Songo.

833 112 149
                                    

"Bi ...." rengek Siska.

"Apa, Neng?" sahut Bi Fatma tanpa menghentikan kegiatannya.

Siska merebut tas Bi Fatma dan menyembunyikan di balik tubuhnya. "Jangan pergi."

Bi Fatma tersenyum. "Bibi cuma lima hari, Neng." ia mengelus lengan Siska lalu turun ke telapak tangan, dan mengambil kembali tas miliknya.

CUMA?

Mungkin bagi yang lain itu waktu yang sebentar. Namun, lain dengan Siska.

Siska akan merindukan Bi Fatma, rindu meledek Bi Fatma, rindu segalanya tentang Bi Fatma. Ah baiklah, Siska terlalu berlebihan dan mendramatisir.

"Ah, lamaa ...."

"Entar kalo anak Bibi sembuh, Bibi langsung pulang."

"Promise? Tong wadul!" Siska mengerucutkan bibirnya.

"Iya, enggak."

Ah iya. Mereka terlalu asyik berbincang sampai melupakan sosok Bela, yang sedari tadi melongo memperhatikan dua wanita yang berbeda umur ini. Seperti anak yang tidak rela ibunya pergi walau sekejap.

Bela menatap intens keduanya. Pasalnya, Siska tidak pernah menahannya seperti itu. Tak peduli ia pergi semingu atau sebulan, liburan atau urusan kantor. Siska hanya berpesan agar Bela tidak mencari berondong lagi, dan membawa oleh-oleh saat kembali.

Bela menyelipkan rambut ke belakang telinganya. "Berasa nonton drakor ngab."

"Iri bilang bos! Yhahaha wahyuuu."

Bela menaikan bibir atasnya. "Nih, kan Bi Fatma pulkam. Jadi, sekarang kita masing-masing. Siska kalo kamarnya berantakan rapihin sendiri, anduk juga, kalo abis dipake jangan ditaro sembarangan, di sofa apalagi di kasur! Kan biasanya Bi Fatma tuh yang ngerapihin," ingat Bela panjang lebar.

"Meh meh meh."

Setelah bernegosiasi dengan Bi Fatma, akhirnya Siska mengizinkan Bi Fatma pergi dengan perjanjian Bi Fatma akan kembali dalam empat hari.

Siska kembali ke kamarnya saat mobil yang dinaiki oleh Bi Fatma dan Pak Adih—supir pribadi Siska, menjauh dari pekarangannya.

Siska merebahkan tubuhnya, tangan kanannya sibuk meraba kasur, mencari dimana keberadaan remotenya.

Saat telapak tangannya merasakan benda panjang yang memiliki banyak tombol itu, Siska langsung menggenggamnya dan menekan tombol paling atas yang bertuliskan STANDBY/ON.

Sementara ia membuka ponselnya saat televisi sudah menyala. Seperti biasa, bukan ia yang menonton televisi tetapi televisi yang menontonnya.

Ia mulai memeriksa akun media sosialnya, seperti biasa. Ia akan mulai dari instragam, Line, dan terakhir WhatsApp.

Dahinya berkerut halus saat melihat nomor tidak dikenal berada di paling atas beranda WhatsAppnya. Ia tidak bisa menerka-nerka siapa orang di balik pesan bertuliskan 'Hai!' ini. Karena sang empu tidak memakai foto profil ataupun info.

Dengan alis yang masih menyatu, akhirnya Siska memutuskan untuk membalas pesan itu.

+62xxx

|Hai!

Saha ieu|

|People

Cwk apa cwk?|

|Cwk

Cwk?|

Me Vs MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang