Bagian 30

2K 168 3
                                    

🌸|Mohon Beri Vote|🌸

May penasaran, sejak pulang dari kota beberapa waktu lalu, suaminya tampak murung dan sering melamun. Saking penasarannya ia, May sampai nekad bertanya pada Anwar yang tak menghasilkan apapun. Kakaknya itu malah menyuruhnya bertanya sendiri pada Ardi. Tentu saja, membuat May maju mundur.

Ardi tak pernah marah padanya. Iya, Ardi memang sesabar itu dengan May yang banyak tingkah. Namun, tetap saja May takut menyinggung suaminya jika bertanya secara langsung. Mengingat Ardi yang selalu terbuka mendadak menyembunyikan sesuatu, May takut Ardi berpikir ia terlalu kepo.

Namun, yang namanya May tetap saja tak bisa menahan rasa penasarannya terlalu lama. Jika terus dibiarkan maka ia akan uring - uringan dan bisa saja berimbas pada keharmonisan rumah tangganya bersama Ardi.

Maka dari itu, May memutuskan menemui Ardi yang sedang duduk melamun di teras samping rumah, di bawah langit kelabu sore ini. Hujan akan segera turun. Tak hanya untuk menuntaskan rasa penasarannya, May juga datang untuk menyeret Ardi masuk ke dalam rumah. Suaminya itu akan melupakan keadaan sekitarnya jika sedang asyik memikirkan sesuatu.

"Masuk, Mas. Sebentar lagi hujan."

Ardi hanya diam.

"Mas itu ada masalah apa sih? Cerita dong sama aku."

Lagi, tak ada sahutan dari mulut suami May. Seakan tak terganggu dengan ocehan istrinya.

May semakin gusar. "Mas Ardi," teriaknya sambil mencubit paha suaminya. Kehilangan kesabaran.

Ardi meringis kaget. Ia refleks mengelus pahanya yang terasa pedas. "Apaan sih, May? Sakit tahu. Datang - datang nyubit," gerutunya sebal. Semenjak hamil May jadi judes.

"Abisnya Mas ngelamun dari tadi, sampai ndak denger aku ngomong."

"Mas nggak ngelamun, May. Mas cuma sedang berpikir," elak suami May itu.

"Mikirin apaan sampai ndak sadar mau hujan? Mikir mau nikah lagi ya, terus mau disembunyikan di mana tuh perempuan." May jadi berpikir negatif.

"Ngawur! Kalau ngomong suka ngawur kamu itu," kata Ardi jengkel. Selain jadi judes, istrinya itu semakin posesif. Bahkan, May bisa marah - marah hanya karena Ardi membalas sapaan perempuan cantik dengan senyum.

May menghela napas pelan, berusaha menenangkan dirinya untuk menghilangkan segala pikiran buruknya. Ia tak mau rasa penasarannya tak tertuntaskan karena ia yang tak bisa menguasai keadaan.

"Mas Ardi kalau ada masalah cerita dong sama aku. Meski aku ndak bisa bantu, setidaknya aku bisa jadi pendengar. Aku tuh kuatir, Mas," ucapnya lembut.

"Mas nggak ada masalah, May. Kamu tenang aja."

"Tapi Mas sering kepergok melamun sama May. Mas lagi mikirin apa? Jangan buat aku berpikir negatif deh."

Ardi memandang istrinya serba salah. Ia bingung akan membagi kegundahannya atau tidak dengan May. Istrinya itu sedang hamil, Ardi tak ingin May banyak berpikir. Lelaki itu hanya ingin May menjalani masa kehamilan tanpa ada kendala.

"Mas bisa berbagi apa pun sama May. Kalau Mas jadi begini, aku malah kuatir." May menggenggam tangan Ardi. Secara tak langsung memberi tahu suaminya bahwa ia selalu ada untuk lelaki ganteng itu.

"Mas Anwar nggak cerita sesuatu sama kamu?" tanya Ardi.

May mengernyit. Lalu,  bibirnya mengerucut. Cerita sesuatu apa? Justru kakaknya itu sok misterius dengan tampang menyebalkan saat May bertanya.

Ardi tersenyum kecil. Melihat ekspresi May pasti kakak iparnya tak sedikit pun menyinggung pertemuan mereka dengan keluarganya. Anwar memang selalu menghargai privasi orang lain.

Selimut  Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang