🌸|Mohon Beri Vote|🌸
May tersenyum puas melihat wajah - wajah terkejut warga kampung saat melihat Ardi serta May yang berdiri di atas kuade. Wajah mereka semakin pucat pasi mendengar suara lantang Pak Ridwan yang mengumumkan bahwa hari ini merupakan resepsi pernikahan putranya. Lelaki yang dicibir hampir satu kampung, Ardiansyah.
Memang hanya aparat desa termasuk Pak RT yang mengetahui bahwa Ardi merupakan putra dari si tuan tanah kaya di sini. Bahkan, para pekerja Pak Ridwan juga tak ada yang tahu kecuali Zaki tentunya.
Sekarang May bisa bernapas lega. Lelaki yang sudah menjadi suaminya itu kini tak akan dipandang sebelah mata lagi oleh orang - orang tersebut. Ia juga yakin nanti pasti banyak orang yang akan memperlakukan Ardi dengan begitu baik untuk menjilat Pak Ridwan.
May memang tak sekolah setinggi Ardi. Namun, ia yang dari lahir sudah berada di kampung ini, tentu tahu lebih banyak sifat warga. Tak perlu membutuhkan otak pintar untuk mengetahui akal busuk warga sini yang kebanyakan penjilat orang kaya.
Lihatlah, orang yang kemarin - kemarin menggosipkan Ardi, kini mereka tampak ketakutan. Buktinya, mereka sekarang tak bisa tenang untuk mengikuti acara. Dari tempatnya duduk, May melihat mereka tak bisa menikmati makanan yang dihidangkan.
Padahal, ayah mertuanya itu sudah menyiapkan menu - menu makanan enak dari berbagai olahan daging, ayam, udang dan ikan agar bisa disantap oleh tamu yang hadir. Namun sepertinya, alih - alih merasakan daging yang lunak, mungkin mereka merasa seperti memakan pare yang pahit.
"Kenapa tertawa, May?" tanya lelaki ganteng yang sekarang bersanding dengan May di pelaminan. Lelaki itu memandang heran istrinya yang tanpa sadar tertawa melihat tingkah pola serba salah beberapa warga.
Acara khutbah nikah dari Pak ustaz sudah selesai. Kini, mereka menunggu tamu yang akan naik ke atas kuade untuk memberi selamat pada kedua mempelai.
"Ndak papa, Mas," jawab May santai.
Mereka sendiri duduk di atas kuade megah dengan diapit orang tua masing - masing. Di samping Ardi, duduk ibu bersama Pakdhe Darman yang mengantikan posisi ayah. Sedangkan di sisi May, terdapat Pak Ridwan yang didampingi Bu Yuni. Wanita paruh baya yang merupakan ibu dari Mas Zaki.
Entah mengapa ibu Mas Zaki yang terpilih mendampingi ayah mertuanya itu di hari bahagia Ardi? May sendiri tak mengerti. Mungkin Pak Ridwan yang tak memiliki keluarga yang menjadi alasannya, atau mungkin karena ada sesuatu hal yang tak orang lain ketahui. Misalnya, ada hubungan spesial di antara keduanya.
Bukannya May asal menuduh, hanya saja kedua orang itu terlihat dekat untuk ukuran majikan dan bawahan. May juga bisa mengirup aroma bunga - bunga saat melirik ke arah dua orang yang tampak akrab tersebut.
"Gimana menurut Mas kalau ayah nikah lagi?" tanya May tiba - tiba yang mengagetkan Ardi.
Ardi mengernyit. "Maksudnya?" Ia balik bertanya bingung.
"Ih, jawab aja, Mas," sahut May seenaknya.
"Ya nggak papa lah, May. Ayah kan juga berhak bahagia," jawab Ardi bijak.
"Jadi Mas Ardi setuju?" May meyakinkan.
Ardi mengangguk tegas. May tersenyum aneh yang membuat Ardi bergidik. Lelaki itu yakin perempuan yang telah menjadi istrinya ini pasti sedang memikirkan hal aneh. May memang memiliki jalan pikiran yang sulit dimengerti.
"Selamat ya, May dan Mas Ardi." Sebuah suara menghentikan percakapan nyeleneh mereka.
May langsung mendengkus sebal melihat Budhe Parmi mendatangi mereka dengan senyum yang dibuat - buat. Apalagi, senyum paksa Erni yang mengekor bersamanya terasa menyebalkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Selimut Cinta
Ficción General(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Ardi tahu hidupnya akan semakin sulit saat ia memutuskan pergi dari rumah. Namun, memilih tetap tinggal di rumah pun bukan keputusan yang benar menurutnya. Lalu, takdir mempertemukannya dengan Samayra. Gadis muda yang t...