Part 20 {Minta Izin?}

52 1 1
                                    

Hari ini adalah hari minggu hari dimana semua orang bisa menghabiskan waktu bersama keluarganya, berbeda dengan Dita yang sekarang sedang melamun diatas balkon kamarnya sambil mendengarkan kajian online yang selalu ia ikuti setiap hari nya, didalam kajian itu terlihat sedang membahas tentang pengertian cadar.

Tiba-tiba air mata menetes membasahi kedua pipinya, ia sebenarnya ingin mengenakan cadar tetapi. apakah boleh ia mengenakan cadar disaat masih sekolah.

Lita melihat adiknya menangis langsung menghampiri adiknya itu. "Kamu kenapa dek?"

Dita mendongak menatap tepat ke manik mata Lita kakaknya itu. "Kak." Dita langsung memeluk kakaknya erat.

"Kenapa, hmm."

Dita semakin mempererat pelukannya. "Kak, Dita ingin memakai cadar."

Lita menangis mendengar pernyataan dari adiknya itu, 'Ya Allah apakah ini sebuah mukjizat darimu.'

"Apakah kamu siap dengan semuanya?"

Dita menghembuskan nafasnya gusar, "Insyaa Allah aku siap kak."

"Tapi.."

Dita berhenti sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Tapi kenapa?"

"Aku takut semua guru tidak setuju dengan penampilanku kak." Gumam Dita pelan.

"Semua guru pasti bisa mengerti, tetapi tidak tau dengan semua teman kamu."

"Kak, bantu aku tanya ke mama." Bisik Dita tepat didepan telinga kakaknya.

***

Dita dan Lita langsung turun ke lantai bawah untuk menemui keluarganya ternyata mama, papa, dan neneknya  sedang berkumpul diruang keluarga sambil nonton TV.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Jawab mereka serempak.

"Sini sayang duduk." Suruh Dina kepada kedua anaknya itu.

Dita dan Lita langsung duduk disamping mamahnya, Dita sesekali menghela nafasnya berat. Ia bingung bagaimana caranya ia mengatakan semuanya kepada keluarganya, Dita takut keluarganya menentang keputusan Dita yang begitu besar.

Dengan satu tarikan nafas Dita memberanikan diri menatap mamahnya. "Mah."

Dina yang merasa namanya terpanggil ia langsung menatap anaknya dengan alis yang saling bertautan. "Kenapa sayang?"

Hufft..
Dita langsung menghirup udara banyak-banyak, dengan wajah yang selalu ditundukkan. "Bismillahirrahmanirrahim..Mah, pah, nek Dita ingin mengenakan cadar." Dita tidak berani menatap keluarganya Dita takut kalau mereka semua tidak akan menyetujui keputusan Dita, karena bagaimanapun juga Dita masih anak sekolah dan Dita bukan seorang anak pondok yang kebanyakan diwajibkan bercadar apalagi seorang anak Mts, Dita anak sekolah umum yang pastinya bakalan sulit mendapatkan ijin dari semua guru yang ada disekolahnya.

Keluarganya menatap Dita tidak percaya, bagaimana Dita bisa berfikir kalau ia mau pakai cadar? Apakah ini sebuah hidayah??

Dina menatap anaknya tidak percaya, Dina memang tau kalau Dita ingin memakai cadar tetapi tidak waktu ia masih sekolah. Dina sebenarnya mendukung anaknya untuk bercadar tetapi ia takut kalau suatu hari nanti anaknya itu bakalan dibully ataupun yang lainnya dan apalagi saat masih sekolah seperti ini, bakalan banyak anak yang menatap anaknya itu tidak suka.

Neneknya tersenyum mendengar keputusan cucunya, ia setuju sekali cucunya memutuskan untuk memakai cadar. "Nenek setuju." Senyum Dita terbit setelah mendengar pernyataan dari neneknya, akhirnya ada yang mendukung keputusannya ini.

Cinta Sepihak ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang