Assalamualaikum
Dinda menggeleng pelan melihat Beka yang sejak tadi tidak berhenti meneguk minuman beralkohol dengan kadar 50% yang ia bawa sebelum mengunjungi rumahnya.
"Bela! Lo dengerin gue gak sih dari tadi?" ucap Dinda mencegah Bela yang kembali ingin meminum minuman memabukkan itu.
Bela berdecak. "Lo ngomong, ngomong aja."
Mengabaikan ucapan Bela, Dinda berdiri dan mulai mengumpulkan botol-botol berisi minuman keras itu dan membawanya ke dapur. Menulikan telinganya atas protesan dan juga umpatan Bela. Selain khawatir, ia juga kesal karena gosipannya tidak ditimpali dengan baik seperti biasanya.
Tak lama, wanita yang sudah menjadi sahabat Bela sejak awal kuliah ini kembali dengan tangan kanan yang memegang gelas berukuran besar yang terisi penuh dengan air mineral.
"Kalo lo mabok, yang dengerin gue ngegosip siapa? Lagian masih banyak hot news yang mau gue ceritain." Dinda menyodorkan gelas itu pada Bela.
Wanita yang mempunyai nama lengkap Margaret Arabella ini menghela napas panjang. Namun, tak urung menerima air pemberian Dinda dan meneguknya hingga setengah. Setelahnya ia pun menyenderkan tubuh di sofa dan menghembuskan napas lagi.
Dinda yang menyadari perubahan sikap Bela pun tak tahan untuk bertanya, "Kenapa sih lo? Ada masalah sama kerjaan? Ohh ... si Siska, ya?" tebak Dinda tepat sasaran.
Bela masih tak menoleh. Masa iya dia bilang pada Dinda kalo Siska kali ini membuat ulah dengan meninggalkan jejak kemerahan? Duh, tidak akan. Walaupun Bela selalu bercerita pada Dinda jika Siska membuat ulah, tapi tidak kali ini. Ia tetap pada pendiriannya untuk tidak menceritakan pada siapapun.
Menceritakan sikap Siska kali ini sama dengan menginjak harga dirinya sendiri. Dan tentu itu akan membuat nama Siska menjadi semakin buruk, 'kan? Entah mengapa, Bela tidak ingin itu terjadi pada Siska.
Bela mengangkat punggungnya mencari posisi yang nyaman. Ia pun menoleh. "Dari dulu, Siska ngatain gue gila kerja. Masa iya, orang gila kerja ngeluh tentang kerajaan?" sahut Bela tertawa kecil.
"Nah kan, emang si Siska, kan? Duh, kok lo bisa sabar sih ngadepin tuh anak," ujar Dinda menggebu. "Apalagi kali ini?"
Bela mengunci mulutnya sekejap. "Biasa ... tas gue diilangin."
Dinda berdecak tiga kali seraya menggelengkan kepalanya pelan. "Astaga..." Respon Dinda hanya dibalas kekehan oleh Bela.
"Bel, dengerin gue!" Wanita yang menyandang status sebagai istri pengusaha kelapa sawit ini memegang kedua bahu Bela dan membuat posisi sahabatnya itu menjadi tegak.
"Lo tuh harus tegas! Jangan mau dibantah terus sama dia. Lo kalo dia buat ulah cuma sita ATM atau mobilnya doang kan? Karena lo terbiasa nyita fasilitasnya. Dia juga jadi terbiasa saat lo sita. Alhasil, dia terus aja bikin ulah dan ngebantah lo! Terus, apa pernah dia minta maaf setelah buat ulah, misalnya kaya gini?"
Bela mencerna ucapan Dinda barusan. Benar juga, jika dibandingkan dulu dan sekarang, jelas beda. Siska yang dulu sangat takut jika Bela mengancam akan menyita mobil atau ATM-nya. Berbeda dengan Siska yang sekarang, Siska yang sekarang cenderung lebih ikhlas dan tidak ada takut-takutnya saat Bela mengancam akan menyita fasilitasnya.
Ya... bisa dibilang, Siska bisa karena terbiasa.
"Dinda, lo pegang ucapan gue. Gue bakal bikin tuh anak minta maaf kali ini!"
😈😈
Di lain tempat, Siska yang sedang menonton drakor di laptopnya tiba-tiba merasakan perutnya keroncongan. Ia pun segera berdiri dan mengambil cardigan navy-nya yang ia sangkutkan di kursi meja belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Mami
Chick-Lit15+ Bercerita tentang seorang ibu dan anak yang sering kali bertengkar hanya karena masalah kecil, mereka memang tidak dekat, Siska. Gadis ini lebih dekat ke almarhum ayahnya. saat sang ayah meninggal dunia, hubungan antara ibu dan anak ini semakin...