Bagian 18

2.1K 206 2
                                    

🌸|Mohon Beri Vote|🌸

Tenda pengantin dengan dekorasi biru dan putih sudah terpasang megah di halaman rumah Pak Ridwan yang luas. Bahkan, kursi dan meja untuk tamu juga sudah tersusun rapi. Beberapa pekerja Pak Ridwan juga tampak hilir mudik menambah kesibukan persiapan resepsi pernikahan anak tuan tanah di kampung ini. Meski belum banyak warga yang mengetahui siapa gerangan anak dari Pak Ridwan.

Hanya aparat desa yang sudah diberi tahu oleh pihak Pak Ridwan bahwa beliau akan menikahkan anaknya yang tak lain menantu keluarga Anwar.

Ardi dan May sendiri yang sudah resmi menjadi suami istri sejak hari Kamis lalu, kini tengah berada disalah satu kamar yang sudah disiapkan Pak Ridwan untuk putra semata wayangnya. Kamar luas dengan kamar mandi di dalamnya yang membuat May terbengong - bengong saat pertama kali memasukinya.

Mereka sedang dirias oleh penata rias pengantin dari kota. Ardi sudah rapi dengan setelan jas berwarna biru navy. Sedangkan May mengenakan gaun pengantin dengan ujung gaun mengembang indah yang berwarna senada dengan setelan Ardi. Tak lupa hijab panjang yang menutupi kepalanya yang berhiaskan mahkota. May merasa layaknya seorang putri dengan gaun berat ini.

Ardi sendiri tak bisa menyembunyikan kekagumannya pada kecantikan sang istri. Kecantikan yang biasanya tertutupi, kini tampak begitu nyata. Ia jadi merasa enggan untuk memamerkan kecantikan istrinya pada orang lain.

"Mas Ardi, May cantik banget kayak putri," jerit May heboh yang mengundang tawa dari orang sekitarnya, termasuk sang suami.

"May kan memang seorang putri buat Mas Ardi," ucap Ardi yang mendapat sorakan dari penata rias dan beberapa asistennya. Sontak saja, ia gelagapan mendengarnya. Ternyata, gombalannya lupa tempat.

Muka May memerah malu. Ia tak menyangka suaminya itu bisa berbicara seperti itu di depan orang lain. Mengingat kata suami, May terkadang masih belum percaya bahwa Mas Ardi sudah menjadi suaminya. Ia merasa ini mimpi. Ia jadi tak ingin bangun dari mimpi indahnya ini.

"Sebentar lagi acaranya dimulai." Mbak Ismi yang tampak cantik dengan kebaya putih memasuki ruangan diikuti Emma.

Kebaya milik Mbak Ismi seragam dengan ibu dan si kecil Emma. Sementara Pak Ridwan, Mas Anwar serta Mas Zaki memakai jas hitam yang senada. Itu karena mereka keluarga inti yang harus berseragam. Begitu kata ayah mertua May yang terlihat bahagia dibalik wajah sanggarnya.

"Ate May, cantik sekali." Mata Emma berbinar - binar.

"Siapa dulu? Tante, May," ucapnya percaya diri membuat semua orang terkekeh mendengarnya.

Emma melengos. Kini tatapan matanya jatuh pada om tersayangnya. "Om Ardi!" teriaknya senang. Gadis kecil itu berlari dengan merentangkan tangannya yang disambut Ardi. Lelaki tampan itu langsung saja mengendongnya.

"Emma cantik sekali," puji Ardi seraya mencium pipi gembul gadis cilik itu. Keponakannya tampak mengemaskan dengan kebaya imutnya.

May mendengus. "Ih, May belum dipuji cantik, tapi sekarang malah puji Emma," keluhnya iri.

Ardi hanya nyengir. "Udah jangan cemberut! Nanti cantiknya ilang loh."

Mendengar perkataan Mbak Ismi, May buru - buru tersenyum. Ia tak ingin terlihat jelek di hari bersejarahnya.

May akan tampil bagaikan ratu yang lengkap dengan wajah penuh kebahagiaan. Ia tak akan mengecewakan ayah mertuanya. Apalagi, ayah sudah mengeluarkan biaya yang May tahu tak sedikit untuk pesta pernikahan anak yang baru ayah temukan.

Pintu kembali terbuka, menampilkan Zaki yang juga telah rapi dengan seragam keluarga. Wajahnya juga tak kalah bahagia, melihat seseorang yang ia anggap adik dan ia jaga dari jauh selama ini telah mendahuluinya menyempurnakan setengah agama.

Selimut  Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang