Bagian 4

2.6K 226 1
                                    

🌸|Mohon Beri Vote|🌸

Sudah tiga hari Ardi resmi tinggal di rumah ini. Rumah peninggalan Nenek Anwar. Ia hanya tinggal cuma - cuma di sini. Lelaki itu dilarang mengontrak rumah ini oleh keluarga Anwar.

Awalnya, ia memaksa tetap akan membayar biaya perbulan rumah ini. Namun, ibu malah melarangnya dengan keras. Sungguh, Ardi sungkan sekali dengan keluarga Anwar. Mereka sangat baik pada Ardi yang hanya orang asing.

Keluarga Anwar hidup sederhana, tapi terlihat bahagia. Berbeda sekali dengan keluarganya yang kaya, tapi tak ada kasih sayang untuknya.

Iya. Ardi memang masih memiliki keluarga. Lelaki itu berbohong pada Anwar. Bukan apa - apa, ia hanya tak siap menceritakan kisah hidupnya yang pahit pada orang lain.

Sejujurnya, Ardi merasa tak enak membohongi Anwar serta keluarga lelaki itu. Mereka sudah begitu baik padanya. Padahal, keluarganya sendiri tak sebaik mereka.

Ardi besar di panti asuhan. Lelaki tampan itu kita ia sudah tak memiliki keluarga lagi. Namun, saat usianya dua belas tahun, seorang pria yang mengaku ayahnya menjemputnya dengan mengendarai mobil mewah.

Ayah tiri lebih tepatnya. Beliau membawa Ardi ke rumah mewah yang sempat Ardi kira istana. Ayah sangat baik serta sangat menyayanginya. Namun, istri dan anaknya tak sebaik beliau.

Istri beliau yang juga ibu kandung Ardi tak suka melihat suaminya mengajak Ardi tinggal bersama mereka. Ibu kandung Ardi itu membencinya.

Ardi merupakan anak yang tak diinginkan sang ibu. Ia anak dari lelaki yang dibenci oleh ibu. Lelaki yang sudah menghancurkan masa muda ibunya. Lelaki yang bahkan Ardi tak tahu rupannya.

Itulah alasan ibu membencinya. Sehingga beliau tega meninggalkannya disalah satu panti asuhan. Alasan yang Ardi tahu tak lama ini. Alasan yang juga membuatnya merasa hidup sendiri ditengah keluarga baru ibunya.

Sedangkan adik laki - laki Ardi juga sama seperti ibu. Adik tirinya itu tak menyukai Ardi karena kasih sayang ayahnya yang terbagi antara ia dan kakak lelakinya.

Ardi hanya masa lalu ibu yang tak seharusnya berada di masa depan ibu yang cerah. Itulah salah satu dari banyaknya kalimat menyakitkan yang pernah ibu ucapkan padanya.

Suara pintu yang diketuk serta suara cempreng yang terdengar mengucap salam, membawa Ardi kembali dari lamunan tentang masa lalunya.

Ardi bergegas keluar kamar. Kakinya juga telah sembuh. Mulai besok ia sudah bisa bekerja bersama Anwar di sawah. Tadi malam saat Anwar datang untuk melihat kondisinya, lelaki itu berkata bahwa besok Anwar akan mengajarinya sebelum benar - benar bekerja.

Membuka pintu depan, Ardi menemukan tubuh subur adik Anwar yang membawa rantang. Ia tahu pasti makanan itu dari ibu. Tiga hari ini, ibu memang mengirimkan makanan dari rumah beliau. Jika biasanya Anwar yang mengirimnya, maka kali ini ia melihat May yang datang.

"May antar makanan dari ibu, Mas."

Ardi mengambil rantang yang disodorkan May sambil bergumam terima kasih. Lelaki tampan itu membawa rantang ke meja makan. Ia mengambil piring dari rak yang berada di dapur. Memindahkan isi rantang ke dalam piring dan menaruhnya di atas meja. Lalu, Ardi berjalan keluar dengan membawa rantang kosong yang telah ia cuci.

Ardi menghampiri dan ikut duduk di samping May. Gadis itu duduk di kursi kayu di teras. Meski duduk bersampingan, tapi mereka dipisahkan oleh meja yang berada di tengah.

Ini di kampung. Di sini tak boleh berdua di tempat tertutup. Jika ada tamu yang berlawanan jenis dengan si pemilik rumah dan tak ada orang lain lagi di rumah itu, maka mereka hanya boleh bertamu sampai teras. Jika sampai masuk ke dalam, pasti gosip akan langsung terdengar di seluruh penjuru kampung.

Selimut  Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang