Didepan gerbang yang bertuliskan Pondok Pesantren Al-hikmah Banyuwangi, disinilah Dita berada saat ini ditemani kedua orang tuanya, Dita bakalan memulai hidup barunya disini. Ini sudah menjadi keputusannya dari awal.
Dia tidak ingin terlalu memikirkan laki-laki yang bukan makhramnya, kalaupun ia menyukai Fikri tetapi biarlah hanya dirinya dan Allah yang tau, mencintai dalam diam tidak pernah terlintas dibenaknya sama sekali tetapi ternyata sekarang ini ia sedang mencintai sahabatnya dalam diam.
Setelah sampai dihalaman Pondok Pesantren banyak pasang mata yang menatap kearah mereka, tetapi bukan ke mereka sih lebih tepat nya ke arah Dita yang sekarang sedang berjalan sambil berpegangan tangan dengan Ana yang ada disampingnya. Gimana nggak menatap kearah Dita dengan intens kalau di Pondok ini saja tidak ada Santriwati yang memakai cadar.
Kedua orang tua Dita dan Ana langsung mengetuk pintu Rumah Umi Maryam sambil mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam." Jawab seseorang dari dalam rumah.
Terlihat seorang gadis yang membuka pintu rumah Umi Maryam.
"Umi Maryam dan Pak kyai Salman ada Mbak?"
"Ada Bu, Silahkan masuk di dalam nanti saya panggilkan Umi dan Abi." Ujar gadis itu sopan.
Mereka duduk diruang tamu Rumah Umi Maryam, dan gadis tadi yang membukakan pintunya sedang memanggil Umi Maryam serta Kyai Salman.
"Assalamu'alaikum."
Mereka menjawab salam dari Umi Maryam dan Kyai Salman yang sekarang sudah duduk dihadapan mereka semua.
"MasyaAllah Nak Dita Umi senang sekali bisa ketemu kamu lagi." Umi Maryam langsung memeluk Dita dengan penuh kasih sayang.
Dina, Fatan, dan kedua orang tua Ana menatap kearah Dita dengan tatapan bingung, bukan hanya mereka saja yang bingung Kyai Salman dan Anak perempuannya juga ikutan bingung.
"Ma, itu Umi Maryam yang kita pernah ketemu pas lagi Sepeda an, Umi Maryam sepertinya sangat menginginkan Dita ya Ma untuk jadi menantunya." Bisik Ana kepada Mama nya, tetapi Dina juga mendengar bisikan Ana.
"Dita masih SMP Ana mana mungkin Umi Maryam menginginkan Dita jadi menantunya, Ibu sama Om Fatan memutuskan Dita agar memilih calon suami nya sendiri tanpa harus dijodohkan." Ujar Dina.
Setelah itu mereka semua langsung membahas tentang maksud kedatangannya ke Pondok, yang ingin mendaftarkan Ana dan Dita untuk Mondok disini.
***
Berbeda dengan Gus Azzam yang sekarang sedang berdiri mematung sambil menatap kearah Dita dan keluarga nya yang ingin akan menuju kedalam Rumah nya. Kedua Sahabat Gus Azzam yang juga ada didekatnya ikutan menatap kearah tatapan Gus Azzam.
"Cantik ya Gus Azzam, Akhwat nya." Goda Sahabatnya yang diketahui bernama Nero.
"Tetapi yang mana nih yang Gus Azzam sukai yang memakai cadar atau yang nggak." Laki-laki yang diketahui bernama Randu juga ikutan menggoda Gus Azzam.
"Yang memakai cadar pastinya." Jawab Nero.
"Astaghfirullah." Gus Azzam tersadar dari lamunannya lalu ia langsung mengucapkan kalimat Istighfar karena bagaimanapun juga ia sudah melakukan zina mata karena menatap Akhwat yang bukan Makhram nya.
"Gus, itu bukannya Umi Maryam ya? Kok memeluk Akhwat bercadar itu sih." Tunjuk Nero kearah Umi Maryam yang sedang memeluk Dita dengan penuh kasih sayang.
"Iya, itu memang Umi." Jawab Gus Azzam.
"Kok Umi Maryam kenal sama Akhwat tadi Gus."
"Aku sama Umi pernah ketemu sama Akhwat tadi tepatnya satu minggu yang lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sepihak ✔
Teen Fiction"Dulu aku ingin menjadi seseorang yang spesial dalam hidupmu, tetapi saat aku tahu kamu menjauhiku aku hanya ingin menjadi temanmu.." ~Dita Rahma Asfiya Putri~ "Saling mencintai belum tentu bisa hidup bersama.." ~Alfikri Rahmaditia...