Bagian 8

2.1K 213 2
                                    

🌸|Mohon Beri Vote|🌸

May duduk melamun di meja makan. Ia sedang memikirkan Ardi. Maksudnya, ia masih bingung tentang kejadian sore itu di pinggir sungai. Ardi tak mengubrisnya setelah ia tahu perasaannya. Lelaki itu malah memaksa mengantarnya pulang.

May juga tak mengharapkan balasan cinta dari Ardi. Namun, Ardi yang diam sungguh membuat May bingung. Ardi bersikap seolah tak pernah terjadi apa pun di antara mereka.

Tetapi, hari ini saat Anwar baru pulang dari kebun, kakak May itu langsung memberitahu Ismi untuk memasak yang banyak. Katanya, Ardi akan ikut makan malam bersama mereka.

Tentu saja, semua anggota keluarga terkejut. Terlebih, bukan Anwar yang mengundang Ardi. Melainkan Ardi sendiri yang meminta ijin untuk datang ke sini. Anwar bilang, Ardi ingin berbicara sesuatu pada mereka.

May sendiri langsung panik. Ia takut Ardi datang ke rumah untuk menggadu pada ibu dan Anwar tentang perasaannya. Jika itu terjadi, pasti May sangat malu. Ia juga harus bersiap mendengar omelan ibu serta Anwar semalaman.

"May, ambil piring sana!" Suara ibu membuyarkan lamunan May. Ia lupa jika harus membantu ibu menata masakan yang dimasak oleh Ismi tadi di meja makan.

Setelah selesai membantu ibu, May pergi ke kamarnya untuk mengambil kerudung yang tadi ia lepas. Sebentar lagi, Ardi akan datang karena Anwar sudah pulang dari Musala. Anwar berkata, Ardi pulang ke rumahnya terlebih dulu. Lalu, lelaki itu akan pergi ke sini setelahnya.

Ketukan pintu diiringi suara seseorang mengucap salam terdengar dari dalam rumah. Anwar bergegas ke depan untuk membuka pintu. Lelaki itu kembali masuk ke dalam rumah bersama sosok tinggi besar yang tak lain adalah Ardi.

Mereka makan malam dengan nikmat tanpa ada satu orang pun yang bersuara. Bahkan, May yang biasanya bercanda dengan Emma, malam ini tampak anteng.

Mereka semua duduk di ruang tamu setelah May, Ismi serta ibu membereskan bekas makan mereka. Sedangkan, Ardi dan Anwar mengobrol ringan.

Ardi menghela napas. Sebenarnya, tadi ia memilih pulang terlebih dulu dari Musala karena Ardi ingin menyiapkan dirinya. Namun, kesiapan itu tak benar - benar ia dapatkan.

Ia sudah menunggu selama seminggu untuk memberanikan diri sejak pembicaraannya bersama May di pinggir sungai sore itu. Tetapi, baru tadi siang ia memiliki keberanian meminta ijin pada Anwar untuk datang ke rumahnya.

"Sebelumnya saya minta maaf pada Mas Anwar sekeluarga jika saya lancang."

Semua terdiam mendengarkan Ardi. Terlihat bingung. Sementara Ardi terlihat gugup.

"Kedatangan saya ke sini malam ini untuk melamar May menjadi istri saya."

Keluarga Anwar tersentak kaget. Mereka tak menyangka kedatangan Ardi kali ini untuk sesuatu yang serius. Sedangkan, Anwar tak sekaget mereka karena ia sudah mencium perasaan Ardi pada May jauh - jauh hari. Anwar hanya tak mengira bahwa malam ini Ardi akan mengungkapkannya.

Sementara May mengangga saking kagetnya. Ia tak percaya Ardi akan melamarnya. Bahkan dalam khayalannya sekalipun. Namun, sekarang, Ardi, pemuda tampan itu melamarnya. Sungguh, apakah ini hanya mimpi?

"Ate May tutup mulutnya, nanti di masukin nyamuk lho," celetuk polos Emma menghilangkan suasana tegang dan canggung di antara mereka.

May melirik Ardi yang tersenyum. Lalu, ia melirik Emma sebal. Namun, Emma malah terlihat tak berdosa sama sekali setelah mempermalukan Tantenya.

"Kenapa Nak Ardi memilih May untuk menjadi istri?" tanya ibu serius.

Ibu tahu Lia serta beberapa gadis di sini menyukai, bahkan mengejar - ngejar Ardi. Lalu, mengapa lelaki itu justru memilih putrinya yang serba kekurangan ini?

Selimut  Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang