🌸|Mohon Beri Vote|🌸
Pernikahan Ardi dan May sudah ditentukan tiga bulan lagi oleh hasil rembukan keluarga besar May. Pernikahan akan diadakan secara sederhana. Hanya akad nikah tanpa resepsi.
Sebenarnya, ibu serta Anwar akan menjual sawah bagian May untuk biaya resepsi. Namun, May menolak. Menurut May, sawah lebih baik digarap Ardi untuk kelangsungan hidup mereka setelah menikah, daripada dijual.
Bukannya May tak ingin resepsi pernikahan. Ia juga sama seperti gadis lainnya yang memiliki pesta pernikahan impian. Tetapi, May menyadari mereka masih membutuhkan biaya yang tak sedikit setelah menikah.
Biaya pernikahan memang tak ditanggung sepenuhnya oleh pihak May, sebab Ardi ngotot ingin ikut menyumbang. Ardi berkata, uang itu merupakan tabungannya selama magang di salah satu perusahan di kota dulu.
Alhasil, keluarga May pun menerima. Mereka tak ingin Ardi merasa rendah diri di pernikahannya nanti.
Mereka tahu gosip yang tersebar di kampung ini. Warga sini banyak yang mengosipkan Ardi. Ardi dituduh menikahi May karena ingin menumpang hidup pada keluarga Anwar.
Ardi yang tak memiliki apa - apa, akan punya rumah serta sawah bagian May tanpa mengontrak rumah Nenek. Namun, mereka tak tahu bahwa selama ini Ardi tak pernah mengeluarkan uang kontrakan.
Hal itu, tentu membuat keluarga Anwar geram. Bagaimana bisa warga menuduh Ardi sejahat itu? Tetapi, mereka tak bisa menghentikan segala omongan yang beredar. Keluarga Anwar hanya bisa menyarankan Ardi untuk tetap bersabar.
Alasan itulah yang membuat Pak Ridwan turun tangan. Pria tua paling kaya di kampung itu, hari ini terlihat mendatangi rumah keluarga Anwar.
Ibu sangat terkejut. Pak Ridwan tak pernah tampak keluar rumahnya. Bahkan jika ada warga yang mengundangnya, Pak Ridwan hanya mengutus Zaki untuk datang mewakili. Pria itu juga tak lupa membekali bawahannya itu dengan amplop tebal.
Meski terkesan sombong, tapi warga masih segan padanya. Zaki meyakinkan bahwa memang Pak Ridwan tak terlalu suka keramaian.
"Maaf, Pak. Anwar masih di kebun, biar putri saya panggilkan dulu," kata ibu sopan. Ia memandang segan Pak Ridwan yang duduk di sofa ruang tamunya ditemani Zaki di sampingnya.
"Ndak perlu! Anak buah saya sudah saya suruh ke kebun buat panggil Anwar," jelas Pak Ridwan dengan suara berat berwibawa.
Ismi datang dari dalam rumah dengan membawa baki yang terisi dua cangkir teh dan sepiring kue basah. Ia menaruhnya di atas meja depan Pak Ridwan dengan gemetar. ia cukup cemas dengan kedatangan pria berkuasa ini di rumahnya. Lalu, Ismi bersiap masuk kembali. Namun, ibu menyuruhnya untuk duduk menemani.
Sungguh, ibu tak mau ditinggal sendiri bersama Pak Ridwan yang terlihat garang dan asistennya yang hanya diam. Ibu sangat canggung, hingga rasanya terlalu lama hanya untuk menunggu Anwar pulang.
Sejenak keheningan terjadi. Namun, tiba - tiba dari arah dalam rumah suara langkah kaki yang berlarian terdengar. Muncul Emma dari balik kelambu pemisah ruang tamu dan keluarga, diikuti May yang juga berlari.
"Emma awas kamu ya! Kalau sampe ketangkap aku ulek kamu," teriak May yang disambut tawa Emma.
Ibu melotot.
"May!" teriaknya tertahan. Bagaimana bisa May berlaku tak sopan seperti itu? Apa anak gadisnya itu tak bisa melihat jika ada tamu di rumahnya? Mendadak ibu khawatir pada Ardi. Calon menantunya itu pasti kerepotan dengan tingkah May yang kekanak kanakan.
"Ada apa sih, Bu? Emma tuh yang gangguin aku," adu May dengan cemberut. Sedangkan tersangkanya sudah berlari keluar rumah dan menghilang
Ibu semakin melotot. Seolah ia bisa membuat May pingsan dengan sinar matanya. Sementara Ismi tertunduk dalam. Ia sungguh malu akan kelakuan May dan Emma pada dua pria di depannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Selimut Cinta
Ficción General(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Ardi tahu hidupnya akan semakin sulit saat ia memutuskan pergi dari rumah. Namun, memilih tetap tinggal di rumah pun bukan keputusan yang benar menurutnya. Lalu, takdir mempertemukannya dengan Samayra. Gadis muda yang t...