Flashback (2)

307 73 7
                                    

Gimana si aku, ga amanah bgt jadi orang, up ga nentu! Padahal udah janji sama diri sendiri mau up teratur.

Tapi ini gak murni kesalahan aku lho ya! Kemarin tuh aku gada paket, trs pas mau beli paket malah sakit dan ga kuat megang hp.

Kalian happy reading ya! Dan inget ini kita masih nengok ke belakang, kalo part kemarin Frans-nya dikit, kali ini ada satu keluarga yg udah ga utuh di chapter2 sebelum dan selanjutnya.

"Papi mana?" tanya Siska pada sekretaris Frans, wanita berkepala tiga ini nampak kaget dengan kemunculan Siska yang tiba-tiba, bertanya sembari melepas helm tukang ojek.

"Pak Frans sedang ada rapat penting. Dan tidak dapat digang–"

"Meh meh meh, tak peduli ... ngomong tuh sama tukang ojek, sekalian bayarin, entar duitnya diganti sama Papi." Setelah berucap Siska langsung menyerahkan helm yang tadi ia kenakan dan berlari menaiki lift menuju ruang yang biasa digunakan untuk rapat.

Tidak ada waktu berdebat dengan tangan kanan Papinya. Waktunya sudah terkuras lumayan lama saat menghadapi pria tua yang berani menggodanya.

Wanita berrok selutut ini buru-buru berjalan ke parkiran untuk menyerahkan helm dan juga ongkos Siska tadi, baru setelahnya menyusul gadis menyebalkan itu.

Saat menemukan pintu besar yang ia sering kunjungi ini. Tanpa aba-aba, Siska membukanya, membuat seluruh manusia yang ada di ruangan ini menatap kaget padanya.

Sedangkan yang ditatap malah tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi kecilnya. Tak lupa ia melambaikan tangannya pada Frans yang mengusap wajah dengan satu kanannya, tapi saat Siska menatapnya ia memaksakan sudut bibirnya untuk terangkat.

Siska menoleh ketika melihat sekretaris Papinya yang tadi mengejarnya kini sudah berada tepat di belakangnya dengan napasnya yang ngos-ngosan.

Wanita yang Siska ketahui bernama Hana ini memasang wajah menyesal pada Frans.

Frans memberi kode pada Hana, Hana yang mengerti pun langsung membawa kakinya memasuki ruangan dan berucap, "Maaf atas ketidak nyamanan-nya, Ibu dan Bapak. Sepertinya Bapak Fransisco sedang ada urusan mendadak yang amat penting. Jadi izinkan saya mengambil alih rapat ini," bohong Hana seperti biasa jika anak bos-nya ini sudah berulah. Ia pun mulai melanjutkan pekerjaan Frans yang kini merangkul Siska untuk dibawa ke ruangannya.

Selama perjalanan menuju ke ruangannya, seluruh pegawai menyapa Frans ataupun Siska dengan ramah. Frans pun membalasnya tak kalah ramah. Ia sudah dikenal sebagai pemimpin dengan sifat ramah dan pengertiannya.

"Ada apa Kazu? Perasaan tadi baru ngirim foto lagi di Gramedia. Kok tiba-tiba ada di sini?"

"Papi ... Papi tau gak? Mami tau aku lagi bolos," ujar Siska panik memikirkan nasib ATM-nya yang terancam.

"Terus..." Frans menahan tawanya melihat raut panik Siska.

"A-aku boong. Aku bilang bolosnya ke kantor Papi bukan ke mall, terus Mami mau ke sini ceunah."

"Yaudah, gak apa-apa. Lagian siapa sih yang ngaduin kamu? Papi kan tadi udah izinin kamu ke Dandi. Berarti bisa jadi yang ngaduin kamu anak sekolah. Gak mungkin guru, pasti Dandi udah ngasih tau ke semua guru, kayak biasanya." Frans memasang wajah berpikir.

"Osis mereun. Tapi bisa aja lho Pih, Bu Indah yang ngadu. Dia kan pengadu orangnya. Cihh cepuuu." Siska memasang wajah kesal. "Telfon, Pih. Pak Dandi. Bilangin Bu Indah cepu gitu."

"Nanti ya, kan kita belum tau yang ngaduin kamu ke Mami siapa," sahut Frans lembut. "Eh, tumben gak sama Riko? Udah tobat tuh anak?"

"Tobat apaan, tadi dia minta ikut, tapi aku gak kasih. Lagian dia lagi dihukum, jadi biarinin aja dia tersiksa." Siska tertawa.

Me Vs MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang