Hari ini adalah hari dimana Dita menerima raport, dan hari ini juga mamah dan papahnya akan mengurus surat pindah untuk Dita. Dita setelah sholat subuh tadi ia hanya termenung memikirkan sahabat-sahabatnya yang akan ia tinggalkan untuk bertahun-tahun.
"Dita sayang ayo turun nak." Suara panggilan Dina dari luar kamar anaknya itu.
Dita terkesiap setelah melamun dari tadi. "Iya mah, sebentar."
Bukannya meninggalkan kamar anaknya Dina malah masuk kedalam kamar yang ditempati anaknya itu. "Kamu benaran nggak ingin ikut sama mamah ke sekolah?"
Dita terperanjat kaget mendengar suara mamahnya, ia kira tadi mamahnya sudah pergi menjauh dari kamarnya itu.
Dita menggelengkan kepalanya pelan, sambil menatap kearah mamahnya dengan sedikit senyum yang tercetak di bibirnya.
"Kamu kenapa sih ta? Apakah kamu nggak ingin ketemu Fikri sahabat masa kecil kamu itu?" Dita menatap mamahnya sekilas sebelum ia menggelengkan kepalanya kembali.
"Jawab pertanyaan mamah bukan hanya menggelengkan kepala saja."
Dita menangis mendengar bentakan dari mamahnya, ia tidak bisa ketemu Fikri karena percuma kalaupun ia bilang akan pindah sekalipun Fikri tidak akan peduli sama sekali.
"Fikri tidak akan mau ketemu Dita mah, jadi biarkan Dita pergi tanpa ketemu dengannya." Dita tidak bisa menahan air matanya untuk tidak turun membasahi kedua pipinya.
Dina kaget mendengar jawaban anaknya itu, ia sama sekali tidak tau tentang apa yang terjadi dengan anaknya dan Fikri. "Kamu kenapa? Cerita sama mamah."
Dita langsung memeluk mamahnya sambil menangis. "Mah, Fikri menjauhiku sekarang."
"Jadi Dita mohon sama mamah, jangan beritahu Fikri kalau Dita akan pindah ke Banyuwangi."
Dina terperanjat kaget mendengar pengakuan dari anaknya itu, apakah ini alasan yang membuat Dita ingin pindah sekolah? Sebuah pertanyaan tiba-tiba terngingang dikepala Dina.
"Apakah ini yang membuat kamu ingin pindah dari sekolah?"
Dita menggelengkan kepalanya, "Bukan, alasan Dita pindah sekolah sebenarnya hanya ingin memakai cadar dan juga ingin memperdalam ilmu agama. dan sebenarnya Dita berharap dengan kepindahan Dita dari sekolah akan membuat Fikri tenang tanpa adanya Dita yang selalu mengganggunya."
Dina tidak tau kalau anaknya ternyata ada masalah dengan sahabat masa kecilnya itu, kenapa setelah Dita mengetahui siapa sebenarnya sahabatnya itu. masalah datang menimpa persahabatan Dita dengan Fikri. Dina tidak percaya kalau ternyata banyak masalah yang menimpa anaknya saat disekolah, ia bakalan mendukung anaknya untuk pindah sekolah.
"Apa nggak seharusnya kamu menemui dia sebelum kamu pergi ke Banyuwangi?"
"Nggak mah, Dita tau pasti Fikri nggak akan mau ketemu Dita." Dina tidak bisa memaksa anaknya untuk ketemu Fikri bagaimanapun juga ini sudah menjadi keputusan Dita.
"Terus bagaimana kalau Nisya dan si kembar tanya tentang kamu? Mereka juga sahabat kamu dari dulu."
***
Dina dan Fatan langsung menuju kearah ruang kepala sekolah, untuk mengurus surat kepindahan Dita.
"Dita akan pindah dari sekolah, tetapi kenapa?" Tanya kepala sekolah itu kepada kedua orang tua Dita.
"Dita akan ikut neneknya yang berada di Banyuwangi pak." Jawab Fatan sambil tersenyum tipis kearah kepala sekolah anaknya itu.
Kepala sekolahnya terlihat menghembuskan nafasnya gusar. "Sebenarnya saya sedikit tidak rela pak, bu kalau Dita pindah dari sekolah karena prestasi anak bapak dan ibu sangat baik. Tetapi saya tidak bisa mencegahnya karena ini sudah menjadi keputusan bapak dan ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sepihak ✔
Teen Fiction"Dulu aku ingin menjadi seseorang yang spesial dalam hidupmu, tetapi saat aku tahu kamu menjauhiku aku hanya ingin menjadi temanmu.." ~Dita Rahma Asfiya Putri~ "Saling mencintai belum tentu bisa hidup bersama.." ~Alfikri Rahmaditia...