Bagian 33

1.8K 181 0
                                    

🌸|Mohon Beri Vote|🌸

"Assalamu'alaikum." May mengucap salam sambil tangan kanannya mengetuk pintu. Sedangkan, tangan kirinya membawa rantang berisi makanan.

Tadi seusai salat subuh, May sudah berkutat di dapur untuk memasak sarapan yang akan ia bawa ke ibu mertuanya. Bahkan, Bu Yuni sampai kaget melihat May yang sudah berada di dapur sepagi itu.

"Wa'alaikumsalam." Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik membuka pintu. May yakin wanita tersebut merupakan ibu suaminya. "Cari siapa ya, Nak?" tanya Bu Lastri heran melihat sepagi ini ia sudah kedatangan tamu seorang wanita muda. Terlebih, ia baru tadi malam sampai di sini, sehingga belum mengenal orang - orang yang tinggal di kampung ini.

May meraih tangan kanan ibu dan mencium punggung tangannya. Istri Ardi itu tak heran jika mertuanya tak mengetahui siapa dirinya, mengingat tadi malam suaminya pulang sangat larut. Bahkan, mampir menjelang subuh.

"Saya May, Bu."

"May? Istri Ardi?" kaget ibu.

May membenarkan.

"Aduh. Maaf ya, Nak. Bunda nggak tahu." Ibu membuka pintu dengan lebar. Ia mempersilahkan May masuk ke dalam.

"Ndak papa, Bu. Ibu datangnya kan sudah malam, jadi harus istirahat," balas May ramah.

Kini, mereka sudah duduk di sofa ruang tamu. "Ini! May bawakan sarapan." May menyerahkan rantang yang ia bawa.

"Kenapa repot - repot segala," kata ibu sungkan.

May menggeleng. "Ndak repot, Bu. Lagian di rumah ini ndak ada bahan - bahan makanan, ibu nanti ndak bisa masak." May nyengir. "Maaf, kemarin May lupa mau siapin," sambungnya.

Ibu tersenyum lembut. Dilihat sekilas, ibu bisa menebak istri Ardi sama baiknya dengan putranya itu. "Jangan panggil ibu! Panggil Bunda saja, sama seperti Ardi dan adiknya."

May mengangguk sopan. Ternyata, mertua wanitanya tak semenakutkan yang ia bayangkan.

"Bunda bangunkan ayah sama Bastian dulu ya, mereka tadi tidur lagi setelah salat subuh."

"Ndak usah, Bun. Biarkan ayah sama Bastian tidur, pasti mereka kecapean," cegah May.

Ibu menggeleng. "Ndak papa. Mereka kan juga harus sarapan," ucap ibu seraya berdiri.

Ia berjalan ke arah dapur lalu masuk ke salah satu kamar. Kemudian tak lama, ibu keluar lagi dan masuk kamar yang satunya. Kedua kamar tersebut terletak di ruang keluarga yang tak ada sekat, sehingga May yang di ruang tamu bisa melihat.

Seorang pemuda dengan rambut acak - acakan keluar dari kamar. May tebak itulah Bastian. Adik Ardi yang sering ia sebut kurang ajar. Lumayan tampan seperti kakaknya.

Bastian mengerjap - ngerjap. Apakah perempuan ini kakak iparnya? Tak bisa dipungkiri, meski terlihat gendut, tapi perempuan itu menggemaskan. Bastian tak menyangka selera kakaknya seperti ini.

"Halo! Aku Bastian. Adiknya Mas Ardi," sapa Bastian sambil mengulurkan tangan setelah duduk di depan perempuan tersebut.

May menyambutnya. "May. Istrinya Mas Ardi," katanya ramah. Meski, May masih ada sedikit kesal dengan Bastian, tapi dia tidak akan memperlihatkannya. Ia tak akan membuat hubungan kakak adik yang sudah membaik jadi buruk lagi.

Lagi pula suaminya itu benar. Berkat kenakalan Bastian lah mereka bertemu. May yang sering diejek gendut ini bisa mendapatkan jodoh setampan Ardi. Satu hal yang ia syukuri dari sikap kurang ajar Bastian.

Ibu keluar dari kamar bersama seorang pria yang umurnya tak jauh berbeda dengan Pak Ridwan. Pria itu berjalan menuju kamar mandi yang terletak di dapur. Sedangkan, ibu menghampiri May serta Bastian yang berada di ruang tamu.

Selimut  Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang