34. Kesempurnaan Semu

2.2K 403 130
                                    

"Berhenti melihat ke atas agar kau bisa mulai bersyukur atas hidupmu sendiri"

*************

Kalau diijinkan untuk jujur, Juan akan berteriak bahwa ia membenci situasi ini. Duduk berdua dengan Aries yang wajahnya bahkan terlihat sepuluh kali lipat lebih menyebalkan daripada Jovan sembari menerka-nerka pembicaraan seperti apa yang dua saudara tiri tengah lakukan.

"Jangan liatin gue kayak gitu. Gue juga males di sini berdua sama lo," ujar Juan akhirnya.

Aries menghela nafas kasar. "Gue lagi penasaran sama pembicaraan mereka. Bukan kesel karena di sini berdua sama lo."

"Yaudah nguping aja sana. Lo kan adeknya Orion."

"Masalahnya abang gue bilang mau ngobrol berdua sama Angkasa."

"Buat ukuran berandalan, lo anaknya penurut juga ya."

Aries mendengus, netranya menatap lurus ke arah pintu kamar yang tertutup dimana Angkasa dan Orion tengah duduk di atas tempat tidur dalam keheningan.

"Serius ada yang mau lo omongin sama gue?"

Orion mengangguk. "Ada banyak hal. Salah satunya gue pengen minta maaf."

Angkasa mengerutkan dahi, kemudian menaikkan dagunya seakan meminta Orion untuk melanjutkan perkataannya. Sungguh, ia tak memiliki apapun untuk dikatakan. Jadi lebih baik mendengarkan semua yang ingin Orion sampaikan hari ini.

"Maaf karena udah lukain Mudra. Udah gangguin kalian, dan buat kalian ngerasa nggak nyaman selama ini. Gue emang bangsat, gue sadar itu. Makanya gue nggak akan paska lo atau Mudra buat maafin gue."

Orion menautkan jemarinya gugup. "Tapi tolong maafin Ries sama mama gue."

"Bentar. Gue bisa benci lo, tapi gue nggak boleh benci adek sama nyokap lo?"

"Karena mereka nggak salah."

"Dari segi mana mereka nggak salah? Gue masih inget gimana Ries mukul Mudra, nyokap lo juga nampar Mudra. Mereka sama bangsat-nya kayak lo."

"Mereka ngelakuin itu karena nggak punya pilihan, Sa. Terserah lo mau percaya atau nggak, tapi nyokap gue, bahkan Aries sama sekali nggak mau ngelukain siapapun. Tapi buat jadi bagian dari keluarga Wijaya, jadi pendamping buat papa Ardi, itu ada konsekuensinya. Yaitu harus nurut sama semua keinginan Oma. Atau Oma bakal hancurin kehidupan kita."

"Terus dengan begitu, lo berhak hancurin kehidupan adek gue? Kalian berhak?"

"Manusia itu egois buat ngedapetin kebahagiaan mereka. Gue akuin kita kayak gitu. Tapi akhir-akhir ini gue ngelarang mama sama Ries buat bertindak. Biar gue aja. Gue yang jadi alatnya Oma. Biar gue yang dipukul sama bawahannya Oma tiap kali Aries sama mama nggak lakuin apa yang dia inginkan. Biar gue aja yang lo benci. Biar gue yang kena tuntut, kena masalah, gue nggak perduli. Asal nyokap sama adek gue baik-baik aja."

Orion mengerjapkan matanya cepat, menghalau air mata yang entah kenapa tiba-tiba berkumpul di pelupuknya.

"Maafin nyokap sama adek gue, jangan benci mereka. Jangan sungkan buat dateng ke sini dan ketemu sama papa. Karena gimanapun gue sama Ries nggak bisa gantiin posisi lo sama Mudra di hati dia. Ke depannya gue bakal pastiin nggak ada luka lagi buat Mudra yang berasal dari gue. Gue pengen sedikit berdamai sama lo."

Angkasa mengusak surainya kasar. "Lo cuma mau berdamai sama gue? Lo janji nggak akan lukain Mudra lagi? Lo yakin bisa ngelawan perintahnya Oma? Lo mau biarin diri lo dirusak sama orang-orangnya Oma?"

Rahasia Sang Samudra [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang