🌸|Mohon Beri Vote|🌸
Keluarga Anwar tercengang. Mereka tidak menyangka ada adik yang menfitnah kakaknya seperti itu. Sekalipun hanya kakak tiri. Alasannya pun keterlaluan, untuk membuat ibu mereka semakin membenci Ardi.
Ia iri terhadap Ardi. Itulah yang keluarga Anwar dapat simpulkan dari perilaku adik Ardi. Namun masalahnya, apa yang membuatnya iri pada Ardi yang bahkan dari kecil tak diinginkan oleh ibunya. Sedangkan, ia sendiri mendapat limpahan kasih sayang dan keluarga yang utuh.
Ibu Anwar bersyukur, tak terjadi hal seperti itu di antara anak - anaknya, bahkan menantunya. Ibu yakin jika pola pengasuhan dapat membentuk perilaku anak.
Contohnya seperti tadi. Adik Ardi membenci kakaknya sendiri. Sebab, ia juga melihat kebencian yang sama pada diri ibunya, sehingga ia berpikir membenci Ardi sah - sah saja karena ibunya juga melakukan hal yang sama.
May menghapus air matanya. Ia sudah tak ingin menangisi hidup Ardi yang malang. Ardi butuh rangkulan kasih sayang sebuah keluarga, bukan hanya sebatas rasa kasian.
"Sekarang setelah mendengar cerita saya. Saya serahkan segala keputusan tentang lamaran saya pada Mas Anwar dan keluarga."
Ardi masih bisa tersenyum. Meski May tahu senyum itu penuh luka. Sebab, mata Ardi tak bisa berbohong. Jujur jika May harus menjawab, maka May menerima lamaran Ardi yang tentu saja sepaket dengan kisah hidupnya di masa lalu.
Namun, May juga akan menerima segala keputusan ibu serta Anwar. May tak akan bisa jika tanpa restu mereka. Mereka lah alasan May bisa bertahan sampai sekarang.
"Apapun keputusan keluarga Mas, InsyaAllah akan saya terima dengan ikhlas."
"Apa kamu sungguh mau menerima segala kekurangan May?" tanya Anwar tanpa mengalihkan pandangannya dari Ardi.
Sebagai seseorang yang sering bersama dengan Ardi beberapa bulan ini, Anwar tahu Ardi bukanlah sosok lelaki yang suka bermain - main seperti kebanyakan pemuda di sini.
Ia bertanggung jawab serta pekerja keras. Ia tak pernah malu bekerja di sawah atau kebun. Padahal, banyak warga sini yang bilang Ardi tak cocok dengan pekerjaan itu. Bahkan, Anwar baru tahu bahwa Ardi seorang sarjana.
Ardi mengangguk yakin. "Saya akan menerima kekurangan serta kelebihan May, Mas," jawabnya mantap. "Hanya kalau May bersama saya, maka saya tidak bisa memberinya kemewahan, karena saya cuma bekerja dengan Mas Anwar," sambungnya.
Anwar tersenyum seraya saling lirik dengan ibu, seolah mereka berbicara melalui telepati.
"May, apa kamu menerima lamaran Ardi beserta kekurangan didirinya?"
Kini giliran May yang mendapatkan pertanyaan dari Anwar. May gelagapan, ia agak kaget kakaknya tiba - tiba berbicara dengannya.
Pandangan semua orang mengarah padanya. Ia melihat Mbak Ismi yang mengangguk kecil, lalu May melihat ke arah ibu serta Anwar yang tersenyum menenangkan. Terakhir ia melihat Ardi yang tersenyum dengan muka cemas yang tak bisa ditutupi.
May menunduk, kemudian dengan mengucapkan basmalah, ia mengangguk malu - malu.
Semua orang bersyukur May menerima lamaran Ardi. Ibu senang sekali, karena menurut beliau Ardi anak yang baik. Lelaki itu juga berpikiran dewasa sehingga bisa membimbing May.
Ibu juga tak keberatan dengan asal usul Ardi. Baginya, Ardi tak bersalah. Justru ibu Ardi lah yang bersalah telah menelantarkan putranya sendiri.
Ardi sendiri juga merasa sangat bahagia. Ia tak percaya masih ada orang sebaik keluarga Anwar di dunia ini. Mereka mau menerimanya dengan tangan terbuka sebagai anggota keluarga. Meski, mereka sudah tahu cerita pahitnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Selimut Cinta
General Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Ardi tahu hidupnya akan semakin sulit saat ia memutuskan pergi dari rumah. Namun, memilih tetap tinggal di rumah pun bukan keputusan yang benar menurutnya. Lalu, takdir mempertemukannya dengan Samayra. Gadis muda yang t...