18. Meet Old Friend.

353 71 13
                                    

Gadis dengan tube top bewarna putih yang dipadukan dengan jaket Levis bewarna dark blue ini menyeruput secangkir hot caramel latte-nya secara perlahan.

"Ribet, sana minta duit sama sugar Daddy mu itu. Kalo mau jual diri jangan setengah-setengah!"

"Apa?! Minta dong sana blackcard nya, emang setelah bikin kissmark kemarin, dia gak ngasih kamu bayaran?!" Bela tersenyum miring.

"Sorry ya, setau Mami. Ayam kampus modelan kamu gini, biasanya gampang nyari duit, kenapa ini malah minta ya, sama Mami?"

Siska menggelengkan kepalanya, kata-kata itu yang paling berbekas di hatinya. Pedas, sangat pedas. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Jadi jangan heran jika Siska mempunyai mulut seperti setan ini.

Entah mentalnya yang menurun, atau perkataan Bela yang kelewat kasar sehingga ia memikirkannya seperti ini. Siska bukan tipikal gadis yang selalu mendengarkan ucapan orang lain. Persetan dengan orang lain, yang penting dirinya senang.

Namun ucapan Bela beberapa jam yang lalu ternyata cukup menyayat hatinya serta menganggu pikirannya.

Tidak terbiasa pergi sendiri, ia merasa ada yang kurang, tangannya pun terulur mengambil ponsel, ia akan menghubungi orang yang telah memberi casing hijau tosca yang kini melekat pada ponselnya.

Setidaknya satu bangku kosong di hadapannya harus terisi.

"Kevin, sini dong. Temenin gue!"

Siska menghembuskan napas panjang saat lagi-lagi Kevin menolaknya dengan alasan sibuk. Ia pun dengan kesal langsung memutuskan sambungan dan berdecak.

"Katanya gak marah, tapi kalo gue ajak jalan alesan sibuk mulu!" Siska menggeser beranda WhatsApp-nya ke kiri. "Padahal ini udah mau ilang, udah gue tutup juga pake foundation." Siska menatap lehernya di kamera.

Gadis dengan rok di atas lutut yang mempunyai motif dan warna senada dengan jaket levisnya ini berakhir di grup WhatsApp miliknya dan para sahabatnya.

Grup yang biasanya setiap malam ramai dengan obrolan unfaedah ketiganya akhir-akhir ini sepi tidak ada obrolan sejak kejadian di pantai kemarin.

Akhirnya Siska mengirimkan satu pesan ke grup bersubjek 'bff💙💚💛' oke jangan ditanya siapa yang sudah merubah nama grup itu.

Fransisca Kazu: Temenin gw kek anying. Udh kayak ga punya temen ini gw.

Bocah ga bersucure: Mohon maaf ya, sugar baby yg terhormat. Kan gue kemarin bilang, gue sama Olla gak mau ketemu lo sampe tuh kissmark ilang. Lagian, knp gak minta temenin sama OM DAVID tersayang lo itu?

Siska mendengkus setelah membaca balasan Gina. Kata-kata yang Gina ketik berhasil membuat Siska emosi dan berniat menyuntik mati gadis dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah itu.

Siska pun beralih melihat info grup dan menekan nomor Olla.

Fransisca Kazu: Olla mau temenin gw gak? Entar gw isiin kuata yg banyak deh biar lo bisa sepuasnya nonton Spongebob di youtube.

Bocah ga pinter²: Usaha yang bagus, tapi lo lupa ya kalo dari dulu WhatsApp Olla gue tarik biar ada di hp gue juga?

Siska mengepalkan tangan kirinya di depan layar ponsel dengan dada yang bergemuruh.

"Sialan Gina! Mati aja sono lo!" Siska mengirim voice note dengan suara yang nyaris berteriak, membuat beberapa orang menatapnya dengan tatapan heran. Namun, tak ayal juga ada yang memberikan tatapan terusik dan tidak suka.

Bocah ga pinter²: Oh

Fransisca Kazu: Hargain privasi orang konsol

Dengan perasaan ingin membunuh, akhirnya Siska meletakan kembali ponselnya. Ia memilih untuk mengamati dekorasi yang telah dirancang di coffe shop ini. Ia membaca setiap quotes bahasa Inggris yang berada di beberapa bagian dinding. Dekorasi yang dimiliki tempat ini adalah dekorasi yang disukai Siska atau mungkin hampir semua orang karena desainnya yang bertema vintage.

Me Vs MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang