limi bilis

500 68 11
                                    

Sebenernya pengen up kemarin, tapi lupa, maap.

Happy reading ya.

"Sekarang badan aku gatel." Siska menggaruk pahanya. Mata Bela mengikuti tangan Siska yang terus menggaruk ke sembarang arah.

"Nah gitu, kalo gatel digaruk jangan godain laki orang." Indra penglihatan Bela terus mengamati tangan Siska yang naik menggaruk lengannya dan naik lagi ke lehernya.

Tepat itu juga, Bela melihat leher telanjang Siska. Dengan cepat Bela menyentak tangan Siska, menuruninya agar ia bisa melihat leher Sang anak lebih jelas tanpa terhalang apapun.

"Apa nih?!" tanya Bela dengan intonasi tinggi.

Senyum miring tercetak jelas di wajah Siska ketika melihat raut Bela yang kesal. Ralat, sangat kesal, dan juga mata Bela yang tak lepas mengawasi warna kemerahan di lehernya.

"Jawab Fransisca!" Kali ini Bela menatap wajah Siska dan hanya sesekali melirik ke leher putih itu. Membuat Siska buru-buru menormalkan kembali rautnya.

"Gatel kan aku bilang tadi."

"Gak ada gatel bentukannya kaya gini. Kamu jangan coba-coba bohongin Mami ya Fransisca!" Bela memegang leher Siska, memastikan.

"Ya emang gatel. Terus apaan lagi?" Siska berdiri dan menaiki tangga, menuju kamarnya.

Bela yang sudah tersulut emosi ikut menyusul dengan cepat. "Jujur! Itu apa di leher merah-merah!"

"Digigit nyamuk," jawab Siska santai terus berjalan.

"Answer honestly Mami says! Do you understand?!" Bela menatap Siska dengan mata yang seperti ingin keluar, urat-urat di lehernya pun nampak menonjol, ikut membuktikan bahwa wanita berusia 38 tahun ini sedang murka.

Siska membuka pintu kamarnya dan masuk yang segera diikuti Bela. Ia berdiri di hadapan sang ibunda. "Mami ngarep aku jawab apa sih?"

"Jawab kalo itu kissmark, bener gak?!"

Siska tersenyum tipis, sangat tipis. "Iya bener, ini kissmark."

Gigi atas dan bawah Bela saling menekan, ia menghembuskan napas berat. "Bener-bener ya kamu!" Nada kecewa yang tak disembunyikan terdengar jelas di telinga Siska.

"Kamu tuh anak gadis Fransisca... Mami emang ngebebasin kamu. Tapi kamu udah kelewat batas!" Bela memijit pelipisnya, sedangkan tangan kirinya berpegangan di meja untuk menopang tubuhnya.

"Nanti apa yang bakal orang omongin tentang kamu, tentang Mami. Orang-orang pasti akan ngecap Mami ibu yang gak becus ngurus anaknya."

Siska yang dari tadi mengamati kuku bewarna merah mudanya kini mendongak dan melihat wajah Bela yang memang dari tadi sedang menatap penuh benci ke arahnya.

"Jangan diambil pusing omongan orang lain. Jangankan yang masih hidup, yang udah mati aja masih diomongin," ucap Siska mendadak hafal ucapan Bela yang tadi ingin ia pakai untuk caption-nya saat memposting foto.

Mendengar Siska membalikkan ucapannya tadi membuat darah Bela semakin menggelegak. Bisa-bisanya anak itu menggunakan kata-kata bijak tadi tidak pada tempatnya.

Bela maju selangkah, menghapus sedikit jarak di antara keduanya. "Apa kamu bilang tadi?"

Dengan pede Siska siap mengulanginya. "Jangan diambil pusing omongan orang lain. Jangankan yang masih hid–"

Plakk.

Belum selesai Siska mengulang, ia malah dihadiahi sebuah tamparan yang cukup keras di pipinya. Bela menampar Siska hingga wajah sang anak menoleh ke kanan.

Me Vs MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang