19. Sorry, Mih.

619 76 26
                                        

Siska berdecak malas membaca jawaban Kevin atas curhatannya tadi.

Kevin Campballe: Minta maaf, Sis. Just two word, minta maaf. Dan hubungan lo sama Mami bakal membaik. Ah ralat, hubungan lo sama Mami kan ga pernah baik. Maksudnya Mami bersikap normal lagi lah sama lo.

Setelah selesai membaca kalimat terakhir Siska buru-buru menghapus pesan itu. Apa-apaan ia disuruh minta maaf? Ia saja tidak tahu letak salahnya di mana.

Lalu Siska beralih ke roomchat yang hanya bersubjek tanda baca titik, lebih baik daripada sebelumnya, bff dengan tiga emot love.

Bocah gak bersucure: Minta maaf, dah. Ga usah ribet!

Bocah gak pinter²: Iya bener Siska

Jawaban yang mempunyai inti sama dengan jawaban Kevin tadi. Siska pun melempar ponselnya ke dalam kolam renang, ia melempar dengan kesal, sampai-sampai terdengar seperti batu yang dilempar ke dalam.

Saat ini ia sedang duduk di kursi gantung bermodel sangkar burung yang berada di pinggir kolam. Ingin ke pantai, tapi uangnya sudah menipis. Bela masih setia menahan ATM dan mobilnya.

Tidak hanya menyita fasilitasnya, Bela juga masih bersikap sama seperti lima hari lalu saat Siska meminta ATM dan mobilnya.

Selama lima hari itu juga terjadi perang dingin antara keduanya. Siska pun heran mengapa Bela jadi seperti ini. Ia dari kemarin sengaja mengunci mulutnya, percuma jika membantah ucapan Bela, yang ada, wanita karir itu malah membentaknya habis-habisan.

Siska jadi merasa lima hari ini seperti sedang mengikuti ekskul pramuka, yang mana pembimbing selalu bersikap semena-mena dan langsung menghujaninya dengan bentakan saat ia berani melawan ataupun berbuat salah barang setitik.

"Lima hari di rumah berasa ngetes mental anying." Siska menggaruk rambutnya frustasi, sangat frustasi. Uangnya sudah habis semua untuk merebut kembali tas kesayangan Bela yang waktu itu ia jual dengan harga murah ke dosennya.

Demi apa Siska begitu? Ya demi mendapatkan simpati Bela lagi tentutanya. Dan liciknya, saat Siska ingin membeli tas itu lagi, dosennya malah menahannya. Wanita paruh baya itu baru akan melepaskan jika Siska membeli tas itu seharga aslinya.

Jika waktu itu Siska menjual tas branded Bela dengan harga 10 juta, dosennya ini malah meminta 30 juta seperti saat kali pertama Bela membeli tas itu.

"Cih, lintah darat." Siska jadi kesal sendiri mengingat dosen tua yang sering ia sumpahi kepeleset itu.

Siska meregangkan tubuhnya. Otaknya masih berpikir bagaimana caranya agar Bela bisa bersikap normal kembali dan mengembalikan fasilitasnya. Sialnya. Tas saja tidak dapat membuat hati Bela luluh. Mana tabungannya habis, uang buat stok mogu-mogu juga. Karena ternyata tabungannya tidak sampai 30 juta. Jadi Siska harus menyenggol uang mogu-mogu-nya.

Baiklah. Ini Siska jadikan pelajaran, besok-besok ia akan lebih sering menyisihkan uang.

Siska berdiri, berjalan mendekati pinggiran kolam. Ia berjalan bolak-balik bak setrikaan. Pesan dari Gina dan Kevin pun tiba-tiba terlintas di otaknya.

"Masa iya gue harus minta sorry?" Siska menyeret kakinya di dalam kolam, membuat Levis yang ia kenakan basah hingga ke betis. "Big no! Gue gada salah apa-apa sama Mami. Malah seharusnya Mami yang minta maaf karena akhir-akhir ini bentak-bentak gue mulu!"

Bela sedang bersantai di ruang keluarga. Ia dari tadi fokus berkirim pesan pada Dinda. Bela memberi tahu, bahwa ia sudah berhasil membuat Siska patuh padanya akhir-akhir ini.

Me Vs MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang