Makanan Kesukaan

2K 647 104
                                    

Bel berhenti berbunyi ketika Ema membuka daun pintunya. Wanita itu agak terkejut melihat Daniel ada di sana. Tak lama ekspresinya berubah menjadi senyuman.

"Tiffany ada di sini?" tanya Daniel sambil menengok ke dalam apartemen.

"Kemarin bilangnya mau ke sini, tapi belum datang juga. Mungkin nanti siang. Susul ke rumahnya saja." Tangan Ema memainkan pegangan pintu.

Rio yang mendengar suara Daniel lekas keluar dari kamar. "Oom Dani!" panggil anak itu. Kaki lincahnya berlari menuju Daniel. Begitu Rio ada di dekatnya, Daniel menggendong anak kecil itu ke pangkuan.

"Oom main sama Rio, ya?" pinta Rio sambil memeluk leher Daniel. Melihat wajah lucu yang diperlihatkan anak itu, Daniel tak kuasa menolak. Ia berjalan masuk ke dalam apartemen.

"Oom hari ini mau pergi kerja, lho. Minggu depan baru kembali lagi. Kita main sampai Tante Tiffany datang, ya?"

Rio mengangguk. Ia menunjuk wadah mainan yang tersimpan di atas meja tamu. Hendak duduk di sofa ruangan bertembok putih itu, Daniel merona akibat perutnya tiba-tiba berbunyi.

Baik Rio dan Ema tertawa. "Kamu lapar, Dan?" tanya Ema. Nyengir sebentar, Daniel terpaksa mengangguk. "Aku baru selesai masak, lho. Kamu bukannya suka kari ayam dan lontong?"

Wajah Daniel berbinar mendengarnya. Itu sarapan wajib yang selalu ia cari jika ngidamnya mulai datang. "Boleh."

Ema pergi ke dapur untuk menyiapkan kari ayam beserta lontong dalam mangkuk. Selesai dengan semua itu, ia membawanya menuju ruang tamu.

Melihat wajah Daniel yang tampak tak sabaran membuat Ema tersenyum. Tangan Daniel bahkan langsung memegang sendok dan matanya ikut mengikuti ke arah kari ayamnya bergerak.

"Makan dulu. Biar Rio main sendiri dulu." Ema berpindah ke sofa yang berhadapan dengan Daniel. Matanya berbinar melihat Daniel makan dengan lahap. "Eh, aku lupa. Ada kerupuk emping juga. Tunggu!"

Dari posisi duduk, Ema lekas berdiri dan kembali ke dapur untuk membawa toples kerupuknya. Saat kembali ke ruang tamu, ia terkejut melihat Daniel ternyata menunggu Ema datang.

"Kamu itu nggak berubah, ya. Makan kari ayam sama emping sudah kayak nemu harta karun saja," komentar Ema.

Tawa Daniel terdengar beberapa detik. "Apalagi kamu yang buat. Sudah nggak perlu diragukan lagi keenakannya. Aku suka," pujinya.

Ema memegang dadanya yang berdegup. Sedang Daniel mematung beberapa saat lalu menatap wanita yang kini duduk berhadapan dengannya. "Kamu pintar masak kari ayam," ralat Daniel.

Hanya anggukan yang diberikan Ema untuk menimpali. Jika saja suara bel tak berbunyi, keadaan kaku diantara mereka tidak akan menghilang. Lantas Ema kembali berdiri dan berlari ke pintu.

"Fany?"

"Hai, Kak. Maaf terlambat, aku tadi kena macet." Tiffany langsung masuk ke dalam apartemen. Melihat Daniel ada di ruang tamu, ia cukup terkejut. "Kamu di sini?"

Daniel mendongak. "Habis kamu bilang mau ke sini. Jadi aku ke sini saja sekalian. Aku mau ngasih kamu sesuatu sebelum pergi dinas luar," jelas Daniel.

Ia menarik tas kertas yang ia bawa dari rumah dan memberikannya pada Tiffany. "Kamu minta aku belikan sepatu untuk di acara pernikahan kita, kan?"

Tiffany menerimanya. Ia mengintip ke dalam tas kertas itu dan menemukan sebuah kotak dengan merk ternama. "Hanya ini?"

Daniel mengangguk. "Aku mau ke KL selama seminggu. Sekalian aku pamit, tapi habiskan ini dulu. Ini enak," jawabnya.

Daniel terlihat begitu lahap memakan kari ayam di mangkuk hingga benar-benar habis dan kuahnya tak tersisa. Sedang Tiffany masih berdiri memeluk tas kertas dari Daniel.

"Kak Ema yang masak?" tanya Tiffany.

Ema yang sudah duduk di tempat semula mengangguk. "Rio suka makan lontong kari ayam. Kebetulan juga Daniel suka makanan yang sama," jelas Ema.

Daniel mengusap rambut Rio. "Wah kita sama!" serunya langsung tos dengan kecil itu.

Tiffany mengangguk. Ia duduk di sofa samping Daniel. Matanya sesekali menatap calon suaminya juga Ema bergantian.

"Rio juga suka pecel, lho!" tambah Rio.

"Oom juga!" timpal Daniel. Baik Ema, Rio juga Daniel tertawa. Hanya Tiffany yang tidak.

Pernah merasakan ada di satu tempat, tapi dimensi berbeda? Itulah Tiffany kini melihat Daniel, Ema dan Rio. "Kupikir kamu suka soto Bandung buatanku," batin Tiffany.

🍁🍁🍁

Sepatu Tanpa Pasangan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang