Dua belas

498 75 20
                                    


Hai! Apa kabar?

——

Staytune tros ya epribadeh, menuju konflik nih soalnya.

——

Eh iya! Jgn lupa tinggalin jejak ya.

——

Selamat membaca💕

Jam 08:30. Wanita karir berumur 38 tahun yang sedang memakai kutek di jari kukunya ini, sesekali menyahuti orang di seberang yang saat ini sedang menelfon dirinya.

"Lain kali jangan lupa jamnya," ujar Bela pada pacar mudanya.

"Iya Tan, waktu itu lupa." Lelaki yang diketahui bernama Adit ini menggaruk tengkuknya di seberang sana. "Makasih ya Tan, jamnya langsung dibalikin ke aku besoknya, jadi ngeribetin."

Jika Siska mendengar pasti ia akan berucap, "Babi, biasanya juga lo ngeribetin ya setan." Sebab itu, Bela tidak mau mengangkat telfon dari Adit jika posisinya berdekatan dengan Siska. Ia sudah hafal betul pikiran anaknya.

"Iya udah gak papa, nanti Tante mau ngechek resto yang deket pantai. Mau sekalian ketemu?"

"Kayaknya nggak deh, Tan. Aku ada janji sama temen," jawab Adit dengan nada tak enak.

"Ya sudah gapapa, kalo gitu Tante mau lanjut siap-siap, ya."

Bela menutup panggilan ketika mendapat persetujuan dari sang berondong, lalu ia kembali fokus pada kakinya yang masih ia baluri kutek bewarna ungu tua.

Kaki sebelah kanan sudah selesai, sekarang tinggal yang sebelah kiri. Baru saja ia mengoleskan di kuku jari kelingking, suara yang sangat ia kenali kembali mengganggunya.

"Mami ku sayangg ...." Siska mengetuk pintu kamar sang ibu tiga kali.

Bela melirik ke arah pintunya, perasaan ia tidak mengunci pintu itu. dan ternyata memang, pintu kamarnya tidak dikunci, bahkan ia membukanya sedikit. Jadi, buat apa Siska mengetuknya?

"Perasaan gue gak enak nih," tutur Bela pada dirinya sendiri.

Bela menyuruh Siska untuk segera masuk, setelah mendengar perintah dari Bela, gadis pecinta mogu-mogu itu pun menampakan diri dengan senyum manisnya. Ia berjalan mendekati Bela. Saat sudah di depan sang Ibunda, Siska berdeham dan menegapkan tubuhnya.

Bela menatap aneh ke arah Siska, perilaku gadis bermata bulat ini membuatnya makin keheranan. "Biasanya juga langsung nyelonong," ujar Bela.

"Ngapain kamu?" Bela bertanya saat melihat Siska yang menegapkan tubuhnya bak pemimpin upacara.

"Berdirinya saya di sini, Fransisca Kamelia Zubair. Yang bisa dipanggil 'Sis' oleh orang tak berakhlak, dan yang biasa dipanggil 'Kazu' oleh orang terdekat. Ingin meminta hak-nya sebagai anak. Sekian, terimakasih." Siska berucap tegas, setelah itu ia membungkukkan tubuhnya dan berjalan mundur tiga langkah secara perlahan.

Kan kan, pantas saja dari awal saat Siska mengetuk pintu perasaan Bela tidak enak.

Bela yang mengerti hanya acuh dan berpura-pura tidak paham dengan apa yang Siska maksud. Sekarang tau kan, darimana sifat Siska yang sebenarnya peka tapi sering kali berpura-pura tidak tau?

"Ngomong yang jelas dong, Fransisca." Bela menutup kuku kuteknya yang sudah selesai ia gunakan dan menatap Siska yang masih membungkuk.

Siska berdecak dan menormalkan kembali tubuhnya, payah! Bela tidak sepeka dirinya.

Me Vs MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang