"Mengerikan sekali berita di televisi belakangan ini," komentar Madame Berenice ketika melihat berita di televisi yang sedang hangatnya. Sejak September tahun lalu, beberapa wanita di Marseille menjadi korban pemerkosaan. Pelakunya belum ditemukan. Bahkan rangkain tes DNA yang dilakukan polisi tak banyak membantu. DNA yang polisi temukan ternyata milik sepasang kembar identik. Keduanya ditangkap, tapi sama-sama membantah tuduhan itu.
Fany sedang mengatur roti ke dalam etalase. Harusnya ia sudah berganti shift. "Madame belum pulang?" tanya Fany. Biasanya wanita tua itu sudah meninggalkan toko sejak pukul tujuh malam.
Memasuki semester dua kuliah masternya, Fany menutuskan mencari pekerjaan. Syukur jadwal kuliahnya tak terlalu padat. Patheon Sorbone memberikan waktu kuliah hanya empat jam perhari semester ini. Sisa waktunya sangat berharga untuk dihabiskan hanya rebahan di apartemen. Biaya hidup semakin mahal dan uang beasiswa hampir tak bisa memenuhi lagi.
Laurace memberikan saran agar Fany memanfaatkan hak 946 jam per tahun untuk bekerja. Akhirnya Fany meminta bantuan Laurace mencari pekerjaan paruh waktu. Syukur, sebuah toko roti dekat sungai Seine memberikan kontrak CDI, Fany bisa bekerja sampai kapan pun meski sudah lulus kuliah secara legal.
"Aku khawatir dengan kamu, Tiffany. Sudah malam," timpalnya. Ia menjadi khawatir sendiri karena berita di televisi.
"Marseille sangat jauh dari sini, Madame."
Madame Berenice menghela napas. Ia melihat pemandangan di luar jendela etalase toko yang berbentuk persegi. Bingkainya berwarna hitam. Jalanan besar yang bersih masih licin untuk dilalui. Lampu vintage hitam memancarkan cahaya kekuningan.
Pintu kaca tiba-tiba terbuka. Fany dan Madame Berenice melirik ke arah pintu karena suara loncengnya. Laurace muncul dari sana. Ia tersenyum dengan pipi memerah, mungkin karena cuaca. "Maaf aku terlambat, Madame. Tadi orang tuaku menelpon cukup lama." Laurace lekas berjalan menuju meja kasir. Ia meminta celemek yang Tiffany kenakan. Lekas Fany melepas tali celemek di belakang punggung lalu memberikannya pada Laurace.
"Aku langsung pulang, ya?" pamit Fany. Laurace mengangguk. Baru selangkah melewati meja kasir, ponselnya berdering. Fany merogoh saku celananya. Telpon dari Daniel setelah berbulan-bulan mereka tidak saling bicara. Sambil berkacak pinggang Fany menjadi lenguh lesu. Sejak kejadian di kampus beberapa bulan lalu, ia malas berhubungan lagi dengan Daniel.
"Angkat Fany," saran Laurace yang sengaja melirik layar ponsel segi Panjang Fany dan memiliki tombol.
Fany menutup mata beberapa detik. Hidungnya kembang kempis lalu setelah mata kembali terbuka, ia menerima panggilan. "Ada apa?" ketusnya suara Tiffany melebihi kerasnya batu karang di lautan.
"Fany, hidup yang baik, ya. Lupakan pria itu. Jangan mengharapkannya lagi. Banyak pria yang bisa mencintaimu sepenuh hati." Daniel langsung mengeluarkan untaian katanya. Apa yang ia ucapkan membuat hati Tiffany merasa tidak tenang. Suara Daniel begitu serak dan lirih seakan menunjukkan ia tidak baik-baik saja.
"Kamu di mana?" Fany mengusap-ngusapkan jari kirinya sementara tangan kanan memegang ponsel.
"Aku mau mati Tiffany. Sepertinya aku sudah kalah dengan takdir. Maafkan aku," ucapnya.
Tiffany tahu, Daniel sangat suka bercanda. Kali ini lain, getaran suara bass pria itu menyimbolkan jika ada yang tidak beres dengannya. "Terserah, pokoknya kamu kasih tahu dulu kamu di mana. Biar kalau jadi mati, aku bisa menemukan bangkaimu." Mungkin terdengar sadis, Tiffany hanya bermaksud memancingnya. Setidaknya ia bisa menyusul Daniel ke tempat itu, semoga.
"Seine," jawab Daniel sambil terisak.
Tiffany langsung mematikan ponsel. Sungai itu memiliki panjang 775 KM, tidak mungkin bagi Tiffany menemukan Daniel dalam waktu cepat. Setidaknya, ia pernah bunuh diri. Untuk itu Daniel pasti akan mencari bagian sungai yang paling sepi dan tempat sepi itu pasti tidak jauh dari tempat dia sering nongkrong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepatu Tanpa Pasangan (TAMAT)
RomancePercuma aku mengejar matahari. Dia saja turut kemana aku pergi. Jika malam aku tidur, ia hilang. Begitulah Dylano. Tidak seperti kamu. Tidak jelas adanya kenapa. Perginya juga kenapa. 🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁 Daniel dan Tiffany ditinggal menika...