Gadis Baik

2K 613 53
                                    

"Kak Ema!" panggil Tiffany saat Daniel mengajaknya ke hotel tempat Ema menginap. Daniel tahu, menyembunyikan dari Tiffany hanya akan mengundang masalah, jadi ia coba bicara dengan baik-baik.

Syukur Fany gadis yang sangat pengertian, hal yang selalu Daniel kagumi darinya. Dia seperti sebatang melati, meski tumbuh diantara belukar dan rumput, ia selalu membagi wanginya dengan sekitar.

Kau melati putih dan bersih
Kau tumbuh di antara belukar berduri
Seakan tak peduli lagi
Meski dalam hidupmu kau hanya memberi

Kau tebar harum sebagai tanda
Cinta yang telah kau hayati
Di sepanjang waktu

Dian Pramana Poetra

-Kau Seputih Melati-

Fany terkejut bukan main. Benar apa yang diceritakan Daniel padanya. Tubuh Ema penuh memar. Bahkan saat Ema menunjukkan luka di punggung akibat pecutan sapu, Tiffany semakin miris.

"Kenapa gak kabur saja, Kak? Kenapa masih tahan di sana. Kakak pikir kakak gak punya teman? Kakak bisa cari aku, cari Daniel, kami bisa bantu." Mata Tiffany berkaca-kaca.

Daniel berangkat kerja hari ini. Jadilah Ema di sana bersama Tiffany. "Apa dari dulu dia sering begini?" tanya Fany.

"Awal menikah paling dia cuman mengatai, lalu hanya menampar. Sampai dia nikah lagi ketika kami pulang ke Indonesia dengan kenalannya. Dia semakin kasar dan puncaknya minggu lalu. Aku minta dia belikan Rio sepatu karena aku sedang tak enak badan, ia yang tak pernah pulang karena tinggal dengan istri sirihnya mendadak pulang dan marah memukuli aku juga Rio," cerita Ema.

Mata Tiffany melirik Rio yang sedang memilin taplak meja. Jelas sekali anak itu sangat trauma hingga saat Tiffany datang, ia sampai bersembunyi di balik sofa dan baru keluar melihat Daniel.

"Tega sekali laki-laki itu. Memukuli istri itu saja sudah biadab. Ini sampai memukuli anak. Aku pasti bantu kakak cari keadilan. Kakak harus pisah sama dia. Gak perlu takut, Fany bisa carikan kakak pekerjaan," saran Fany.

Ema menggeleng. "Keluarganya bukan orang biasa, Fan. Makanya dulu bapak keluar jadi ajudan papah Daniel dan pindah jadi ajudan mertuaku. Mereka pejabat eselon atas meski kini pensiun. Suamiku juga pejabat daerah."

Fany menggeleng. "Justru karena mereka pejabat, harusnya orang seperti itu dihempaskan dari jabatan. Jangankan pada rakyat, pada istri dan anak saja gak punya hati," tegas Tiffany. Ia dan Daniel kuliah di bidang hukum, Ema juga sebenarnya. Tentu Tiffany dan Daniel bisa mencari keadilan lebih mudah.

"Besok, temanku yang pengacara akan datang. Mereka akan bantu kakak melayangkam gugatan cerai. Pokoknya kakak harus pisah, demi Rio." Tiffany memegangi tangan Ema.

Tak ingin ayah Ema tahu, Tiffany mengizinkan Ema tinggal di apartemen miliknya. Tiffany beli itu untuk disewakan. Karena masih kosong, ia minta Ema mengisinya.

Kasus sidang Ema memang pelik. Meski sudah diputus dalam waktu satu bulan, tetap saja tujuannya bukan itu. Tiffany dan Daniel bersikeras melaporkan atas kasus kekerasan.

Laporan lembaga perlindungan anak dan wanita langsung diproses. Baiknya, papah Daniel ikut membantu. Posisi suami Ema langsung dimakzulkan di bulan berikutnya dan ditangkap tak lama meski sempat kabur ke luar kota.

Keluarga mantan suami Ema sempat melayangkan surat permohonan maaf, hanya baik Fany dan Daniel terus bertekad membuat suami Ema merasakan hasil perbuatannya di penjara.

"Rio, mau permen?" tanya Tiffany. Ia sering berkunjung ke apartemen. Sementara Ema mendapat pekerjaan di kantor milik Amelia, teman Fany.

"Mau, Tante!" timpal Rio dengan ceria. Keadaan psikologisnya semakin membaik meski jika ditanya apa mau bertemu dengan papahnya, Rio selalu menolak.

"Kamu sudah sampai mana persiapan dengan Daniel?" tanya Ema.

Tiffany cekikikan. "Aku sama dia sama-sama males. Kemarin pesan baju nikah, baru pesan saja sama bayar DP. Bagian mau diukur sampai sekarang janjian, kami belum juga ke sana," jawab Tiffany.

Ema terkekeh. "Ini gimana, sih pengantin malah malas-malasan. Harusnya gercep biar jauh sebelum hari H, bisa santai dulu. Jadi pas abis pesta itu gak capek banget," nasehat Ema.

Ia selalu memberikan wedjangan untuk Tiffany. "Dulu kakak bikin baju pengantin berapa bulan?" tanya Fany. Ema menikah dengan anak pejabat, tentu gaunnya juga eksklusif.

"Lupa," jawab Ema singkat diikuti senyuman yang mencurigakan. Begitulah Ema setiap Tiffany bertanya bagaimana ia sebelum menikah, selalu menjawab lupa. Awalnya Fany pikir karena trauma. Hanya semakin lama, ia semakin curiga. Ada sesuatu tentang itu.

🍁🍁🍁

Sepatu Tanpa Pasangan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang