Part 15 {Dibalik Senyuman}

50 1 1
                                    

Janganlah kamu larut dalam kesedihan, dan janganlah pula kamu menangisi seseorang yang belum halal untukmu.

~Dita Rahma Asfiya Putri~

Meskipun sekarang ini fikri menjauh dari dita tetapi dita selalu menampilkan senyumnya itu dan menutupi kesedihannya, dita merupakan seorang gadis ceria dan cerewet tetapi ia selalu bisa menutupi kesedihannya dengan wajah yang selalu dibuatnya ceria.

Ketiga sahabatnya terkadang heran dengan sifat dita karena mereka tau sekarang dita lagi sedih karena fikri menjauhinya tetapi dita selalu menampilkan wajah cerianya itu didepan semua orang seperti gadis yang tidak pernah ada masalah saja. Karena bagi dita tidak seharusnya ia berlarut-larut dalam kesedihan.

"Assalamualaikum." Ucap salam dita ucapkan saat ia melihat ketiga sahabatnya itu lagi duduk dibangku taman sekolahan mereka itu.

"Waalaikumsalam." Jawab ketiganya.

Dita menatap ketiganya dengan heran karena ketiga sahabatnya itu menatapnya dengan ekspresi tidak biasa. "Kenapa kalian menatapku seperti itu?" Tanya dita kepada ketiga sahabatnya itu.

"Heran aku sama kamu ta, kok bisa menutupi perasaanmu sendiri." Ucap lena dengan wajah herannya itu.

Dita hanya menanggapi dengan senyuman khasnya itu, mereka seperti baru mengenalnya saja pikir dita. "Kalian seperti baru mengenalku saja." Kata dita sambil menatap ketiga sahabatnya itu.

"Hehe, karena heran aja kita sama kamu ta. Kok bisa menghadapi semuanya." Ucap leni sambil menatap dita dengan senyuman khasnya.

Dita tersenyum menanggapi perkataan sahabat-sahabatnya itu. "Kita sebagai umat muslim tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan."

"Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda."

"Janganlah kamu lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, karena kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. Ali imran : 139)

Dita menjelaskan hukum bersedih hati dalam islam kepada sahabat-sahabatnya.

Nisya menatap dita dengan tersenyum, iya tidak memungkiri kalau sahabatnya dita memang paham tentang ilmu agama meskipun bukan lulusan pondok tetapi didikan kedua orang tua dita memang harus diacungi jempol bagi nisya.

"Iya Bu Ustadzah." Jawab lena sambil menggoda sahabatnya itu.

Meskipun beberapa hari ini ia sering menangis memikirkan sahabatnya, tetapi ia sadar kalau menangis itu bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan masalah yang ada, dan allah juga tidak menyukai hamba-hambanya larut dalam kesedihan maka dari itu sekarang dita berusaha terus tersenyum.

"Terus hubungan kamu dengan fikri bagaimana?" Tanya leni memecahkan keheningan yang tercipta.

Dita tersenyum mendengar pertanyaan dari leni. "Yaudah lah nggak papa, dia menjauhiku tetapi yang terpenting aku masih menganggap dia sebagai sahabatku."

Ketiga sahabatnya tersenyum mendengar jawaban dita, "Iya bener ta, aku dukung keputusan kamu." Jawab nisya sambil memeluk dita dan diikuti sikembar.

***

Sebentar lagi Ujian Semester 1 dimulai, dita serta ketiga sahabatnya itu janjian ingin belajar bersama dirumah dita agar saat ujian nanti mereka bisa mendapatkan nilai yang memuaskan.

Didalam kelas 7 D semuanya sibuk mengerjakan tugas dari bu mirna guru matematika, tiba-tiba pintu terbuka. mereka kira itu bu mirna yang baru kembali dari kantor dugaan mereka salah, ternyata itu alna murid kelas sebelah.

"Assalamualaikum." Ucap alna sebelum memasuki ruang kelas 7 D.

"Waalaikumsalam." Jawab mereka semua dengan serempak.

"Maaf mengganggu, aku kesini disuruh Bu Dewi untuk memanggil dita agar ke Kantor TU sekarang."

Dita menatap kearah ketiga sahabatnya itu dengan ekspresi bingung, "Iya aku akan kesana, Terima kasih sebelumnya."

"Assalamualaikum." Salam dita ucapkan saat ia sudah tiba diruang Kantor TU.

"Waalaikumsalam." Jawab semua guru.

"Maaf bu, kalau boleh tau ada apa ya saya dipanggil kesini?" Tanya dita sopan.

"Dita kamu nanti pas ujian berada diruang 3 ya gabung bersama anak kelas 7 E."

Dita kaget mendengar ucapan dari Bu Dewi itu yang menyuruhnya pas ujian gabung dengan kelas 7 E, yang berarti dita harus satu ruangan dengan fikri. Apa aku bisa satu ruangan dengan fikri disaat dia sudah menjauh dariku.

Dita tetap tersenyum walaupun ia kaget dengan perkataan gurunya itu. "Iya bu, apakah masih ada lagi yang ingin Bu Dewi bicarakan?"

"Iya nak sudah, kamu boleh kembali ke kelas." Ucap Bu Dewi.

"Yaudah saya permisi dulu bu, assalamualaikum." Pamit dita kepada para guru yang ada didalam ruangan itu.

Disaat ia ingin menghindari fikri tetapi takdir malah mendekatkannya kembali dengan cara satu ruangan saat ujian.

Ujian 1 minggu lagi ia harus mementingkan ujiannya sekarang tanpa harus memikirkan hal lain lagi.

Didalam kelas sahabatnya itu menatap dita dengan tatapan bertanya-tanya tentang panggilan bu dewi yang secara tiba-tiba itu, ada perlu apa dita dipanggil ke kantor?

"Ta?" Nisya memanggil dita sambil menusuk-nusuk bolpoint nya dilengan dita.

Dita menatap nisya sambil menautkan alisnya, "ada apa?"

"Tadi bu dewi ngapain kamu?" Tanya nisya sambil menatap kedua mata sahabatnya itu.

Dita menggelengkan kepalanya, "tidak ngapa-ngapain." Jawab dita santainya.

"Ih dita aku serius." Ucap nisya sambil mengerucutkan bibirnya itu.

Dita terkikik geli melihat ekspresi sahabatnya yang bagi dirinya itu sangat lucu. "Bu Dewi mengatakan kalau aku ujian nanti kebagian di ruang 3."

Nisya, lena, dan leni terkejut saat mendengar perkataan dita, jadi dita bakalan satu ruangan dengan fikri seseorang yang sudah mulai menjauh dari sahabatnya itu tanpa sebab, tetapi terlihat dari wajah dita yang masih melihatkan senyumannya itu.

"Satu ruangan dengan fikri kamu ta?" Kata nisya.

"Iya lah." Jawab dita seperti tanpa ada rasa beban sama sekali.

"Kamu bisa tahan ta satu ruangan dengan fikri? Apalagi menghadapi sikap dinginnya itu ke kamu?" Tanya lena merasa tidak percaya dengan ekspresi sahabatnya itu.

Dita menghembuskan nafasnya pelan, "Insyaallah." Jawab dita sambil menampilkan senyumannya.

Cinta Sepihak ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang