36. Dia yang Terluka

2.5K 414 69
                                    

"Setiap kali menatap pantulan dirinya di dalam cermin, Gara merasa ketakutan. Dia terlihat menyedihkan. Dia membencinya."

*************

Ada beberapa orang yang menyadari bahwa mereka semakin rusak setiap kali mereka terluka. Kebanyakan dari orang-orang ini akan selalu bersikap hancur dan apa adanya tanpa perlu repot-repot menunjukan senyuman palsu seperti orang lain yang bersikap untuk kuat.

Kesan itulah yang Juan lihat saat pertama kali bertemu Gara. Keduanya kini duduk di tepian kolam renang rumah besar Jovan dalam bungkam yang cukup panjang.

Juan sedang sibuk merangkai kata di dalam kepalanya sehingga ia tak salah berbicara dan membuat Gara semakin membenci Jovan.

"Nama gue Juan," ujar laki-laki itu akhirnya.

"Gue abangnya Jovan. Bukan kandung jelas, karena status itu lo yang punya."

Gara tertawa kecil. "Lo nyindir gue?"

Juan balas tertawa. "Gue ngomongin fakta. Lo abang kandungnya dia meskipun beda Ibu. Dan gue abang-abangannya yang nggak ada hubungan darah sama sekali."

Keduanya tertawa setengah sinis karena alasan yang berbeda.

"Jujur aja gue nggak bisa lihat dari sudut pandang lo. Gue juga nggak bisa lihat dari sudut pandangnya Jovan. Di sini gue cuma jadi outsider yang mengamati kalian."

"Apa yang lo dapetin?"

"Lo brengsek, dan Jovan terlalu baik."

Sudut bibir Gara tertarik. "Semua orang juga mikir kayak gitu."

"Dan lo nggak berusaha buat ngubah pandangan orang-orang soal itu," sela Juan cepat.

Netra Gara yang sebelumnya menatap ke arah jemarinya sendiri kini beralih menatap Juan.

"Lo cuma selalu negrasa iri sama apa yang Jovan punya, dan berusaha buat ambil semua atensi itu dari dia. Gue nggak sepenuhnya menyalahkan keinginan lo karena itu wajar buat siapapun. Tapi cara lo yang salah di sini."

"Lo barusan nyalahin gue."

"Cara lo. Bukan keinginan lo. Mendapatkan atensi yang Jovan punya, caranya bukan cuma ngerebut. Ada hal yang emang ditakdirin buat lo, dan ada hal yang emang diberi ke Jovan. Lo nggak harus bersikap arogan dan mojokin Jovan, tapi lo bisa memperbaiki diri lo dan menjadi lebih perhatian sama orang sekitar biar mereka bisa lihat kalau lo nggak seburuk itu."

Juan menghela nafas panjang untuk menjeda kalimatnya. "Gue nggak bisa nasehatin lo dengan kata-kata yang baik. Jadi maaf kalau kesannya gue sedikit kasar. Gara, lo punya pilihan. Lo boleh nunjukin seberapa hancur diri lo, atau memilih terlihat baik-baik aja dan ngobatin diri lo sendiri secara perlahan."

"Gue nggak suka topeng kayak gitu," ujar Gara ketus.

"Terus lo lebih suka nunjukin seberapa hancur diri lo, bersikap buruk, dan lampiasin kehancuran lo itu dengan nyalahin orang lain? Apa yang udah lo dapetin dengan cara itu? Nggak ada."

Juan tidak pernah suka membicarakan tentang luka Jovan karena adiknya itu sudah menyembunyikan semuanya dengan sangat sempurna. Tapi ia membutuhkan itu untuk bisa menyadarkan Gara yang ternyata keras kepala luar biasa.

Rahasia Sang Samudra [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang