Bagian 22

2K 169 2
                                    

🌸|Mohon Beri Vote|🌸

May berlarian di sepanjang garis pantai. Ia sangat senang saat kakinya berada di atas pasir pantai yang hangat terkena sinar matahari. Sudah lama sekali May tak merasakan semilir angin pantai yang berbaur dengan air yang terasa menyegarkan.

Berhenti dari acara larinya, May heran melihat beberapa wanita berbisik - bisik dengan wajah merah merona saat tatapan mata mereka beralih ke arah belakangnya. Selalu saja seperti itu saat ia lewat di depan mereka.

May sendiri jadi penasaran. Hal apakah yang membuat mereka kesenangan seperti itu? Awalnya, May tak peduli, tapi lama kelamaan ia mulai risih juga.

Memilih untuk menengok ke belakangnya. May mendesah panjang. Pantas saja gadis - gadis itu kesenangan. Sebab, ada pemandangan bagus yang sayang sekali untuk dilewatkan di belakang tubuhnya.

Suaminya, Ardi, sedang berjalan mengikutinya dengan gaya yang menurut May sendiri luar biasa keren. Bak seorang model, Ardi seakan berjalan di atas catwalk, alih - alih di pantai dengan cuaca yang lumayan terik ini.

Ardi berjalan dengan santai dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana jeans pendeknya. Celana yang dipadukan dengan atasan kaos putih yang tampak terang dikulit kecoklatannya. Benar. Ardi memang tak seputih awal kedatangan lelaki itu di kampung, akibat sudah terlalu sering ikut Anwar bekerja di sawah serta kebun.

Ditambah sekarang lelaki itu memakai kacamata hitam yang bertengger manis di hidung mancungnya. Hidung hasil turunan dari Pak Ridwan. Suami May itu tampak mempesona dan semakin tampan.

May jadi kesal sendiri. Ia tak akan bisa menikmati liburannya jika kumpulan wanita itu tetap mengosipkan suaminya terus - menerus. Ayolah, apa mereka buta sampai tak melihat May yang Segede ini? Ia memang meninggalkan Ardi untuk berlarian, tapi kan lelaki itu tetap setia mengekori setiap langkah kakinya.

Seharusnya mereka tahu jika lelaki yang mereka pandangi itu datang ke sini bersamanya. Apakah mereka tak berpikir bahwa May ini istrinya yang dapat mengamuk saat suaminya mereka bicarakan seintens itu?

Melihat ke arah tubuhnya, ia pikir tak ada yang salah dengan pakaiannya. May mengunakan celana bahan hitam serta atasan blouse berwarna coklat yang senada dengan warna hijabnya. Masih cocok jika bersanding dengan Ardi sebagai istri.

"Kenapa berhenti, May?" tanya Ardi heran.

Tadi istrinya itu sedang asyik sendiri berlarian ke sana ke mari. Namun, mendadak perempuan itu berhenti dengan wajah yang ditekuk.

"Ada yang salah? Kenapa lihat Mas kayak gitu?" sambungnya. Ia kan jadi takut ditatap May semengerikan itu. Takut jika ia berbuat salah hingga mood istrinya tersebut berubah.

"Mas kok pakai kacamata?" alih - alih menjawab, May malah memberi pertanyaan yang menurut Ardi tak nyambung.

"Oh ini. Di kasih Mas Zaki, katanya biar keren. Mas udah keren belum?" ucap sang suami dengan senyum yang lebar.

"Kayak tukang pijet," ceplos May kesal.

Ardi melongo. Lalu, lelaki itu melengos sebal. Istrinya itu jika kesal pasti mengeluarkan kata - kata yang menyebalkan. Ardi tahu sekarang perempuan itu sedang kesal. Entah karena apa lagi?

"Kok May dicuekin sih, Mas," rajuk May.

Ia cemberut melihat Ardi yang beralih memandang hamparan air berwarna biru di depannya. Suaminya itu memilih tak merespon ucapan May.

Ardi mendaratkan bokongnya ke atas pasir pantai. Duduk dengan kedua kaki yang diselonjorkan. "Duduk sini May, nggak capek apa? Dari tadi kamu lari - lari loh," pintanya dengan menepuk - nepuk pasir di sisinya.

Selimut  Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang