Tilu.

2.2K 163 128
                                    

"Eh, Sis sini!" panggil Kevin saat Siska melewati nya.

Siska menghampiri. "Apaan?"

"Nih, bantuin dia lagi nyari sepatu." Kevin menunjuk anak remaja yang ada di sebelahnya.

" gak ma__" Siska belum selesai menyelesaikan ucapan nya namun dengan cepat disela oleh Kevin.

"Plis bantuin, gue disuruh Mami ke ruangan nya." setelah itu Kevin melangkah ke ruangan Bela dengan langkah besar.

"Mami ada di sini?" batin Siska, sementara Siska bertanya-tanya dalam hati, remaja lelaki di sebelahnya ini sibuk merapihkan penampilan nya.

"Ehm ehm." Remaja ini menyisir rambut dengan jari tangan nya.

"Naon sia," ujar Siska menaikan oktaf suaranya.

"Aduh jangan galak-galak, entar cantik nya ilang."

Siska memijit pelipisnya, sudah muak dengan gombalan receh dari buaya seperti ini. "Nyari apaan?" tanya Siska.

"Sepatu buat cewek yang paling mahal, buat inces gue," ujar lelaki ini.

"High heels?" tanya Siska.

"Iya deh biar dia keliatan tinggi, dia pendek banget njir, apalagi kalo pake payung, jadi cem jamur. Tapi ada bagus nya si dia pendek, selain enak dipeluk, kalo dia macem-macem juga gampang dibanting nya." Lelaki ini terkekeh.

Siska menatap datar ke arahnya, tinggal bilang iya apa susah nya sih.  Siska mengajak lelaki ini menuju kebagian rak-rak high heels.

"Tuh pilih," ucap Siska.

"Yaelah pilihin dong kan gue enggak ngerti."

"Ngeribetin banget sial," cicit Siska sambil berjalan dan mengambil satu sepatu. "Nih yang paling mahal, 70 juta." Ia memberikan high heels bewarna hitam, sederhana namun terlihat elegan.

Lelaki ini nampak kaget saat mendengar harganya, ia menelan saliva nya. "20 juta gimana?" Ia mencoba menego.

"Ambil," ujar Siska.

"Wah bener? yaudah gue kasih duit nya ke lo aja ya? Lumayan banget dari 70 juta jadi 20 juta." Lelaki ini tersenyum sumringah.

"Ambil hikmahnya."

"Eh, yang lain aja deh enggak usah mahal-mahal amat." Ia menggaruk tengkuknya lalu menunduk.

Siska berdecih "Punya duit pas-pasan gegayaan pengen yang paling mahal." ia tersenyum remeh.

"Ini aja nih." Lelaki ini menunjuk high heels bewarna putih, Siska mengambil sepatu itu dan memberikan padanya.

"Bagus nih, berapa harganya?" Tanya nya sambil mengamati setiap bentuk dari sepatu ini.

Siska melirik sekilas. "10 juta."

"Oh ya udah, bungkus nih, tapi yang ukurannya 39 ya."

Siska memanggil salah satu karyawan Mami nya untuk mencari sepatu yang dimaksud dengan ukuran 39, tak lama karyawan Mami nya datang dengan membawa kotak berisikan sepatu berharga 10 juta di dalamnya, lalu memberikan nya pada Siska.

"Nih liat dulu," ujar Siska mengoper kotak itu pada Lelaki di sebelahnya.

"Ini cara make nya gimana?"

"Ya ampun ... semua manusia di belahan dunia manapun  tau cara pake sepatu itu sama semua," sahut Siska tak habis fikir.

"Yaelah tinggal contohin apa susahnya."

Siska mengambil kotak itu dengan kasar. "Nih, buka kotaknya, terus hantam ke kepala kau." Habis sudah kesabaran Siska yang dari tadi ia tahan, peduli setan butik Mami nya dianggap jelek karena tidak memperlakukan pembeli dengan ramah.

Bukan nya marah, lelaki ini malah terkekeh. "Aaa gemoy anet ciii, yaudah gak usah dicontohin. Oh iya kalo lo suka salah sepatu di sini ambil aja nanti gue yang bayarin!" Lelaki ini menepuk dadanya sombong.

Siska memaksakan senyumnya. "Enggak usah makasih, lo bisa ke kasir abis itu pulang dan gak usah kesini lagi, oke bos?"

Setelah mengatakan itu, Siska berjalan ke ruangan Mami nya. Saat sampai di depan pintu ia memegang gagang pintu, berniat membuka nya. Namun, pintu telah terbuka terlebih dahulu dan menampilkan Bela yang sedang terburu-buru. Saat melihat Siska, Bela menaikan alisnya lalu melanjutkan langkahnya.

"Mami!" panggil Siska, Bela menoleh.

"Ketemu anak kayak enggak kenal ih, masa naikin alis doang."

"Ck, Mami buru buru," sahut Bela.

"Mami kesini naik apa? Kok aku enggak liat mobil Mami di depan?"

"Mami kesini dianterin sama berondong Mami." Bela tersenyum malu.

Siska celingak-celinguk. "Owh dia lagi di sini? Mana sini aku pengen tabok, biar sadar enggak morotin Tante-tante mulu."

"Apa sih kamu, dia tadi lagi keluar dulu cari minum, oh iya." Bela mendekat ke arah Siska dan mengambil satu botol mogu-mogu. "Makasih ...." lalu berjalan cepat meninggalkan Siska sendiri.

Siska melihat keranjang nya. "Yah mogu-mogu nya tinggal lima."

😈😈

Saat ini Siska sedang melakukan perjalanan dengan pacar tua nya, mereka menggunakan mobil Om David seperti yang tadi ia bilang, Siska meninggalkan mobilnya di butik.

Siska fokus pada ponsel nya yang membuat Om David berdecak. "Kata nya kangen, tapi pas ketemu kok nunduk aja?" Siska tak mengubris, karena terlalu fokus pada layar ponselnya.

"Lagi chatan sama siapa si?" tanya David yang lagi-lagi diabaikan oleh Siska.

"Fransisca ...." panggil Om David lagi.

"E-eh iya kenapa?"

David menghembuskan nafas pelan. "Lagi chatan sama siapa?" ulang David.

Siska meletakan ponsel nya, merasa tidak enak dengan sugar Dady nya ini "Sama Gina sama Olla." David mengangguk.

"Skincare masih ada?" tanya David.

"Masih."

"Stok mogu-mogu?"

"Abis ...." rengek Siska.

"Ya udah entar beli lagi ya, yang banyakan deh biar abis nya lama." Siska mengangguk antusias sambil tersenyum.

"Eh iya, Om," panggil Siska.

David menoleh. "Hm?"

"Gina masa katanya iri sama kita," ujar Siska di selangi kekehan.

"Iri kenapa?"

Siska memasukan kripik singkong ke mulutnya. "Katanya kita bisa tiap hari ketemu, tiap hari main."

"Dia emang enggak bisa tiap hari ketemu?"

"Engga, kasian deh Gina, kemarin kan kangen sama cowoknya tapi enggak ketemu cuma video call, orang mah cowoknya peka kek gitu, nyamperin." ucap Siska menggebu-gebu.

"Sibuk kali."

"Bukan! Kemarin katanya dia lagi ga punya duit, atm nya disita gara-gara ikutan balapan liar," Siska meneguk mogu-mogu nya. "Padahal kan Gina pengen ketemu doang, Gina tuh kangen sama dia, dia tinggal nyamperin doang apa susah nya. Emang kangen bayar? Nggak kan?!"

David terkekeh melihat Siska yang emosi saat menceritakan kekasih sahabatnya, ia mengacak puncak rambut Siska. "Rindu dan kangen itu gratis, cuman kamarnya aja yang bayar," ujar David.

"Heh!" Siska mencubit lengan David.

Me Vs MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang