Bagian 17

2.1K 208 2
                                    

🌸|Mohon Beri Vote|🌸

May duduk sendirian di tepi tempat tidur. Tadi ia bersama dengan Mbak Ismi. Lalu, kakak iparnya itu dipanggil ibu untuk keluar mengurus sesuatu.

May gugup. Sebentar lagi ia akan sah menjadi istri Ardi. Saking gugupnya gadis itu sampai tak sadar meremas gamis putih yang ia kenakan. Gamis sederhana yang menjadi pilihannya untuk akad nikah. 

Banyak sekali yang ada dipikiran May saat ini. Dimulai dengan ia yang khawatir dengan jalannya acara hari ini, sampai yang bagaimana ia bersikap nanti di depan Ardi yang sudah menjadi suaminya?

May tak pernah berpacaran. Selain karena Mas Anwar yang melarangnya untuk pacaran, juga tak ada pemuda yang pernah bilang suka padanya. Mas Anwar melarangnya pacaran bukan karena ia mengekang May, tapi semua itu kakaknya lakukan untuk kebaikan May sendiri. Mas Anwar mengatakan hubungan asmara pria dan wanita jauh lebih indah bila sudah halal melalui pernikanan. May pun memahami maksud kakak tersayangnya itu.

Tenggelam dalam lamunannya, May sampai tak sadar seseorang sudah membuka pintu kamarnya. Orang itu masuk ke dalam tanpa dipersilahkan.

"Assalamu'alaikum, May!" sapa suara lembut terdengar.

May terjengkit. Menoleh, ia menemukan Ardi yang sudah duduk di sampingnya. Ardi memakai kemeja putih yang dilapisi jas hitam di luarnya. Sangat cocok untuk Ardi yang tampan. Ditambah sekarang lelaki itu tersenyum cerah. Senyum yang menambah kadar ketampanannya.

"Mas Ardi, kenapa ada di sini?" seru May panik.

"Lha kan mau jemput kamu buat ke depan," jawab Ardi bingung.

"Akad nikahnya?

"Akad nikahnya sudah selesai, May. Kamu sih ngelamun, jadi nggak dengar kan," ucap Ardi lembut seraya tersenyum teduh.

May kaget. Separah itu kah ia melamun? Sampai ia tak mendengar suara Ardi atau orang lain di luar sana.

Ah, May sungguh menyesal. Akad nikah kan sekali seumur hidup. Bagaimana mungkin ia melewatkan peristiwa sepenting itu dalam hidupnya hanya karena hal konyol yang tak jelas?

"Mas Ardi, ulangin."

Kening Ardi mengernyit samar. "Ulangin apa May?" tanyanya tak paham.

"Ulangin akadnya, May mau dengar, tadi ndak kedengeran," pinta sang istri merengek dengan setengah mewek.

Ardi menghela napas. Istrinya ini ada ada saja. Masa akad yang sudah lancar harus diulang lagi. Tentu saja tak bisa. Ardi rasanya ingin tertawa, sekaligus juga kasihan melihat wajah melas May.

"Ya nggak bisa lah, May. Sudah, ayo keluar! Sudah ditunggu buat tanda tangan surat - suratnya," katanya sabar.

Akhirnya, May mengangguk. Ia meraih lengan Ardi untuk ia gandeng. Sudahlah, May tak seharusnya merengek untuk sesuatu yang tak penting. Sebab, yang lebih penting sekarang ia harus tersenyum di hari bahagianya.

Melangkah keluar kamar dengan Ardi, jantung May berdebar menyenangkan, merasakan hari yang telah ia tunggu - tunggu selama ini. Hari yang membuatnya terikat selamanya dengan lelaki yang sudah ia cintai sejak pertama kali ia bersitatap dengan Ardi. Saat lelaki itu dituntun Mas Anwarnya.

Sekarang, May dan Ardi tak hanya melangkah keluar dari kamar, tapi melangkah ke masa depan. May sadar betul perjalanan cintanya dengan Ardi baru dimulai dari sekarang. Suka duka akan mereka lalui bersama untuk mencapai yang namanya bahagia.

May akan berusaha tak hanya menjadi istri yang baik untuk Ardi, tapi ia juga akan berusaha menjadi anak menantu yang baik untuk ayah mertuanya. Pak Ridwan yang malang itu butuh keluarga untuk menemani hari tuanya yang selama ini sepi.

Selimut  Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang