"Tante Iya ...." Belum selesai Siska berucap, ia mendengar suara Obi yang memanggilnya sambil menangis.
Tunggu! Menangis? Siska dengan segera menoleh dan mendapati Obi yang terjatuh dengan posisi tengkurap dan sedang dibantu berdiri oleh ibu-ibu berjilbab putih. Tak butuh waktu lama, ia berdiri dan menghampiri Obi, melupakan rasa keramnya.
"Sini-sini sayang, mana yang sakit." Siska menggendong Obi sembari membersihkan pasir yang menempel di baju maupun di celananya.
Kevin tak kalah panik, ia berlari menghampiri dan langsung memeriksa setiap bagian tubuh Obi yang berada di gendongan Siska, membuat Siska risih dan langsung menyikut kepala Kevin saat ia sedang membungkukan badannya melihat dengkul sang ponakan.
"Mbak, anaknya dijaga dong! Jangan pacaran mulu, gimana sih. Mau enak tapi gak mau anak!" tegur ibu berjilbab putih yang kira-kira berusia 40 tahun ini lalu pergi begitu saja.
"Ebuset." Siska mengeluarkan ponsel dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya membenarkan posisi gendongan Obi.
Kevin yang melihat Siska kerepotan pun, dengan segera mengambil alih Obi. "Kenapa nangis hey! Mana yang sakit? Tadi jatoh gak nangis, masa sekarang nangis si jagoan?"
Siska melihat ke bawah, ice cream bewarna merah muda favorit Obi sudah dilumuri pasir. "Dia cerik gegara eskrimnya jatoh, Vin." Setelah mengatakan itu, Siska meletakan ponsel di telinganya.
"Iya, Sis kenapa?" Terdengar suara Olla di seberang.
"Olla lo kalo gak tau apa-apa diem! Siapa yang pacaran aja si! Tadi juga gue udah mau nyusul Obi tapi kaki gue keram. Dan satu lagi, apa-apaan lo bilang gue mau enak tapi gak mau anak. Mulut dijaga, malu sama pantat, pantat aja kalo mau kentut mikir dulu," ujar Siska menggebu-gebu.
"Maksudnya Sis, gue gak nger___"
Tuttt
Siska memutuskan sambungan, seperti biasa. Jika Siska kesal dengan orang tua ia akan menelfon Olla dan melampiaskannya pada gadis bergingsul plus berlesung pipi itu.
"Tuman banget lo, kasian Olla, mana kasar banget lagi bahasa lo," tegur Kevin sambil menarik tangan Siska agar mengikutinya ke tempat awal mereka.
"Dari pada gue ngomong ke ibu tadi kan?" Siska mengelap sisa-sisa air mata di pipi Obi yang sudah berhenti menangis tetapi masih sesenggukan.
"Vin, beliin eskrim lagi sih sono!" perintah Siska merasa kasihan pada Obi.
"Udah pergi ege, kan tadi lo yang neriakin tuh tukang sebelum pergi."
"Owh iya, poho." Akhirnya Siska berniat mengajak Obi membeli pentol yang jaraknya lumayan jauh dengan tempat mereka saat ini. "Obi, beli pentol yu. Di ujung," ajak Siska.
"Rasa pentolnya sama kayak pentol Bu Indah gak?" Tanya Obi yang membuat Siska dan Kevin tertawa. Pentol Bu Indah memang sangat lezat, banyak yang menyukainya, termasuk Siska dan Obi.
"Cinta banget ya, sama pentol Bu Indah?" Siska mencubit pipi gembul Obi. "Ayo makanya cobain, entar kita adu enakan pentol Bu Indah apa pentol yang itu."
Obi mengangguk lalu berusaha melepaskan diri dari gendongan Om nya, setelah turun ia langsung berlari sambil memegang tangan Siska.
"Takde kapok-kapoknya ya? Baru jatoh juga," Siska berujar sambil menyeimbangkan langkahnya.
"Hati-hati, Sis," pesan Kevin.
Karena Obi terus saja berlari, akhirnya Siska memutuskan untuk menggendong Obi. "Meni badung ieu child," gemasnya seraya mencium pipi Obi beberapa kali. "Seneng bat ya digendong gini jadi cem koala."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Mami
أدب نسائي15+ Bercerita tentang seorang ibu dan anak yang sering kali bertengkar hanya karena masalah kecil, mereka memang tidak dekat, Siska. Gadis ini lebih dekat ke almarhum ayahnya. saat sang ayah meninggal dunia, hubungan antara ibu dan anak ini semakin...