17. Samudra & Rahasia

3.3K 473 60
                                    

"Rahasia adalah rahasia. Berapa lama pun kalian mengenal seseorang. Akan tetap ada satu rahasia yang tak akan kalian ketahui."

*************

Samudra membaringkan tubuhnya di atas lantai berdebu rooftop, tanpa memperdulikan bajunya yang mungkin akan kotor di sana-sini. Jovan meluruskan kakinya setelah mengirim pesan pada Arini. Kemudian sedikit meregangkan tubuh sebelum ikut berbaring di samping Samudra.

Si jangkung itu menepuk kepala Samudra kasar, membuat netra si mungil itu menyipit dengan kesal.

"Angkat dulu kepala lo. Gue mau romantis."

Meskipun tidak mengerti dengan maksud dari kata romantis yang Jovan bicarakan, tapi Samudra menurut. Sedikit mengangkat kepalanya dan membiarkan Jovan meletakkan lengannya di bawah kepala Samudra.

"Udah. Romantis kan gue?" Samudra tersenyum kecil sembari meletakkan kepalanya dengan sedikit kasar.

Jovan meringis kesakitan membuat Samudra tertawa puas.

"Salah kalau lo mau romantisin gue," ujar Samudra sedikit sarkas.

"Ngomong-ngomong, kenapa lo tiba-tiba bahas mati. Selagi lo punya waktu. Emangnya lo kenapa?"

Jovan merubah posisinya menjadi miring tanpa menarik lengan yang Samudra gunakan sebagai bantalan. Netra bening si jangkung itu tampak mencoba untuk membaca arti dari setiap ekspresi yang Samudra tunjukkan saat ini.

"Lo kenapa di rumah sakit? Muka lo kenapa?"

Ah, Jovan sedikit mengerti. Alasan Samudra membicarakan kematian adalah bagian dari rahasianya. Dan alasan dari Jovan juga rahasia anak itu. Pilihannya hanya dua. Sama-sama bungkam dan diam membiarkan rahasia itu menjadi luka bagi diri sendiri. Atau saling membicarakannya, menjadi lebih terbuka dan mungkin bisa memberikan solusi.

Helaan nafas kasar keluar dari belah bibir Jovan, bersamaan dengan netranya yang memejam untuk beberapa saat merasakan hembusan angin menerpa wajahnya.

"Ada yang gebukin. Bacot gue kan kadang minta di hujat."

Samudra mendengus. "Gue hantam sini."

"Ya beneran anjir. Dihantam, ada beberapa orang yang ngincer Gara beberapa hari ini. Gue sempet nyuri denger kalau mereka suruhannya tante Anna."

Dahi Samudra mengernyit. "Tante Anna?"

"Nyokap kandungnya Gara. Lo inget pas gue ke club buat nyari Gara, kan? Disana gue ketemu sama Gara, dia lagi ngobrol sama perempuan. Itu nyokapnya."

Jovan menghela nafasnya panjang.

"Tunggu dulu. Kenapa nyokapnya Gara nyuruh orang buat nyari dia?" Samudra benar-benar tak mengerti. Apa maksud dari Ibu Gara adalah untuk meminta Gara tinggal bersamanya seperti yang dulu pernah Ardi lakukan pada Angkasa?

"Nyokapnya Gara nggak mau Gara ikut dia. Jadi Tante Anna udah jual Gara ke pemilik club itu. Buat lunasin hutang dia dan dapet lebih banyak uang lagi."

"A-apa?" Samudra tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Ia cukup mengerti tentang bagaimana sikap orang tuanya yang berbeda dengan orang tua yang lainnya. Dan selama ini Samudra sudah merasa bahwa apa yang dilakukan Ardi itu salah. Tapi saat mendengar bagaimana sosok Anna yang Jovan ceritakan, Samudra seakan menyadari sesuatu.

Ada Orang tua yang jauh lebih buruk daripada Ayahnya. "Terus kenapa jadi lo yang babak belur gini?"

"Gara telfon gue marah-marah. Dia kira gue yang ngirim orang-orang itu. Jadi gue dateng buat nolongin dia."

Rahasia Sang Samudra [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang