Bagian 16

2.1K 202 2
                                    

🌸|Mohon Beri Vote|🌸

Tinggal tiga hari lagi May menjadi istri Ardi. Rasanya, waktu berjalan begitu cepat. Sehari setelah undangan makan malam Pak Ridwan, May dan Ardi memang pergi ke kota untuk mengurus segala sesuatunya dengan ditemani Zaki.

Mereka berangkat pagi pagi sekali dari kampung. Ardi menjemput May di rumahnya dengan mobil Pak Ridwan yang disupiri Zaki. Itu berarti, Zaki ke rumah Ardi terlebih dulu.

Memang Ardi masih tinggal di rumah peninggalan Nenek May. Ia tak ingin pindah ke rumah Pak Ridwan dulu sebelum resepsi pernikahannya di rumah ayahnya itu selesai. Ardi tak ingin orang sini semakin bergosip buruk tentangnya. Pak Ridwan hanya pasrah akan keinginan sang putra.

Sungguh, May terlihat norak saat berada di dalam mobil Pak Ridwan. Ia memang tak pernah naik mobil sebagus ini. May hanya pernah naik angkot atau pikap milik keluarganya. Namun, May bersyukur ia tak sampai muntah karena mabuk. Entah betapa bersalahnya gadis itu jika sampai mengotori mobil Pak Ridwan yang wangi.

Sampai di kota, Zaki langsung mengajak pasangan calon pengantin itu untuk memasuki sebuah butik yang bagus. Zaki berkata, Pak Ridwan menyuruh May memilih baju pengantin untuk dikenakan di acara akad dan resepsi.

May terbengong saat mendengar penjelasan pemilik butik. Baju - baju di sini tak hanya bagus, tapi juga mahal. Gadis itu merasa tak pantas memakainya. Ia takut akan merusak keindahan baju tersebut. May yakin ia tak akan sanggup jika harus mengganti baju mahal itu.

Namun, Zaki menjelaskan bahwa baju pengantinnya akan dibeli bukan disewa. Seketika May mengangga. Gadis itu tak pernah membayangkan akan memakai baju pengantin miliknya sendiri, bukan baju sewaan seperti kebanyakan pengantin di kampungnya ini.

Setelah dari butik mereka pun meneruskan perjalanan. Berlanjut mengurus pernak pernik pernikahan lainnya. Sungguh, May tak mengira akan semelelahkan itu. Sampai - sampai mereka tiba di rumah May hampir tengah malam.

"Kamu kok mau sih sama cowok yang ndak punya apa - apa?" celetuk Erni sinis.

Sekarang sudah banyak orang di rumahnya untuk membantu persiapan pernikahannya, tak terkecuali Erni dan ibunya. Namun sungguh, May sebenarnya tak menginginkan mereka berada di sini. Mulut pedas mereka akan merusak kebahagiaan May nantinya.

Ibu juga tak menginginkan banyak orang yang membantu karena pernikahan putrinya hanya dilaksanakan secara sederhana. Jadi, tak banyak yang akan diurus, tapi melarang pun percuma karena semua itu sudah menjadi tradisi di kampung ini.

"Bukannya kamu ya, yang bilang, kalau aku harusnya bersyukur dilamar cowok. Siapa pun itu." May membalikkan kalimat yang pernah Erni ucapkan padanya. Ia tak ingin ambil pusing dengan semua ocehan Erni.

"Tapi kan kamu juga harus lihat lihat dulu, May. Masa kamu terima cowok yang maunya numpang hidup sama kamu. Biarpun ganteng kalau seperti itu buat apa," kata Erni mencibir. Gadis yang duduk lesehan di ruang tengah bersama May itu kini tengah asyik mengemil kue kacang.

"Ya ndak papa. Aku ndak keberatan. Kenapa jadi kamu yang terganggu," balas May santai.

Erni mati gaya. Hanya terdengar suara dumelannya yang tak jelas. May diam diam tertawa.

Ah, May jadi tak sabar melihat wajah wajah warga kampung yang julid pada Ardi macam Erni ini. Mereka pasti syok saat mengetahui kebenaran bahwa Ardi merupakan anak kandung Pak Ridwan. Orang paling kaya di kampung ini.

May yakin mereka juga masih akan bergosip. Namun, bukan Ardi lagi yang menjadi bahan gosip mereka, melainkan dirinya. May tak peduli. Sebab, Anwar pernah berkata bahwa sebaik - baiknya manusia, pasti masih terlihat buruk di mata orang lain.

Selimut  Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang