01.Sebuah Awal

11.9K 835 83
                                    

"Pernah mendengar tentang awal yang baik untuk akhir yang buruk?"

***********

Cuaca di pulau Bali memang selalu jauh lebih hangat. Meskipun Jakarta sama panasnya, tapi sensasi yang diberikan benar benar berbeda.

Musim liburan adalah saat dimana bandara dipenuhi oleh para wisatawan yang hendak berlibur di pulau Dewata itu. Dan Samudra adalah salah satunya.

Si bungsu dalam balutan jaket berwarna hitam itu sedikit berlari penuh semangat dengan ransel di punggungnya. Angkasa mengikuti dibelakang dengan raut sumringah yang tak jauh berbeda.

Kalian tentu ingat seberapa sibuk kedua orang tua mereka dulunya. Belum lagi Angkasa harus mengikuti banyak kursus tambahan di saat libur tiba. Jadilah sudah bertahun-tahun mereka tak pergi kemanapun untuk menikmati udara bebas.

"Wah, panas Bang." Samudra berteriak heboh kala sinar matahari di Pulau Dewata mengenai kulitnya.

"Dra, Dra.... Liat ada bule." Angkasa berseru tak kalah heboh sembari menunjuk beberapa wisatawan asing yang berjalan di sekitar area Bandara.

Juan dan Jovan yang berjalan di belakang keduanya hanya bisa menghela nafas lelah sembari sesekali mencoba menutup wajah mereka.

"Mereka tajir, tapi kenapa norak banget sih." Juan berbisik pada Jovan sembari berusaha menutup wajahnya dari beberapa orang yang menaruh perhatian pada mereka.

"Namanya juga kurang piknik Bang." Jovan sedikit acuh kemudian berlari untuk bergabung dengan kakak beradik itu.

"Dra, liat. Taxi nya warna Biru." Samudra langsung memukul kepala Jovan dengan kepalan tangannya.

"Di Jakarta juga Biru goblok."

Jovan sedikit meringis tapi tetap nyengir bodoh seperti biasanya. "Ya siapa tau kan disini warnanya Pink gitu lucu. Eh ternyata sama aja."

Juan tertawa kecil kemudian merangkul bahu Jovan. "Dra, temen lo begonya natural."

"Apaan nih tangan." Jovan melepas lengan Juan dari bahunya.

Ada suara klakson dari sebuah mobil yang berhenti di depan mereka. Kaca depan mobil itu terbuka menunjukkan raut wajah Arini yang memang sudah berada disini terlebih dulu bersama Septian sejak 3 hari yang lalu.

Septian keluar dari mobil dengan sedikit tergesa lalu memeluk tubuh Samudra yang sudah merentangkan tangannya dengan lebar. Anak itu menjadi lebih manja sekarang, apalagi Septian bersikap sangat baik kepadanya dan Angkasa.

"Langsung masuk aja anak-anak, kita ke hotel."

Mobil itu besar, Jovan dan Juan duduk di jok paling belakang sementara Angkasa dan Samudra duduk di tengah.

Si bungsu itu menurunkan kaca mobilnya sampai setengah, menikmati angin yang berhembus dan mempermainkan surai hitamnya yang sedikit memanjang.

Samudra memejamkan matanya, Angin di tempat ini terasa panas tapi juga menyegarkan. Si bungsu itu membulatkan matanya takjub kala mobil mereka melewati sebuah jembatan panjang. Jembatan itu melewati sebuah sungai besar yang terletak jauh di bawah sana.

Rahasia Sang Samudra [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang