Ujar Ana tanpa merasa bersalah.

"Ya udah kalau begitu kalian hati-hati, dan ingat Sawah punya nya Kakek itu kan deket nya Pondok jadi kalian jangan berteriak-teriak terutama Dita dan Ana. Kamu ingettin ya Ta takutnya mereka nggak bisa mengontrol mulut nya agar nggak berteriak." Nasihat Dina.

"Iya Ma, Dita nggak secerewet itu kok Ma Dita tau tempat kalau mau cerewet, hehe." Ujar Dita sambil menampilkan gigi putih nya dibalik cadar.

***

Mereka berempat mengayuh Sepeda nya dengan pelan, karena mereka juga ingin menikmati Embun pagi serta sejuknya udara dipagi hari.

Dita selalu menampilkan senyuman manisnya dibalik cadarnya meskipun nggak ada yang tau kalau ia sedang tersenyum tetapi tercetak jelas diwajahnya kalau ia sekarang sedang tersenyum. Dita sungguh bersyukur atas nikmat Allah yang telah diberikan kepada nya, dan apalagi indahnya ciptaan Allah yang ada dihadapannya, sungguh indah dan menyejukkan.

"Bagus ya Kak pemandangannya dan menyejukkan." Gumam Dita.

Ke empat nya memutuskan untuk menuntun Sepeda nya masing-masing karena mereka sudah berada didepan gerbang Pondok. Karena sawah Kakek Abraham yang berada didekat Pondok maka dari itu mereka memutuskan menuntunnya sampai diSawah.

"Umi.."

Arka langsung menghampiri wanita paruh baya serta laki-laki yang seperti seumuran dengannya yang berdiri didepan gerbang Pondok Pesantren Al-hikmah ini.

"Assalamu'alaikum Umi, Gus Azzam."

Salam Arka ucapkan kepada kedua orang yang dipanggilnya Umi dan Gus itu.

"Wa'alaikumsalam." Balas keduanya bersamaan.

Ana, Lita, dan Dita lalu menyusul Arka untuk sekedar menyapa.

"Ini siapa Ka, kok Umi baru melihatnya disini." Ujar wanita paruh baya itu.

"Ini sepupu-sepupu Arka Umi." Balas Arka sambil memperkenalkan mereka bertiga.

"Subhanallah, sudah berapa lama kamu memakai cadar Nak?" Ujar wanita yang dipanggil Umi tadi kepada Dita.

Dita yang merasa diajak bicara ia langsung mendongakan kepalanya menatap kearah Wanita paruh baya itu. "Baru 1 bulan ini Umi." Balas Dita sambil tersenyum.

Wanita paruh baya itu merupakan pemilik Pondok Pesantren Al-Hikmah, dan yang dipanggilnya Azzam itu merupakan Anak kedua nya Umi Maryam yang bernama Muhammad Azzam.

Umi Maryam tersenyum sambil mengusap kepala Dita pelan. "Semoga Istiqomah ya Sayang, Umi sungguh bahagia melihat seorang perempuan yang masih muda sudah berani memutuskan bercadar."

Dita hanya tersenyum dibalik cadar nya, Dita menatap sekilas kerah Umi Maryam lalu menunduk kembali karena sadar kalau ia sedang diperhatikan sama Anak nya Umi Maryam yang bernama Azzam tadi.

"Umi suka sama dia Zam, nanti kalau kamu sudah besar lamar lah dia untuk menjadi menantu Umi ya." Bisik Umi Maryam tepat ditelinga anaknya.

Laki-laki itu tersenyum mendengar ucapan dari Umi nya ini, bagaimanapun juga Azzam sebenarnya kagum melihat penampilan Dita. Azzam juga berdoa kepada Allah semoga ia nanti bisa mendapatkan calon istri yang baik dan Sholeh tentunya.

"Umi Maryam kayaknya suka sama kamu Ta." Bisik Ana tepat ditelinga adik sepupunya ini.

***

Hari ini keluarga besar Abraham sedang menikmati Sarapan pagi di meja Makan, Sarapan pagi ini dipenuhi dengan candaan dari Cucu-cucu Kakek Abraham serta sesekali mereka juga menceritakan awal pertemuan mereka dengan Umi Maryam pemilik Pondok Pesantren Al-hikmah.

"Bu, seperti nya putri kedua ibu bakalan ada yang lamar saat sudah selesai sekolah." Goda Arka kepada Dita.

"Maksud nya?" Tanya Dina kepada Arka.

Arka menatap kearah Dita sambil menahan tawa nya. "Sepertinya Umi Maryam sangat menyukai Dita Bu, dan sepertinya Gus Azzam juga kagum dengan Dita."

Dita langsung menyenggol tangan Kakak Sepupunya dengan Sikunya. "Apasih Kak, belum tentu."

"Tapi Mama setuju kalau saumpama Gus Azzam melamar kamu sayang."

Uhukk..uhukk..

Dita tersedak ludah nya sendiri saat mendengar pernyataan dari Mama nya tadi.

Apa tadi?

Mama nya setuju kalau dia dilamar Gus Azzam, orang Mama nya juga belum tau gimana Gus Azzam tetapi main menyetujui saja. Ada-ada saja Mama nya ini pikir Dita.

"Kakek juga setuju Sayang kalau Gus Azzam jadi calon suami kamu." Balas Kakek Abraham.

"Nenek juga setuju."

"Papa juga setuju."

"Tante juga."

"Om juga."

Huwaa,,

Sebenarnya keluarga nya ini kenapa sih? Kok asal bilang setuju-setuju saja dia aja masih kelas 7 SMP semua keluarga nya malah membahas hal yang tak penting menurutnya, karena yang ada dipikirannya kali ini hanya ingin belajar sungguh-sungguh agar tercapai cita-cita nya serta untuk memperdalam ilmu Agama nya hanya itu. Dan ini kelaurga nya malah bahas soal Calon suami untuk nya.

"Tapi Ta, tadi Kakak perhatikan Gus Azzam sering melirik-lirik kamu meskipun hanya sekilas dan kembali menundukan kepalanya lagi." Ujar Lita ikut nimbrung dengan pembicaraan keluarganya.

"Gus Azzam merasakan cinta pandangan pertamanya untuk Dita Kak." Ujar Ana dengan tampang santainya meskipun ditatap oleh Dita dalam.

"Kamu kan bakalan Mondok disana sama Kakak kan Ta, mungkin saja jodohmu memang Gus Azzam." Goda Arka lagi.

"Jodoh ditangan Allah Kak, kalau memang Gus Azzam Jodoh Dita yang dikirimkan Allah untuk Dita ya Dita terima saja, kalau Jodoh Dita bukan Gus Azzam mungkin Allah sudah mempersiapkan yang lebih baik dari Gus Azzam." Jawab Dita.

Ini yang mereka sukai dari Dita, meskipun masih SMP gadis itu punya pemikiran yang dewasa.

"Tapi Nenek yakin kalau Gus Azzam jodoh yang dikirimkan Allah untukmu sayang."

Cinta Sepihak ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang