14.

389 72 21
                                    

Hai, sebenernya pengen up kemarin, tapi ga ada paket hiks.

Dah lah happy reading aja

"Aaaa Om David! Long time no see..." Siska berkata antusias setelah menutup pintu mobil dan melempar tas Maminya ke kursi belakang.

"Berapa lama, ya?" Om David terkekeh kecil. "Saya sibuk banget akhir-akhir ini."

"Iya, Om. Santuy. Yaudah kuy jalan!"

"Mau ke mana?"

Setelah mendengar intruksi Siska, Om David langsung menggerakan tuas handlenya, dan ikut bergabung dengan para kendaraan yang berlalu lalang.

Pagi ini, pukul 09:00, gadis dengan rambut yang dikuncir asal ini meminta jemput pada sugar Daddy nya di tempat biasa, yakni di Alfamart yang tidak jauh dari perumahan.

Siska merasa malas di rumah, kupingnya memanas mendengar ocehan Bela yang tiada henti menyalahkannya atas hilangnya tas bewarna navy kesayangannya.

Siska heran, bisa-bisanya Bela yang sudah masuk ke dalam mobil, dan tinggal menginjak gas untuk jalan, malah turun kembali dengan alasan: tas yang ia gunakan tidak kontras dengan blazernya.

Menghabiskan waktu cukup lama untuk mencari, Bela tidak berhasil menemukan tas kesayangannya itu. Tapi, ia berhasil mengingat, bahwa Siska lah yang terakhir meminjamnya. Ralat, sepertinya kata mencuri lebih tepat. Karena gadis yang sering dikatai tidak dewasa oleh Kevin ini tidak pernah meminta izin terlebih dahulu.

Saat ditanya di mana tas itu berada, dengan mudah Siska melontarkan satu kata. Namun, hanya dengan satu kata berhasil membuat Bela ingin menusuk ribuan pisau ke jantung anaknya ini. Untung Bela masih waras.

Dan kata itu adalah 'lupa'.

Siska yang tadinya keluar kamar ingin menonton drachin, malah melenceng jadi menonton ceramah Mama Dedeh. Ya ... Siska diam-diam menamai Bela Mama Dedeh jika mulai menasihatinya.

Yang membuat Bela semakin emosi adalah, Siska malah buru-buru kabur saat dirinya ke kamar mandi. Padahal Bela sudah memperingatkan agar Siska tak berpindah posisi, tapi bukan Siska namanya jika tidak membangkang.

Dan lebih parahnya lagi, Siska membawa tas bewarna putih yang tidak jadi Maminya pakai itu, tanpa akhlak Siska mengeluarkan semua barang berada di tas itu, dan membiarkannya berserakan di sofa, baru setelahnya ia berlari, menuju ke Alfamart.

Om David bukan pilihan utama Siska awalnya, karena Siska tau, pria dewasa itu sedang sibuk-sibuknya. Ia sempat mengirim pesan ke grup yang berisi dirinya dengan dua sahabatnya. Tapi apalah daya, Gina dan Olla sedang di perjalanan menuju kampus karena akan ada kelas 30 menit lagi. Suruh membolos? Sudah, bukan Siska juga namanya jika tidak menyesatkan orang. Tetapi inilah Gina, calon dokter muda yang tak akan merelakan kelasnya terlewat hanya demi mendengar unek-unek Siska.

"Mbak, kopi dua, satu latte. Satu ...." Om David melirik Siska yang fokus pada ponselnya.

"Original," sahut Siska cepat merasa sedang diperhatikan, lalu ia fokus kembali pada gadgetnya.

"Kamu nelfon saya cuma buat ngeliatin kamu main hape?"

"Eee enggaaa." Siska buru-buru memasukan ponsel ke sakunya dan senyum-senyum pada Om David.

"Siska, saya mau ngomong serius," ujar Om David membuat senyuman Siska luntur perlahan.

Pikiran Siska mulai menjelajah, sebelum Om David membuka suara ia sudah repot-repot memikirkan apa yang akan pria itu bicarakan.

Me Vs MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang