Aku Pilih Jalan Yang Jauh Darimu

2.7K 747 65
                                    

Lagu Hari ini

🎶🎶 Akankah bisa🎶🎶
Penyanyi : Rossa
Tahun : 2004

☘️☘️☘️

Ribut terdengar siang itu di koridor kampus. Meskipun sudah resmi memiliki gelar sarjana di bidang hukum, kelompok ini masih rajin datang ke kampus negeri yang tahun 2017 nanti jurusan ini juga akan dipindahkan ke kampus utama di luar Kota Bandung.

Mereka sedang menyusun strategi jitu melanjutkan perjalan mengejar gelar ke luar negeri. Hebatnya, sebelum lulus mereka sudah ambil langkah duluan. Contoh Penelope yang sudah mendapat LOA ke London sebelum mendapat lembaga penyedia beasiswa.

Menjadi salah satu mahasiswa paling pintar, Tiffany tidak mau kalah. Awalnya ia tidak banyak pengharapan, cukup bisa S2 dengan biaya nol rupiah meski di dalam negeri tidak masalah. Namun saat semester 5 tiba-tiba ia ditawari les bahasa Prancis gratis. Hingga kini ia memegang sertifikat keahlian bahasa DELF level C1.

"Paris?" tanya Amelia yang tak lama dibalas anggukan oleh Tiffany. Tepukan tangan membahana. Kesulitan masuk ke universitas di Prancis adalah sertifikat bahasanya yang khusus, tidak cukup dengan IELTS.

"Kapan berangkat?" tanya Ope ikut penasaran.

Fany memainkan halaman buku catatannya, selembar demi selembar ia buka meski tiada yang ia baca di sana. "Juli ini sepertinya, aku harus les bahasa lagi di sana sampai C2. Kurang lebih 3 bulan," jawabnya. Ia masih merasa ini mimpi ketika bisa menembus beasiswa IFI dari pemerintah Prancis.

"Jadi kamu akhirnya menyerah mencari beasiswa ke New York?" Pertanyaan Lia kali ini berhasil membuka luka yang masih basah.

Tiffany menatap langit-langit koridor tak lama matanya berpaling ke dalam kelas melalui kaca jendela. Ada foto Pak Susilo Bambang Yudhoyono di sana bersanding dengan Pak Boediono. "Tidak, aku gak mau ke sana. Apa yang harus aku cari di sana sudah tiada," jawab Tiffany begitu tegas tapi tersirat kegelapan yang berisi kesedihan.

Mulut Lia setengah menutup. Ia menghela napas panjang. "Kamu ingin ke sana karena Dylano dan tak ingin ke sana juga karena Dylano."

Anggukan terlihat dari kepala Tiffany. Saat kemarin ia melihat pengumumam beasiswa dan menemukan namanya di salah satu universitas negeri di Paris, ia tahu jika Tuhan memang menjauhkannya dengan Dylano. Bahkan dalam sekali pengajuan, ia langsung diterima. Lain ketika memilih Amerika, sudah empat universitas yang menolaknya.

Diantara obrolan tiga wanita itu, terdengar suara Martin memotong. "Janjian sama Daniel, dong?" ledeknya. Mata Tiffany melesat ke arahnya memberikan bidikan tajam.

Karena kejadian di jalan waktu itu, dia selalu menjadi bulan-bulanan dijodohkan dengan Daniel Hanif. Bahkan saat acara wisuda, Tiffany dipaksa berfoto berdua saja dengan pria itu.

"Kenapa Daniel?" tanya Tiffany ketus.

Martin yang sedang berjongkok di lantai kontan berdiri dan menghampiri gadis itu. Senyumnya terlihat mengganggu Tiffany hingga ujung alis Tiffany tertarik ke tengah. "Dia juga keterima kuliah di sana. Mati-matian dia cari beasiswa ke sana," jelasnya.

"Gak tahu jodoh macam apa, Fan. Di fakultas kita angkatan ini cuman kalian berdua yang keterima di Sorbone," timpal Tom.

Tubuh Tiffany bergidik. "Kenapa harus Daniel?" Telapak tangannya menepuk jidat.

Lia mengusap punggung Fany. "Bagus donk! Kita bisa titip kamu sama dia. Kalau uang beasiswa gak cukup pinjam saja padanya. Anak itu duitnya banyak," saran Lia antara baik tapi juga menyesatkan.

"Bukan itu masalahnya," batin Tiffany.

☘️☘️☘️

Hari esok setelah Tiffany menerima undangan Dylano, ia berusaha untuk hidup normal seperti biasa. Hanya saja penerimaan dari lingkungan tidak begitu.

Siswa SMA Berbudi - almamater Tiffany saat SMA dulu lumayan banyak yang diterima di jurusan yang sama dengannya. Mereka banyak menebar gosip tentang Tiffany dan kekasihnya yang kaya raya. Jadilah tulisan cewek matre menempel di jidatnya. Sialnya mereka banyak bergosip lewat blackberry messenger atau whatsapp yang saat itu baru muncul. Tiffany yang masih memegang HP Nokia yang sudah berlayar warna saat itu belum menikmati kedua aplikasi itu. Harga BB apalagi hp galaksi tidak mampu ia lewati.

Alumni SMA Berbudi memang tidak suka dengan Tiffany. SMA itu termasuk SMA elite di mana kalangan orang-orang kaya terpandang yang sekolah di sana. Tiffany yang datang sebagai siswa beasiswa tentu bukan orang yang menurut mereka pas ada di lingkungan itu. Layaknya hukum rimba, mereka ingin melenyapkan Tiffany yang hanya titik debu kecil diantara bubuk berlian.

Namun keinginan mereka harus terhalang ketika Dylano, siswa yang paling mereka hormati juga takuti tiba-tiba memproklamasikan jika Tiffany adalah pacarnya. Mereka terpaksa harus menghormati Tiffany juga, bahkan setelah berada di universitas yang sama. Meski ada di New York, mereka pikir Dylano masih bisa membalas dendam jika mereka menyakiti Tiffany.

"Habisin saja, mumpung sekarang gak ada yang lindungi," ucap Mira yang juga satu kelas di universitas dengan Fany. Seperti ucapannya, mereka memang menaruh dendam.

Mira dan kawannya bangkit. Ia tarik kerah kemeja Tiffany ke sisi ruangan lalu mereka dorong gadis malang itu hingga membentur tembok. Syukur jidat Tiffany hanya lebam.

"Sekarang gak bisa berlagak lagi. Dasar kamu ini orang miskin!" Mira menoyor jidat Tiffany.

Ini hal yang paling Tiffany takuti jika Dylano tidak ada, ia akan kembali dirundung seperti saat kelas satu SMA dulu. "Berlagak seperti apa? Aku masih sama saja," timpal Tiffany. Sayangnya orang yang merundung tidak ingin ditimpali. Dijambaklah rambut gadis itu hingga ia berteriak kesakitan.

Sayangnya Mirna salah. Diantara orang-orang yang buta akan tahta seperti dirinya masih ada manusia waras yang memperlakukan semua orang sama. Daniel Hanif namanya. Pria jangkung itu tanpa sengaja mendengar keributan di dalam kelas, ia dapati gadis lemah yang baru ditinggal nikah sedang jadi sasaran amarah.

"Mira! Kalau berani lanjut lagi, aku laporin kamu ke bagian kemahasiswaan. Jangan bodoh, ada CCTV di sini!" ancam Daniel. Mira langsung berhenti. Ia berbalik sempat matanya menatap tajam ke arah Tiffany.

Hari itu dan esoknya setiap kali Tiffany dirundung lagi, secara ajaib Daniel selalu datang melindunginya. Mendadak banyak yang berpikir jika Daniel akan mengantikan posisi Dylano hingga membuat rumor jika Daniel dan Tiffany resmi pacaran.

"Gak enak aku. Padahal mereka tahu Daniel pacaran sama Kak Ema," protes Tiffany saat teman paduan suaranya menyarankan agar dia dan Daniel jadian saja.

"Emang mereka masih bareng? Katanya sudah putus." Redy - pemegang suara dua pria di grup itu ikut bergosip.

Tidak ada satu orang pun yang tahu tentang Ema yang sudah menikah. Daniel sangat pintar menutupinya. Ema juga menikah dengan tergesa-gesa hingga hanya keluarga yang terundang.

"Aku tahu gimana Daniel sama Kak Ema. Mereka itu saling cinta," tegas Tiffany. Ia meremas ujung kemejanya. "Melupakan Dylano itu tak semudah yang kalian pikir," batin Tiffany.

Tiffany tahu ia kecewa dan marah. Namun ada bagian hatinya yang diam-diam bersikap egois. Ingin ia memiliki Dylano kembali seperti dulu dengan jalan apapun asal rindu dalam hati terobati. Meski tahu itu mustahil. "Bagaimana cara menghapus nama Dylano di hati ini dan menulis nama pria lain?" Meski begitu tetap saja, kertas yang sudah tergores pena, meski dihapus tetap menimbulkan bekas.

Sepatu yang pasangannya hilang hanya memiliki dua pilihan, mencari pasangan baru atau dibuang ke tempat sampah. Pilihan satu bagi Tiffany sangat sulit. Karena mencari sepatu tanpa pasangan yang memiliki model dan nomor yang sama dengannya terdengar mustahil. Tiffany tak pernah mengenal apa itu cinta sebelum Dylano mengajarinya. Sayang, Dylano hanya mengajari Tiffany cara mencintai tidak dengan cara melupakan.

❄️❄️❄️

Sepatu Tanpa Pasangan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang