14. When You Found Out

2.9K 462 108
                                    

"Pernahkah kalian merasa menyesal karena sudah mengetahui sesuatu"

****************

Juan kembali memeriksa waktu dari ponsel dalam genggamannya. Ia sudah berdiri di depan pintu kelas Jovan sejak 15 menit yang lalu, tapi entah kenapa kelas adik tingkatnya itu selesai lebih lambat daripada biasanya.

Pagi ini Angkasa mengatakan tentang Jovan yang hampir tertabrak oleh mobilnya. Pasti ada sesuatu yang terjadi, dan pikirannya benar-benar tak bisa tenang kecuali bertemu dan memastikan sendiri bahwa adik tingkatnya itu baik-baik saja.

Juan benar-benar tak terlalu memperhatikan sosok jangkung yang kini berdiri di sampingnya. Mereka hanya sama-sama berdiri disana tanpa ada percakapan dan yang ada dipikiran Juan adalah, mungkin anak itu juga tengah menunggu seseorang.

7 menit kemudian kelas selesai, satu persatu mahasiswa berhamburan keluar setelah dosen meninggalkan kelas terlebih dahulu. Tapi Jovan tak kunjung keluar.

Juan maju berniat masuk ke dalam kelas sebelum sosok jangkung yang sedari tadi ada di sampingnya, menarik bahu Juan untuk mundur. "Minggir."

Suaranya dingin, penuh nada perintah tanpa sopan santun yang membuat Juan meradang. Niatnya ingin segera memaki, tapi melihat bagaimana Gara melangkah cepat dan merebut tas milik Jovan membuat tubuh Juan menegang.

'Siapa dia?'

Pertanyaan itulah yang kini berputar dalam kepala Juan.

Gara melempar tas hitam milik Jovan ke sembarang arah dengan kasar sampai isinya berhamburan keluar. Kedua tangan si jangkung itu mencengkram kerah kemeja yang Jovan kenakan kuat-kuat. Netranya dengan jelas mengatakan bahwa emosi tengah menguasainya. Dan Jovan bahkan tak bisa berbuat apapun.

"Bangsat lo! Jangan cuma karena lo udah tau apa pekerjaan nyokap gue, lo bisa fitnah dia serendah ini!"

Suara keras Gara menggema di ruang kelas itu, membuat Jovan memejamkan kedua matanya untuk beberapa saat.

"Gue nggak fitnah nyokap lo Ra, tapi gue serius. Mereka nyariin lo pagi ini, gue khawatir sama lo!"

Ada senyum sinis terpatri di wajah dingin Gara. "Lo sadar nggak? Lo sama aja udah ngerendahin nyokap gue! Lo udah hina dia! Dan gue nggak terima!"

Sebuah pukulan menghantam rahang Jovan, cukup kuat sampai membuatnya terjatuh. Juan berlari cepat kemudian menarik tubuh Gara untuk menjauh dari Jovan.

Iris kembar laki-laki itu menatap Gara tak mengerti sebelum membantu Jovan untuk bangkit.

"Siapa lo?"

Netra Gara masih tertuju pada Jovan, jemarinya ternagkat, menunjuk tepat ke wajah adik tirinya itu. "Sekali lagi lo jelek-jelekin nyokap gue, gue nggak akan pernah mikir lagi buat keluarin lo sama nyokap lo dari rumah!"

Juan seperti orang bodoh yang tak tahu menahu tentang apa yang dibicarakan oleh Gara. Bahkan setelah kepergiannya, Jovan mengambil tas dan buku-bukunya dengan cepat kemudian sedikit berlari keluar kelas menghindar dari Juan.

"Jo, kenapa sih? Hoy!"

Juan menahan lengan adik kelasnya itu yang kini menunduk dalam.

Rahasia Sang Samudra [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang