Saat ini Siska sedang menyusun beberapa botol Mogu-mogu—yang dibelikan oleh pacar tua nya—di kulkas.
Ia juga menggunakan earphone dan sesekali bernyanyi mengikuti lagu yang sedang ia setel dengan volume kencang.
"I can be your sugar when you're fienden' for that sweet spot, put me in your mouth baby and eat it thill your theet rut." Senandung nya mengikuti lirik lagu favorit nya.
Setelah selesai ia menutup pintu kulkas dua pintu nya lalu berjalan ke arah kamar nya. Tak ingin di cap sebagai anak durhaka, ia pun menyapa Mami nya yang sedang menonton di ruang keluarga. Namun, ia lupa menurunkan volume musik nya terlebih dahulu, alhasil ia menyapa Bela dengan suara sedikit berteriak.
"Hai, Mih!"
Bela melirik sinis. "Manggil apa ngajak berantem sih?!"
"Hah?"
"Kuping apa tetelan," cibir Bela.
"Hah?!"
Bela memegang telinga nya, mencoba memberi isyarat pada Siska. "Lepas dulu earphone nya Ani," ujarnya.
Siska yang mengerti dengan kode yang Bela berikan pun dengan segera memegang telinga nya lalu melepas earphone nya.
Siska tersenyum lebar. "Eh poho," ujarnya lalu berniat melangkahkan kakinya ke tujuan awalnya, kamar.
"Bye, Mih, aku mau ke kamar," pamit Siska sambil mencium telapak tangannya lalu mengarahkan nya pada Bela. Yaa singkat nya kiss bye lah.
Bela menatap jijik pada gadis bermata bulat itu, Siska yang merasa kiss bye nya tidak diterima baik oleh Bela pun tersinggung.
"Meni evil pisan," ujar Siska membalikkan tubuh di akhir kalimat nya.
Namun ,suara Bela membuat Siska mengurungkan niatnya untuk menaiki anak tangga nya. "Siska, duduk sini dulu. Mami mau ngobrol!" ujar Bela sedikit berteriak karena mengira Siska mengenakan earphone nya lagi.
Dengan cepat Siska membalikkan tubuhnya dan duduk di sebelah Bela dengan tampang melongo. "Ebuset terkejut enweng, ngapain sih Mih teriak-teriak cem di forest." Siska mengambil ponselnya saat dirasa paha nya bergetar. "Ngajak ngobrol apa ngajak berantem dah?" lanjut nya tanpa memalingkan muka dari benda pipih yang ada di tangannya.
Bela mengernyit, mengapa ucapan Siska sama dengan ucapan nya tadi. Padahal kan tadi Siska menggunakan earphone dengan volume keras. "Mungkin naluri suka ngebalikin omongan gue," batin Bela lalu mengangkat kedua bahunya.
Bela menatap Siska yang sedang senyum-senyum sambil melihat ponselnya. "Pasti chatan sama sugar Dady nya," cicit Bela—sambil mengintip layar ponsel Siska—namun masih dapat terdengar oleh Siska.
Siska yang merasa layar ponsel nya sedang diperhatikan dengan cepat menoleh dan mendekap kan ponsel ke dada nya. "Bintitan baru nyaho sia." setelah mengatakan itu Siska menyenderkan tubuhnya di tumpuan tangan yang ada di sofa, agar Bela tak dapat lagi melihat layar ponsel nya.
"Siska Mami mau ngomong," ujar Bela lagi.
"Sakeudeung sakeudeung." Siska menggerakan jari di keyboard nya dengan cepat lalu menekan tombol home.
Setelah itu, ia meletakan ponsel nya di meja. Selain menerapkan untuk menjaga kepercayaan orang, Bela juga menerapkan Siska untuk selalu menjaga attitude. Contoh kecilnya saat ada yang berbicara ia harus meletakan ponsel nya dan menatap orang yang mengajak berbicara.
Siska menatap Bela— yang sedang menyeruput jus alpukat favorit nya—untuk segera berbicara.
"Ck, seabad," ujar Siska tak sabaran. Tangan nya gatal ingin cepat-cepat memegang ponsel, karena layar ponselnya yang terus menyala, menandakan ada beberapa pesan yang masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Mami
ChickLit15+ Bercerita tentang seorang ibu dan anak yang sering kali bertengkar hanya karena masalah kecil, mereka memang tidak dekat, Siska. Gadis ini lebih dekat ke almarhum ayahnya. saat sang ayah meninggal dunia, hubungan antara ibu dan anak ini semakin...