Sibilis.

674 92 122
                                    

Ada yang kangen sama Mami Bela?

-
-

Yuk! tinggalin jejak

-
-
-

Happy reading❤

Siska memegangi perutnya yang terasa melintir. Seperti inilah rutinitasnya setiap tanggal sepuluh. Menstruasi hari pertama selalu berhasil menyiksanya.

Gadis yang masih mengenakan piyama bewarna hijau tosca tua—pemberian Kevin ini— keluar dari kamarnya dengan tubuh setengah membungkuk, menatap kamar Bela yang hanya berjarak 20 langkah dari tempatnya berdiri. Jika, hari-hari biasa, sudah pasti itu hal yang sangat mudah baginya, tetapi ini berbeda. Jika biasanya ia ke kamar Bela seraya lompat-lompat atau kadang koprol, tapi tidak kali ini. Siska berjalan dengan tangan kanan memegang perutnya dan tangan kiri memegang tembok.

Setelah mengucap bismillah, Siska mulai membawa kakinya menuju pintu bercat putih itu. Dalam hati ia bersyukur karena kamar Bela berada di lantai dua bersamanya dan bukan di lantai bawah, ia tidak bisa membayangkan seberapa menderitanya jika harus menuruni tangga terlebih dahulu untuk menemui Bela.

Setelah sampai di depan pintu kamar Bela. Siska tanpa akhlak langsung membukanya dan berucap, "Mih, nyeri beteung," adu Siska lalu langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur king size Bela.

Bela yang sedang mengeluarkan dan sesekali mencocokkan baju di tubuh langsingnya pun menoleh. "Terus ... Mami harus bilang onde mande gitu?"

"Mih, serius. Pen pingsan nih aku," ujar Siska dramatis. "Sick pisan kalo pms hari pertama."

Bela berjalan mendekati Siska, lalu duduk di sebelah sang anak yang masih setia memegangi perutnya dengan posisi badannya seperti pistol. "Mens ngeluh, gak mens panik," sindir Bela.

"Meh meh meh." Siska duduk lalu mengikat ulang rambutnya yang berantakan. "Mih, jamu sisa Mami, masih aya teu?"

Bela dan Siska memang sering mendapat tamu bulanan di tanggal yang sama, sebab itu, jika sakit perut, Siska meminta jamu bekas Bela. Karena terlalu malas untuk membuatnya sendiri.

"Gak bikin. Perut Mami ga terlalu sakit." Bela memasukan baju-bajunya lagi, terkecuali celana cargo bewarna coklat susu dan kaos putih polos ia biarkan tergelak di kasur.

Siska menyenderkan tubuhnya di kepala kasur. "Continue, aku kumaha?"

"Telfon Kevin aja, suruh beliin kiranti," saran Bela.

"Hp aku di room."

"Pake hp Mami, PIN nya 20 15."

"Sakedeung-sakedeung." Siska menahan Bela yang hendak masuk ke kamar mandi. "20 kan ultah Mami ... 15 nya ultah saha?" Siska menggigit kuku jempolnya seraya menatap curiga pada Bela.

"Adit," jawab Bela tersenyum lalu langsung masuk ke dalam kamar mandi.

"Mami, harusnya. 20 22. Parah banget, malah ultah si bocil yang dimasukin bukan ultah aku." Siska sedikit berteriak agar suaranya dapat sampai ke telinga Bela. Namun, Bela tidak mendengarnya. Atau pura-pura tidak mendengar?

"Parah amet. Anak sendiri tergantikan ama virus," dumel Siska dengan mata yang menjelajahi kamar, mencari keberadaan ponsel berlogo apel setengah digigit itu.

Tak menemukan, akhirnya Siska terpaksa berdiri dan mengalahkan rasa malasnya, lagian perutnya juga sudah mendingan. Ia mulai mencari dengan mengangkat-angkat bantal, tidak ada. Ia bergegas menuju meja rias Bela.

Me Vs MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang