🌸|Mohon Beri Vote|🌸
May mengeryit, ia merasakan tidurnya terganggu saat sesuatu menduduki perutnya. Membuka mata, May menemukan seraut wajah polos dengan senyum lucu yang memperlihatkan gigi putihnya.
Gadis kecil dengan kuncir dua itu seakan tak berdosa telah membuat tantenya ini terbangun dari tidur cantiknya.
May berdecak. Demi Tuhan, ia baru tidur hampir jam dua pagi. Namun sekarang, monster kecil milik kakaknya ini sudah membangunkan ia dengan cara brutal.
"Ate! Bangun! Disuruh Nenek."
Emma, gadis kecil berusia empat tahun berwajah malaikat. Tetapi, percayalah ia lebih mirip setan kecil menurut May. Sebab, gadis kecil itu hobi sekali menjaili tantenya tersebut.
Dibanding sebagai tante dan keponakan, mereka berdua lebih mirip tom and jerry yang tak pernah akur. Namun, akan saling mencari bila berjauhan. Itulah cara mereka menunjukkan rasa sayangnya.
May menggerutu. Ia mengangkat tubuh mungil Emma dari atas perutnya dan meletakkannya di atas kasur sampingnya. Kemudian, ia mengambil jilbab instan yang berada di dekatnya.
May harus segera bangun jika tak ingin Emma terus mengganggunya. Emma tak akan berhenti sebelum May menuruti keinginannya.
Berjalan keluar kamar ke arah dapur sambil menggandeng Emma, May menemukan ibunya yang sedang memasak sayur serta kakak iparnya yang menggulek sambal.
"Sudah bangun, May?" sapa Ismi lembut. Kakak iparnya ini memang wanita yang lemah lembut dan anggun, membuat May iri saja.
"Memang siapa yang bangunin," balas May sambil cemberut.
Gadis itu berdiri disamping Ismi yang tertawa renyah. Memang tak akan ada yang bisa membangunkan si kebo May di rumah ini, selain si kecil Emma.
"Kalau ndak mau dibangunkan sama Emma, makanya jangan bangun siang," sahut ibu dari depan kompor tanpa mengalihkan fokusnya dari dalam panci yang sedang beliau aduk - aduk.
"Ih! Kan kemarin aku tidurnya malem, jadi ndak papa kali bangun kesiangan. Lagian aku kan lagi ndak salat, Bu."
"Meski ndak salat, tapi kamu harus bangun pagi - pagi kalau ndak mau tidurmu diganggu sama Emma," sela Ismi. Ia berjalan menuju rak untuk mengambil mangkok yang barusan ibu pinta untuk menaruh sayur.
Bukannya Ismi tak melarang Emma agar anaknya itu tak menganggu May, tapi Emma yang selalu penurut dengan ayah serta ibunya akan berubah menjadi anak pembangkang jika berhubungan dengan May.
Terkadang, Ismi merasa pusing dengan ulah mereka berdua. Usia May memang sudah sembilan belas tahun, tapi kelakuannya tak ada bedanya dengan Emma yang berusia empat tahun. Mungkin karena suaminya memperlakukan adik manjanya itu seperti anak kecil.
Contohnya sekarang saat semua sudah duduk di meja makan, lagi - lagi May dan Emma berbuat ulah dengan berebut ayam goreng. Padahal, ayam goreng masih banyak di piring, tapi May tak mau mengalah pada ponakannya itu.
"Sudah - sudah jangan ribut!" lerai ibu kesal.
"Sudah, May! Kamu ngalah sama Emma. Malu, kamu bukan anak kecil lagi." Ibu mengomel yang seketika membuat bibir May mengerucut.
Beginilah jika kakak laki - lakinya tak ada, May tak punya penolong dari omelan sang ibu.
"Kamu cepat makan, May. Terus mandi. Kamu kan harus ikut ibu bantu - bantu di rumahnya Budhe Parmi," sambung ibunya.
May semakin bete menginggat ia harus ikut ibunya pergi ke rumah Budhe Parmi untuk membantu persiapan acara pernikahan Erni.
Di kampungnya ini, bila ada hajatan, maka warganya akan bahu membahu membantu si pemilih acara. Tentu saja tanpa dibayar karena semua itu merupakan kerukunan antar tetangga.
![](https://img.wattpad.com/cover/239110261-288-k710877.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Selimut Cinta
General Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Ardi tahu hidupnya akan semakin sulit saat ia memutuskan pergi dari rumah. Namun, memilih tetap tinggal di rumah pun bukan keputusan yang benar menurutnya. Lalu, takdir mempertemukannya dengan Samayra. Gadis muda yang t...