02.Senyum yang Berbeda

5.8K 679 73
                                    

"Terkadang kita terus-menerus bertanya, dimana letak kesalahan kita saat nasib buruk tiba tiba datang, tanpa menyadari kalau takdir selalu memiliki rahasianya sendiri."

*************

Angkasa sedikit tersentak saat terbangun dari tidurnya. Ia berada di sofa ruang keluarga dengan bantal dan juga selimut menutup tubuhnya.

Ia ingat Samudra memintanya untuk keluar sebentar, sementara bocah itu mengganti bajunya. Tapi Angkasa malah tertidur.

Arini yang tengah berkutat di dapur tertawa kecil melihat raut wajah berantakan sulungnya itu. "Bang, kamu ngapain tidur disitu? Di usir sama adek?"

Angkasa merengut kemudian bangkit dan memeluk tubuh ramping Arini dengan erat. "Rewel banget anaknya Bun."

Arini menepuk punggung lebar Angkasa beberapa kali, si sulung ini memang sangat manja padanya sedari dulu. Lebih dari Samudra, atau Arini yang memang tak tau kalau masih ada sedikit rasa canggung pada diri Samudra setiap kali ingin bermanja pada ibunya itu.

"Bangunin yang lain sana, abis ini kita jalan-jalan."

Angkasa mengangguk antusias kemudian mencium pipi kanan Arini.

"Bagus, mentang-mentang Papa nggak ada." Septian datang dengan tangan terlipat di dada dan wajah yang dibuat segalak mungkin.

"Kenapa? Papa mau di cium juga?" tanya Angkasa sedikit menggoda.

"Papa maunya dicium sama Bunda aja."

Angkasa tertawa kemudian melangkah menuju Septian dan menepuk bahunya beberapa kali.

"Kalau pagi tuh masih manis-manisnya Pa."

"Aksa!"

Si sulung itu lebih dulu berlari naik ke lantai dua untuk menghindar dari amukan Arini.

Ia membuka pintu kamarnya dan melihat Samudra masih tertidur tentu saja, adiknya itu benar-benar payah dalam hal bangun pagi. Tapi sungguh, Samudra terlihat sangat menggemaskan.

Si sulung itu tertawa pelan kemudian mengambil ancang-ancang untuk melompat ke atas tempat tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si sulung itu tertawa pelan kemudian mengambil ancang-ancang untuk melompat ke atas tempat tidur. Lebih tepatnya menimpa tubuh mungil Samudra.

"Aksa sialan!" suara teriakan Samudra langsung terdengar sampai lantai bawah.

Septian dan Arini bahkan otomatis melepaskan pelukan mereka karena terkejut. Si bungsu itu sedang mencoba menyingkirkan tubuh Angkasa dari dirinya. Tapi si jangkung itu malah memeluknya semakin erat.

Rahasia Sang Samudra [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang