🌸|Mohon Beri Vote|🌸
Setelah membawa Ardi ke kamar May untuk beristirahat, Anwar menuju meja makan di dapur sederhana rumahnya. Ia menyusul keluarganya yang sedang berkumpul untuk mendengarkan penjelasannya tentang sosok Ardi.
Ibu tadi menawari Anwar dan Ardi untuk sarapan. Namun, dua orang itu langsung menolak dengan halus. Mereka sudah sarapan setelah salat subuh di perjalanan pulang tadi. Akhirnya, ibu menyuruh Anwar untuk mengantar Ardi beristirahat di kamar May.
Rumah mereka hanya memiliki tiga kamar tidur. Kamar ibu, kamar Anwar beserta istri dan anaknya, serta yang terakhir kamar May. Jadi pilihannya, tentu saja jatuh di kamar May untuk Ardi beristirahat.
May sempat protes pada ibu. Bukan karena ia keberatan, tapi karena ia malu kamarnya digunakan oleh pemuda asing yang sayangnya sangat tampan tersebut.
Ibu juga sempat tak enak, kamar anak gadisnya dimasuki lelaki yang bukan anggota keluarganya. Namun, mau bagaimana lagi? Tak mungkin juga Ardi istirahat di kamar Anwar yang sudah beristri. Apalagi di kamar ibu.
"Jadi?" Ibu sudah menyerang Anwar dengan pertanyaan saat anak sulungnya itu baru mendaratkan pantatnya di kursi.
Menghela napas sejenak, Anwar pun menceritakan pertama kali bertemu Ardi sampai ia yang memutuskan membawa pemuda itu pulang ke sini.
Keluarganya diam mendengarkan. Mereka tak ada yang berani memotong ceritanya. Bahkan, Emma juga tak terdengar suaranya karena gadis kecil itu sudah tertidur dipangkuan ibunya. Tadi malam, Emma tidur terlalu larut dan bangun terlalu pagi untuk menyambut ayahnya pulang.
May termenung. Ia tak menyangka bahwa pemuda tampan yang dibawa pulang kakaknya itu tak memiliki keluarga. Ia jadi berpikir, bagaimana nasibnya jika dirinya tak memiliki Anwar di hidupnya?
Anwar selalu bekerja keras untuk mencukupi kebutuhannya serta memberinya kasih sayang seorang ayah. Sehingga, May merasa tak kekurangan apa pun.
Melihat seluruh keluarganya, May bersyukur memiliki mereka. Kakaknya yang memanjakannya sekaligus panutannya. Ibu yang menyayanginya sekalipun suka sekali mengomelinya. Kakak ipar yang begitu baik pada ia dan ibunya. Ditambah bonus keponakan yang sangat manis.
"May, kamu ke rumah Pak Sobri! Suruh beliau kesini nanti setelah zuhur." Suara Anwar menyentak lamunan May.
Gadis itu mengangguk. Ia akan menuruti perintah kakaknya untuk memanggil Pak Sobri. Tukang urut yang terkenal di kampungnya.
"Kamu yakin dia hidup sendirian?" tanya ibu setelah May beserta Ismi meninggalkan tempat ini. Menantunya itu pergi ke kamar untuk menaruh cucunya di atas tempat tidur agar Emma nyaman dalam tidurnya.
Anwar menggeleng. "Sebenarnya aku ndak percaya. Aku sempat lihat foto keluarga di dalam tasnya saat mencari KTP untuk administrasi rumah sakit," ungkapnya jujur.
"Lalu kenapa kamu bawa dia pulang. Bagaimana kalau dia orang jahat, War?" Ibu tampak khawatir.
"Aku yakin Ardi orang baik, Bu. Ibu tau kan kalau aku ndak pernah salah menilai seseorang," kata Anwar yakin.
"Tapi dia berbohong sama kamu," sangkal ibu.
"Dia pasti punya alasan untuk berbohong sama aku. Dan aku yakin suatu saat Ardi akan jujur sama kita, Bu," tegas Anwar.
Anwar masih kekeh untuk meyakinkan ibunya. Bukannya Anwar begitu saja percaya pada orang asing yang baru ia kenal? Hanya saja Anwar yakin Ardi bukanlah orang jahat saat ia melihat ke dalam mata pemuda itu yang penuh luka.
Ibu akhirnya mengangguk mempercayai sang putra. Toh selama ini Anwar tak pernah salah menilai seseorang. Sama seperti saat anak lelakinya itu memperkerjakan Wisman untuk menjaga peternakan ayam yang baru Anwar bangun tiga tahunan. Terbukti Wisman dapat dipercaya sekalipun tampilannya mirip preman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selimut Cinta
General Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Ardi tahu hidupnya akan semakin sulit saat ia memutuskan pergi dari rumah. Namun, memilih tetap tinggal di rumah pun bukan keputusan yang benar menurutnya. Lalu, takdir mempertemukannya dengan Samayra. Gadis muda yang t...