40. Jalan Tanpa Ujung

2.3K 430 57
                                    

"Jujur saja kita tidak bisa mempercayai perubahan seseorang semudah itu."

*******

Suasana terasa cukup mencekam saat Arini dan Septian duduk bersebrangan dengan Savira yang didampingi oleh Ardi. Angkasa dan Aries juga ada di sana. Berdiri di belakang orang tua masing-masing sembari bungkam. Membiarkan para orang dewasa menyelesaikan serangkaian masalah runyam yang membelit keluarga mereka saat ini.

Beberapa waktu yang lalu, Arini sudah meminta pengacaranya untuk meminta format surat pernyataan pembatalan tuntutan dati pihak kejaksaan yang menangani kasus Orion. Arini telah menyelesaikannya dan menyerahkan surat itu untuk pencatatan di pengadilan daerah. Hari ini Arini membawa salinan suratnya ke hadapan sang Jaksa.

Arini datang atas panggilan sang Jaksa yang ingin mendengar langsung titik sensitif di balik kisruh keluarga ternama yang cukup mencuri perhatian publik itu.

"Hal yang tidak saya mengerti adalah, anda sangat yakin untuk melakukan penuntutan sebelumnya. Tapi kenapa sekarang anda berniat untuk menghentikannya? Sebelumnya saya ingin mendengar jawaban dari Nyonya Arini sendiri."

Arini terlihat menghela nafas panjang. "Sebelumnya saya memang yakin untuk menuntut. Tapi saya berkehendak untuk menuntut Wira Wijaya dan Indah Wijaya atas tindakan mereka terhadap putra bungsu saya, Samudra. Saya sama sekali tidak mengetahui perihal keterlibatan Orion, yang saat ini berstatus sebagai putra dari istri baru suami saya dalam kasus ini. Kemarin saya sangat marah sebelum mengetahui bagaimana kebenarannya. Jadi beberapa waktu terakhir saya mencari tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi."

"Lalu apa yang anda dapatkan?"

"Orion adalah putra dari mantan suami saya sekarang. Dia tinggal di rumah yang dulunya saya bersama anak-anak tempati saat masih menjadi bagian dari keluarga Wijaya. Jujur saja, saya tidak akan menyembunyikan apapun sekarang. Menjadi bagian dari keluarga Wijaya tidak pernah sebaik apa yang orang lain pikirkan. Sebelum saya dan Mas Ardi berpisah dua tahun yang lalu. Samudra, putra bungsu saya pernah melakukan percobaan bunuh diri. Alasannya karena banyak tekanan yang ia terima saat menjadi bagian dari keluarga Wijaya. Tekanan dari Mas Ardi juga, dan bahkan dari diri saya sendiri. Angkasa putra pertama saya selalu menjadi tonggak ekspetasi, dari keluarga itu. Angkasa nyaris tidak tidur semalaman, tidak diberi pilihan mengenai apa yang ia suka dan tidak, Angkasa hanya menjalani apa yang sudah nenek dan kakeknya pilih untuknya. Bahkan sampai saat ini, kedua tertua keluarga Wijaya itu masih terobsesi dengan putra sulung saya. Dimana intinya, lingkungan itu bukanlah lingkungan yang baik untuk anak-anak."

Netra Arini menatap ke arah Aries. "Orion memiliki adik yang juga tinggal bersamanya. Aries. Dia adalah seseorang yang mengetahui dengan baik mengenai tekanan seperti apa yang Orion terima dari Tuan Indah dan Nyonya Wira yang terhormat itu."

"Seperti yang anda katakan. Aries adalah adik kandung dari terdakwa. Apakah anda tidak takut jika ternyata Aries berbohong mengenai pernyataannya?"

Arini menggeleng perlahan. "Jika berbicara soal jujur atau tidak. Saya memang tidak bisa menilainya dengan baik. Tapi jika berbicara mengenai luka, putra bungsu saya Samudra mengetahuinya dengan jauh lebih baik daripada siapapun. Samudra sudah berbicara dengan Aries bahkan dengan Orion sebelum ini. Samudra bisa melihat luka itu ada pada mereka. Tidak ada yang bisa mengerti luka orang lain sebaik seseorang yang merasakan luka yang sama."

"Baiklah saya mengerti. Aries, bisa berikan pernyataan?"

Aries menatap ke arah Savira yang tampak tak fokus sebelum kemudian menatap Ardi yang tersenyum lembut padanya. Netra anak itu kemudian menatap Angkasa yang juga tengah tersenyum, memintanya untuk berbicara.

Rahasia Sang Samudra [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang