23. Sedikit Perubahan

2.7K 427 94
                                    

"Terkadang mencoba hal baru membuat kita melupakan segalanya."

**************

"Masuk dulu, Om."

Aries membimbing Septian untuk duduk di sofa ruang tamunya sementara ia melangkah pelan dengan sedikit ragu untuk menghampiri Orion yang tenggelam dalam lamunannya.

Jujur Aries merasa takut. Ia bisa dengan jelas melihat kemarahan dibalik tatap penuh ketenangan yang Septian coba tunjukkan. Pikirannya menerka-nerka, apakah kakaknya baru saja berbuat kesalahan?

"Bang." Aries menepuk bahu Orion membuat tubuh kakaknya itu tersentak.

"Hah? Iya? Kenapa?"

Dahi Aries mengerut. "Lo ngelamun, Bang? Ada masalah?"

Orion mencoba tersenyum sembari menggelengkan kepalanya dua kali. "Bukan. Lagi mikirin tugas aja gue tadi."

Aries tidak bodoh untuk mengerti kakaknya itu tengah berbohong. Mereka tinggal bersama dan menjalin hubungan yang terlampau baik selama sembilan belas tahun. Aries sudah hafal bagaimana cara kakaknya itu berekspresi saat tengah gelisah maupun menyembunyikan sesuatu.

"Ada Om Septian di depan. Katanya mau ketemu sama lo."

Mendengar nama Septian membuat tubuh Orion menegang tanpa sadar. Ia tahu, terlampau tahu alasan dari kedatangan Septian. Rasa bersalah dan rasa takut itu tiba-tiba menguasai tubuh dan juga pikirannya. Ia hanya diam, tak bisa menjawab Aries atau bangkit untuk menemui Septian. Tangannya saling meremat membuat Aries semakin menyadari bahwa ia sudah melewatkan sesuatu.

"Bang Rion nggak mau ketemu? Gue bisa ngomong sama om Septian kok kalau Abang nggak mau ketemu."

Orion mengerjap kemudian lekas menggeleng. Tangannya menepuk bahu Aries dua kali sebelum bangkit.

"Lo disini aja, biar gue bicara sama om Septian bentar."

Langkah Orion terasa berat, ia jelas bisa melihat bagaimana punggung tegap Septian seakan sudah berteriak untuk menyalahkannya. Orion menghela nafas dua kali sebelum memantapkan langkahnya dan menyapa Septian.

"Malam, Om."

Septian hanya mengangguk, membuat Orion menggigit bibir bawahnya tanpa sadar.

Sedikit canggung, Orion mendudukkan dirinya di hadapan Septian yang langsung menatap tepat ke netra Orion yang jelas sekali tengah gelisah.

"Melihat reaksi kamu, pasti kamu sudah tahu alasan Om kesini."

Orion mengumpat dalam hati kala mengingat siapa Septian. Seorang psikiatri. Septian pasti bisa membacanya dengan mudah.

"Tahu, Om. Dan saya benar-benar minta maaf karena sudah membuat Samudra masuk ke rumah sakit."

"Kenapa kamu melakukan itu? Kamu ketakutan saat bertemu saya, itu tandanya kamu takut mendapat masalah. Kamu merasa menyesal. Tapi kenapa kamu melakukan itu? Kenapa menyakiti Samudra?"

Orion menghela nafas panjang kemudian memberanikan diri untuk menatap netra Septian.

"Om pasti bisa baca apa yang saya rasakan sekarang," ujar anak itu dengan suara bergetar.

Rahasia Sang Samudra [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang