enam belas.

340 73 12
                                    

"Tanggal sama bulan lahir kamu, jangan bilang sama Mami kalo Papi ngasih kamu ini ya?"

Siska kembali ditarik ke realita saat ponselnya bergetar, ia mengambil benda pipih itu dan melihat nama orang yang telah menelponnya, tertulis, 'bocah gak bersucure'. Bukannya mengangkat, gadis yang sedang tidak baik-baik saja ini, malah membuat hapenya menjadi silent.

Siska tersenyum miris sembari melihat foto berukuran sedang yang tersimpan di dompetnya. Ia mengusap foto Frans dan dirinya yang bergaya konyol, atas permintaannya.

Foto itu diambil oleh sekretaris Frans tepat sepuluh menit setelah Frans memberi kartu ATM-nya pada Siska.

Meski awalnya menolak karena takut imagenya turun di depan sekretaris-nya, dengan jurus paksaan dan sedikit merajuk akhirnya Siska berhasil membuat Frans mengikuti gayanya yang berdiri tegak, lalu menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada serta mengangkat lutut kirinya menjauh dari tubuh dan menempelkan telapak kaki di bagian paha.

Melihat Frans yang melakukan gaya yang biasa disebut dengan Tree pose dalam gerakan yoga, membuat sekretaris Frans menahan tawanya mati-matian.

Saat benda berlogo apel digigit itu kembali bergetar, Siska berdecak lalu menaruh ponselnya di atas pasir dan mulai menimbunnya. Kesal, walaupun sudah disilent, entah kenapa saat ini ia hanya ingin tenang. Dan yang menelfonnya pun masih satu orang yang sama. Gina.

Bohong jika Siska tak berandai bahwa Frans masih di sisinya. Saat mendapat kabar Papinya pergi, Siska sungguh berharap itu hanya mimpi, gadis pecinta mogu-mogu ini lebih senang jika ternyata itu adalah mimpi, sekalipun itu adalah mimpi panjang yang terus menyiksanya.

Egois, satu kata itu cocok untuk Siska yang terus memaksa tuhan untuk mengembalikan sosok superheronya.

Siska memang sudah mengikhlaskan Frans untuk pergi dengan tenang, tapi, apa salah jika ia berharap ini hanya mimpi? Apa boleh, Siska menitikkan dendam pada Bela karena di saat hembusan napas terakhir Frans wanita karir itu tidak ada di sebelahnya?

Siska menarik napas saat dirasa dadanya semakin sesak. Jika mengingat detik-detik kepergian Frans, ia mendadak benci pada dirinya sendiri. Ia tidak bisa mewujudkan pesan-pesan terakhir Frans.

Siska memasukan kembali dompet nya ke tas, ia pun buru-buru mengelap air mata yang turun tanpa seizinnya.

Berdiri, berjalan menghampiri bibir pantai. Ia memejamkan matanya, merasakan hembusan angin yang meniup wajahnya dan juga merasakan air pantai yang menyapa kaki dan pergi meninggalkan buihnya. ia pun melirih, "Maaf."

Siska sudah berada di pantai kurang lebih tiga jam, ia yang sengaja tidak mengikuti kelas karena sedang banyak pikiran ini memilih mengunjungi tempat favoritnya. Kemarin, sehabis dari butik, Siska langsung pulang, tetapi yang ia dapat hanya rumahnya yang sepi, bahkan hingga malam. Malam kemarin, Bela tidak pulang ke rumah. Entah sesibuk apa pekerjaan yang wanita itu tanggung. Siska pun heran, biasanya Bela akan pulang sekalipun jam empat pagi.

Setelah insiden kissmark kemarin. Hubungan ibu dan anak ini semakin merenggang. Siska berharap, malam ini Bela akan pulang ke rumah.

Siska menggelengkan kepalanya, apa tadi? Ia berharap Bela pulang? "Dih, biarin lah, paling lagi enak-enakan sama si Adiw takde otak." Ia kembali memasang wajah kesal.

Kevin yang biasanya selalu siap menemani kapanpun, mendadak menolak saat ia ajak ke pantai, begitupun Gina dan Olla, mereka sedang sibuk-sibuknya oleh tugas kuliah. Alhasil ia pun hanya seorang diri.

Siska menendang-nendang pasir lembab dibawahnya dengan ekspresi kesal.

"Mami kenapa sih gak pulang!" Ia melirik jam rolex di tangan kirinya. "Sekarang udah jam tujuh, apa Mami entar pulang?"

Me Vs MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang