Jam weker berwarna hijau tosca terus saja mengeluarkan alunan yang sangat mengganggu bagi siapapun yang mendengar nya. Terkecuali, gadis yang sedang membekap seluruh tubuh nya dengan selimut tebal nya ini.
Fransisca Kamelia Zubair, lebih memilih melanjutkan mimpi nya dan melupakan kelas nya yang akan segera dimulai satu jam lagi. Merasa muak dengan kebisingan yang terus keluar dari jam nya— ia mengeluarkan sebelah tangan nya dari selimut dan...
Brukkk
Ia melemparkan jam itu kearah tembok sampai pecah dan tidak mengeluarkan suara suara bising lagi. Suara benturan jam itu ternyata cukup menyita perhatian Bela saat ia melewati kamar anaknya, dengan segera ia membuka pintu kamar Siska yang kebetulan tidak dikunci.
"Ya ampun nih anak," ujar Bela saat melihat jam yang sudah tidak berbentuk di sudut ruangan.
"Bangun, Siska!" Bela menurunkan selimut tebal yang menggulung Siska, bukan nya bangun, Siska malah memeluk boneka beruang pemberian Almarhum papi nya. Bela yang melihat tidak ada tanda-tanda Siska akan bangun dengan segera menyibakkan gorden besar yang ada di kamar Siska.
Dengan cepat Siska menyipitkan mata nya lalu menatap Bela yang sedang mengikat gorden sambil bersenandung kecil.
"Naon si, Mih?" ujarnya sambil mengucek mata, Bela membalikkan posisinya menghadap Siska lalu melangkah mendekati sisi ranjang Sang anak.
Parfum beraroma vanilla menyeruak indra penciuman Siska ketika Bela meletakan bokong tepat di sebelah nya. "Naon naon, jam berapa ini weh!" Bela mengangkat ponselnya yang menyala, menunjukan angka 09:15.
Siska hanya melirik lalu menggaruk-garuk tubuh nya. Secantik-cantik nya Siska, ia sama dengan gadis lainnya, bangun tidur pasti garuk-garuk.
Setelah puas menggaruk, ia menarik selimutnya dan mencari posisi yang pas untuk ia melanjutkan tidur nya, sebelum ia menaruh kepalanya di bantal dengan cepat Bela menahan lengan nya. "Ih kunaon gera," rengek Siska.
"Bangun terus mandi! Kamu kan ada kelas sekarang," ingat Bela.
"Masih lama."
"Yaudah terserah, mami cuma mau bilang, pulang ngampus kamu harus ke butik cek data bulanan!" Perintah Bela.
Siska menatap Bela malas. "Emoh."
Bela menghembuskan nafas pelan. "Kamu kenapa sih harus dipaksa dulu baru mau?"
"Mami kenapa sih maksa orang mulu sampe mau?"
"Fransisca Kamelia." Bela menatap Siska datar.
"Margaret Arabella," balas Siska tak kalah datar.
"Kalo kamu enggak mau ke butik, bulan besok uang jajan kamu mami potong 50%" ancam Bela menekankan kata LIMA PULUH.
"Potong je lah, aku bisa minta 50% nya lagi sama, Om David." Siska menatap Bela malas sambil menggaruk pipinya, lagi.
Bela menatap sinis Siska. "Oh ... kalo gitu, kamu enggak boleh ngambil baju di butik lagi." Bela masih berusaha untuk mengancam, memang setiap Siska ke butik pasti pulang nya membawa beberapa baju.
"Om David." Siska menguap. "Bisa beliin aku baju-baju yang ada di butik Mami."
Dada Bela naik turun, ia mencoba berfikir apa yang tidak bisa pacar tua anak nya itu lakukan. Melihat Bela bungkam, Siska tersenyum miring dan menaik turunkan alis nya. Bela semakin emosi melihat ekspresi kemenangan dari wajah Siska, dan...
Binggo!
Bela tersenyum, ia menemukan cara nya, Bela mulai mengutak atik ponsel nya, dan saat menemukan foto yang pas. "Kalo kamu enggak mau ke butik, foto ini mami sebar." Bela mengangkat ponselnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Mami
ChickLit15+ Bercerita tentang seorang ibu dan anak yang sering kali bertengkar hanya karena masalah kecil, mereka memang tidak dekat, Siska. Gadis ini lebih dekat ke almarhum ayahnya. saat sang ayah meninggal dunia, hubungan antara ibu dan anak ini semakin...