Bagian 6

2.3K 226 9
                                    

🌸|Mohon Beri Vote|🌸

"Hasil panen kebun yang berupa sayuran juga dijual ke kota Mas?" tanya Ardi penasaran.

Sekarang Ardi, Anwar serta Rozak sedang duduk santai di gubuk yang berada di dekat sawah. Mereka sedang istirahat setelah makan siang yang dibawakan oleh May dan Emma.

"Ndak. Cuma padi dan jagung yang dijual di kota. Kalau hasil kebun Mas jual ke Pak Ridwan," jawab Anwar.

Kening Ardi mengernyit samar. Selama di sini, nama itu terdengar asing di telinganya. "Pak Ridwan yang mana, Mas, orangnya?"

"Pak Ridwan itu orang yang paling kaya di sini, Mas." Bukan Anwar yang menjawab, tapi Rozak. "Rumahnya yang paling bagus di sini itu lho, Mas," lanjutnya.

"Saya masih belum tau orangnya, Zak."

"Kamu belum bertemu beliau karena beliau jarang keluar dari rumahnya," sahut Anwar.

"Kenapa?"

Anwar dan Rozak sama - sama menggeleng menjawab pertanyaan Ardi. Tanda mereka memang tak mengetahui.

Pak Ridwan tak hanya terkenal sebagai orang paling kaya di kampung ini, tapi ia juga orang yang tertutup. Biasanya, ia hanya mengirim pekerjanya untuk mengurus pembelian hasil panen petani sini.

Dari Anwar serta Rozak juga, Ardi tahu jika Pak Ridwan hidup sendiri di rumah besarnya. Ia hanya ditemani oleh beberapa pekerjanya. Pak Ridwan tak memiliki keluarga, baik istri maupun anak.

Ardi bisa membayangkan betapa kesepiannya Pak Ridwan. Sebab, Ardi pernah merasakannya. Meski, ia hidup di tengah keluarga ibunya, tapi Ardi merasa kesepian.

"Ngomong - ngomong Mas Ardi banyak juga ya penggemarnya," celetuk Rozak.

Ardi tersenyum menanggapi. Ia juga sadar banyak gadis yang menyukainya di sini. Ardi bukan percaya diri. Namun, ia sadar tatapan mereka berbeda saat melihatnya.

"Memangnya ndak ada yang nyantol, Mas. Mas Ardi kan sudah tiga bulan lebih di sini?" tanya Rozak penasaran.

Ardi terdiam. Ia teringat pada satu gadis yang menarik perhatiannya. Gadis ceria yang lucu dengan tingkahnya. Gadis yang selalu berhasil membuat ia terhibur dengan kelakuannya.

Samayra.

Iya. May adik Anwar. Sepertinya Ardi ada rasa dengan gadis subur itu. Ardi merasa senang saat berada di dekatnya. Entah sejak kapan ia mulai menyukai May?

Adik Anwar itu memang tak secantik Lia yang suka centil jika bertemu dengannya. Namun, May begitu menarik di mata Ardi. May yang begitu menggemaskan dengan pipi coklat mirip bakpaonya.

Bibir May pun begitu kecil dan pink alami yang terlihat imut ketika ia menggerucut. Kulitnya yang agak gelap tak mampu menutupi pesonanya. Pesona yang membuat Ardi terpikat.

Sekalipun Ardi menyukai May, tapi Ardi tak punya keberanian untuk mengungkapkannya. Ia tak yakin keluarga May mau menerimanya. Meski ia tahu betapa baiknya mereka sekeluarga. Namun, untuk menjadi suami May, Ardi takut mereka menolaknya. Apa lagi jika mereka tahu masa lalu Ardi? Ia tak ingin hubungan baik antara dirinya serta keluarga Anwar menjadi rusak.

Biarlah, Ardi memendam cintanya tanpa seorang pun tahu. Biarlah ia mencintai May dalam diam. Ardi sudah cukup melihat May bahagia. Ia ingin selalu melihat tawa ceria May.

Ardi menggeleng menjawab Rozak.

"Lha Lia juga ndak Mas. Lia kan kembang desa sini." Rozak tampak heran. Bagaimana bisa Ardi tak tertarik dengan Lia yang cantik jelita? Rozak saja tertarik karena ada pemuda yang tak jatuh hati pada kecantikan Lia. Kecuali Ardi barusan.

Selimut  Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang