Prolog

8.3K 290 153
                                    

Seorang gadis cantik dengan rambut sebahu ini sedang melambaikan tangan nya ke arah mobil Pajero yang sudah menjauhi pekarangan rumahnya.

Gadis ini terus mengamati mobil bewarna hitam itu sampai terlihat kecil karena jarak nya yang semakin jauh.

Setelah puas mengamati, gadis dengan tinggi 1,61 m ini berniat membuka gerbang nya dan segera masuk, namun, niat nya terurung ketika suara seorang perempuan menginterupsi nya, dengan cepat ia membalikan badannya dan melihat sang empu suara.

"Bagus ...." perempuan ini melipat kedua tangannya di dada. "Jam segini baru pulang."

Gadis dengan rambut sebahu ini melihat dari atas sampai bawah perempuan yang tak kalah cantik di depan nya ini. "Lah, Mami juga baru pulang kan?"

"Siska, mami udah besar. Wajar kalo pulang malem," ujar Bela.

Siska terhipnotis oleh kata  besar ia melirik ke payudaranya lalu melirik ke payudara ibundanya. "Apanya?" Heran nya karena merasa 'milik' nya sama besar dengan 'milik' mami nya.

Bela menautkan alisnya lalu mengikuti arah mata Siska, dengan segera ia mencubit lengan anak nya ini. "Mami serius!"

Alih alih menjawab, Siska malah melanjutkan niat nya yang tadi terhenti. Membuka gerbang dan meninggalkan Mami nya sendiri.

Ralat, berdua dengan Pak Lukman—satpam di rumah Siska, yang sedari tadi menyimak perdebatan antara Siska dan Bela, pemandangan itu sering kali dilihat oleh Pak Lukman. Bukan nya tak mau memisahkan, pernah Pak Lukman mencoba melerai keduanya tapi yang ada malah Pak Lukman yang menjadi sasaran antara ibu dan anak itu.

Merasa di abaikan, dengan segera Bela menyusul anak nya ini dengan langkah besar.

"Bi ...," sapa Siska sopan sebelum memasuki kamar nya.

Setelah itu ia langsung menjatuhkan tubuh di kasur king size nya dan menghembuskan nafas lelah, ia melihat totebag totebag dengan merk toko ternama yang tadi ia letakan ke sembarang arah.

Rasa lelah nya seakan lenyap. Dengan segera, ia duduk dan mulai me-unboxing satu persatu belanjaan nya. Mulai dari totebag yang ada di sebelah kanan nya, mata nya berbinar melihat high heels bewarna hitam yang seharga 50 juta ini. Saat ingin meraih totebag sebelah kiri, tiba tiba pintu kamar nya terbuka dan menampakan wajah Bela yang seperti menahan amarah.

"Udah berapa kali mami bilang, gak boleh pulang lewat jam sepuluh!" Bentak Bela.

"Mami aja boleh, masa aku enggak?" Jawab Siska santai lalu melanjutkan kegiatan meng-unboxing nya.

Mata Bela melebar setelah mendengar jawaban Bela. "Siska, Mami udah__"

"Besar?" Potong Siska memiringkan kepalanya.

Bela mendekat dan duduk di pinggir ranjang Siska. "Tuh tau ...." ia melirik satu persatu totebag yang berserakan di kasur Siska. "Kamu pasti abis jalan sama si Kakek itu ya?"Bela mengangkat sebelah bibirnya.

Siska yang tadinya tidak minat berbicara dengan Bela langsung menatap Bela dengan intens. "Mami pasti abis jalan sama si bocil itu ya?" Balas Siska dengan nada dan ekspresi yang di buat semirip mungkin dengan perempuan yang hobi mengoleksi tas branded yang sayang nya adalah Ibunda nya ini.

Bela mendengus. "Orang yang kamu bilang bocil itu, gak sebocah yang kamu pikir." Ia melangkah ke arah pintu, berniat keluar.

"Dan orang yang Mami bilang Kakek itu, gak setua yang Mami pikir."

Me Vs MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang