Bagian 23

1.9K 151 3
                                    

🌸|Mohon Beri Vote|🌸

"Mas Ardi."

Ardi menoleh. Ia melihat seorang pria paruh baya yang dirinya kenal sebagai ayah gadis bernama Lia berjalan tergopoh - gopoh ke arahnya.

"Ada perlu apa, Pak?" tanyanya sopan.

Pria paruh baya yang juga bekerja untuk ayahnya itu terlihat pucat dan berdiri gelisah di depannya. Memang semenjak pernikahannya, Ardi baru hari ini bertemu dengan Pak Tarno. Ia tahu bahwa Pak Tarno beberapa hari ini meminta ijin tak bekerja karena sakit.

Iya. Tepat seperti apa yang May katakan. Namun, Pak Tarno tak sampai terkena serangan jantung seperti perkiraan istrinya itu. Meski, ia sendiri tak mengetahui dengan jelas penyakit apa yang menyerang ayah Lia ini.

"Pak, maaf kalau bapak tidak ada perlu dengan saya. Saya akan pergi, saya buru - buru, Pak," sambungnya seraya memandang dalam pria itu yang masih terdiam.

Pak Tarno meremas caping yang ia genggam. "Saya cuma mau minta maaf, Mas," ucapnya.

Ardi mengernyit heran. Pertama karena ayah Lia ini minta maaf padanya dan yang kedua karena baru Ardi sadari sedari tadi pria ini menyebutkan embel - embel Mas di depan namanya. Padahal, sebelumnya Pak Tarno hanya memanggilnya dengan nama saja.

"Maaf untuk apa ya, Pak?

"Untuk kesalahan yang saya buat selama ini. Sungguh saya ndak tahu kalau Mas Ardi anaknya Pak Ridwan," jelas pria itu tampak gugup.

Ardi tersenyum miris. Dari ungkapan Pak Tarno, ia tahu bapak - bapak ini tak akan merendahkan dirinya sendiri untuk minta maaf padanya jika Ardi bukanlah anak Pak Ridwan. Majikannya. Pak Tarno tak setulus itu untuk meminta maaf.

"Lupakan saja, Pak. Toh, saya sudah melupakannya."

Pak Tarno menghela napas lega. Ia sudah ketar - ketir jika lelaki di depannya ini akan mempermasalahkan ketidaksopanannya selama ini. Terlebih mengadukannya pada Pak Ridwan yang ia yakin tak akan memberi ampun padanya.

Pdia itu takut tak akan bisa hidup enak lagi jika Pak Ridwan memecatnya. Sebab, pekerjaannya di sini sebagai orang yang mengawasi penjualan hasil panen mendapat gaji yang lumayan tinggi dari beberapa pekerja lainnya. Meski masih berada di bawah gaji Zaki yang selalu mengekori Pak Ridwan ke mana pun majikannya itu pergi.

Ia juga tak akan ditakuti lagi oleh orang - orang yang bekerja sama dengan majikannya tersebut seperti selama ini. Pak Tarno yakin, semua orang yang pernah bermasalah dengannya itu akan berbalik menertawakannya.

Untuk itulah, ia sempat sakit beberapa hari hanya karena memikirkan betapa mengerikannya kehidupannya setelah ini jika Pak Ridwan benar - benar memecatnya.

Hari ini, ia memberanikan diri meminta maaf pada lelaki yang sering sekali ia hina. Lelaki yang tak ia tahu bahwa sebenarnya merupakan putra kesayangan majikannya tersebut.

"Maaf, Pak. kalau tidak ada hal lain lagi, saya permisi dulu."

Bukannya Ardi tak sopan atau masih dendam pada Pak Tarno. Hanya saja, ia tak bisa berlama - lama meladeni ayah Lia itu karena sudah ditunggu Mas Anwar di kebun milik kakak iparnya tersebut.

Suami May itu menstarter motor bebek warna hitam yang juga baru dibelikan oleh ayahnya. Ia segera meninggalkan Pak Tarno yang masih berdiri mematung di belakangnya.

Iya. Ayahnya yang berlebihan menurutnya itu tak hanya memberi Ardi mobil, tapi juga motor agar ia tak berjalan kaki saat pergi ke kebun atau sawah.

Motor yang sempat membuatnya tergelak saat ayahnya memberikan pilihan padanya. Bagaimana tidak? Jika ayahnya itu memberi pilihan beberapa motor sport untuknya. Motor yang tak cocok digunakan di jalanan kampungnya ini.

Selimut  Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang