22. not like him...

295 50 22
                                    

"Assalamualaikum, calon imam!" Siska terkekeh sambil menutup pintu mobil Om David.

"Walaikumsalam," sahut Om David ikut terkekeh.

Setelah mengikuti kelas, Siska langsung dijemput oleh Om David di halte kampusnya.

"Mau jalan-jalan dulu gak?" tanya Om David mulai menggabungkan mobilnya bersama alat transportasi lain.

Dan anggukan kepala menjadi jawaban untuk Pria berusia 45 tahun yang lengkap dengan pakaian kantoran ini.

Yaa tadinya Siska tidak ada niat untuk bermain dengan Om David, tapi karena Bela yang sampai detik ini masih keukeh mempertahankan fasilitasnya, terpaksa ia menemui ATM berjalannya.

😈😈

Green smiyle hotel. Di lobi tempat inilah Siska berada. Sebuah hotel dengan bagian halaman depan yang penuh dengan berbagai macam tanaman, membuat nuansa hijau seperti namanya.

Saat tadi ingin turun dari mobil, Om David mendadak mendapat telfon dari rekan bisnisnya, akhirnya Siska memutuskan untuk turun duluan karena ingin mencari udara segar.

Siska menoleh ke kiri, mengamati air terjun buatan yang sangat indah, mengeluarkan suara khas air terjun yang membuat Siska tak melepaskan penglihatannya dari objek itu.

Siska terpaksa mengalihkan pandangan saat merasa seperti ada yang sedang menatapnya. Dan benar saja, saat Siska menoleh ke kanan, ia mendapati wanita seusia Maminya yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri.

Siska tersenyum miring menyadari siapa orang itu. Ia pun melambaikan tangan ke wanita yang sedari tadi menatap aneh kearahnya, seperti sedang memastikan bahwa gadis yang kini sedang tersenyum lebar ke arahnya adalah anak dari teman satu arisannya atau bukan.

Bahkan sampai masuk ke mobil, wanita yang Siska ketahui bernama Intan ini terus mengamati Siska sampai memutar kepalanya. Setelah Intan benar-benar masuk ke dalam mobilnya barulah Siska terkekeh, bisa ia pastikan jika setelah ini Intan pasti akan mengadu pada Bela bahwa sudah melihat dirinya mengunjungi hotel.

Siska mengetuk layar ponselnya dua kali. Dan tertulis lah sesuatu yang ia ingin lihat. Selasa, 20:45

Lalu ia menatap ke depan, batang hidung Om David belum juga terlihat. Akhirnya ia menoleh ke belakang, berniat menunggu di sofa yang tersedia di depan meja resepsionis.

Namun, baru saja berbalik dan melangkah tiga kali tiba-tiba ia meringis karena bahunya yang tertabrak cowok bertopi.

"Aishh, lo jalan pake mat ... lho? Adit?"

Siska mengamati lelaki di depannya yang kini terlihat memakai kemeja ... yang dikancingkan? Beralih ke leher lelaki itu yang tak mengalungkan kamera kesayangannya. Mata Siska buru-buru ke tangan putih lelaki itu, mungkin kamera terlupakan tapi jam yang katanya pemberian Tante-nya itu masih melingkar indah di pergelangannya.

Baru saja Siska kembali menatap wajah Adit, lagi-lagi maniknya berpindah pada ponsel—yang sedari tadi Adit mainkan sambil berjalan sehingga membuatnya menabrak Siska— di tangan Adit yang berdering.

Adit memandang wajah Siska yang kini nampak tampak terkejut melihat nama sang penelfon, yaitu 'Si bangsat'.

Keterkejutan Siska ternyata tak sampai di situ, Siska kembali menatap wajah Adit yang kini sedang berbicara pada orang yang entah siapa ia telah namai dengan nama yang tidak sopan itu.

"Sabar anjing. Gak usah sok bener lo, gue lag–" Adit menghentikan ucapannya ketika sadar masih ditatap aneh oleh gadis cantik di depannya.

Ia tertawa, membuat Siska triple bingung, lalu berucap, "Sorry, gue lagi buru-buru." Dan melanjutkan langkah cepatnya seraya lanjut bicara dengan 'Si bangsat' itu.

Siska tak menjawab. Namun tubuhnya ikut berbalik memandang objek Adit yang masih setia menempelkan ponsel di telinganya.

Siska mematung sebentar. Tak lama ia buru-buru mengeluarkan ponselnya, menelfon seseorang yang baru saja menabraknya dan bersikap aneh.

Nomor yang anda tuju sedang sibuk, cobalah hubungi beberapa saat lagi. Sorry your num—.

Siska menekan logo ponsel berwarna merah. Ternyata benar, yang baru saja menabraknya adalah Adit. Lalu ia kembali mendongak menatap punggung Adit yang kian menjauh tapi masih dengan posisi yang sama, menempelkan ponsel di telinganya.

Tapi sedang apa Adit di sini? Mengapa Adit sangat terburu-buru sampai bahkan tidak menyempatkan untuk berbasa-basi dengannya barang sebentar? Dan dengan siapa Adit berbincang?

"Siska, liatin apa sih?"

Tepukan pada lengan Siska membuat gadis itu mengalihkan tatapannya dari punggung Adit yang kini bahkan sudah tak terlihat, asyik memikirkan jawaban atas pertanyaan yang berperang pada pikirannya, Siska sampai tak menyadari bahwa Om David telah berada di sebelahnya.

"Gimana?" tanya Siska setengah sadar dengan kepala yang sesekali memanjang mencari punggung tegap pria bertopi itu.

"Kamu ngeliatin apa? Tadi saya lambai-lambain juga ga ngeliat, saya kira ngeliatin saya."

"Em, tadi aku liat temen aku tapi sikap dia aneh banget." Siska tersenyum simpul.

Setelahnya ia menghembuskan napas lega, ada untungnya Adit bersikap aneh dan sedang terburu-buru, coba bayangkan, bagaimana jika tadi Adit mengajak Siska basa-basi lalu Om David menghampiri?

Tidak masalah di Om David, tapi Adit? Pasti Adit akan ilfeel dan menjauh jika mengetahui ternyata Siska mempunyai hubungan dengan Om-om. Apalagi di hotel, tempat yang pasti membuat Adit langsung bisa mengambil kesimpulan.

😈😈


Siska membuka pintu rumahnya. Namun, sebelum itu ia melihat jam di ponselnya terlebih dahulu.

Pukul 22:20. Ya... walaupun telat 20 menit, setidaknya ia sudah mencoba untuk pulang tepat waktu.

"Lah, Mami?"

Siska menghentikan langkahnya saat melihat Bela yang sedang menonton televisi di ruang keluarga. Bela mengenakan piyama, yang berarti wanita itu sudah sejak tadi pulang.

"Tumben udah pulang." Siska duduk di sebelah sang Ibu.

"Ck, terserah Mami!"

Gadis yang baru pulang ini spontan memasang wajah heran, ini Maminya kenapa sih? Perasaan dia tidak melakukan salah, bahkan ia saja baru pulang.

"Kenapa dah?"

"Gak usah kepo jadi anak! Udah sana masuk kamar! Baru pulang bukannya bersihin badan malah duduk manis di sini!" jawab Bela masih dengan nada tidak santainya.

"Dih gak jelas, kesel ke siapa marah ke siapa." Siska jadi ikutan kesal, ia berdiri dan mulai membawa langkah ke kamarnya.

Kebiasaan buruk Bela yang paling Siska tidak suka adalah itu. Jika Bela sedang kesal pada orang atau sedang ada masalah pada kliennya pasti di bawa ke rumah. Dan orang rumah yang akan terkena imbasnya.Tidak seperti Frans yang membedakan rumah dan juga dunia luar ataupun dunia bisnisnya.

Mungkin Bela kesal pada klien yang tadi ia temui?

Atau mungkin sedang ada masalah dengan teman-teman arisannya?

Ahh tidak penting, mengapa Siska repot-repot memikirkan itu. Dengan memikirkan sikap Adit saja sudah membuat kepalanya pening.


Tbc.

Me Vs MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang