Semua orang mungkin sedang tergila-gila karena ketampanan dan kesuksesan seorang Julien Doré, Tiffany juga. Namun, tak ada yang menggantikan posisi lagu Bonne idée yang dinyanyikan Jean-Jacques Goldman dalam peringkat pertama playlist mp3-nya.
Lagu merupakan gubahan seni nada yang mempunyai irama. Ia tercipta dari rasa, mengandung cinta akan apa yang dicipta oleh seorang manusia sehingga merasuk dalam jiwa juga raga. Ketika lagu itu terasa dalam kehidupan nyata, ia menjadi obat bagi derita.
Bonne idée, lagu dengan suara petikan gitar akustik yang mendominasi. Meskipun telah dirilis tahun 1997 lalu - tujuh tahun setelah Fany lahir ke dunia - kini lagu itu menjadi penyemangatnya. Lagu yang berisi tentang kata-kata penyemangat menghadapi awal tahun dan memberi harapan akan kehidupan lebih baik. Setiap mendengarnya Fany merasa hidupnya kembali baru dan keinginannya untuk keluar dari zona Dylano semakin kuat.
Kursi coklat di lorong yang menghadap ke lapangan besar di tengah bangunan menjadi tempat Fany bersantai setelah melewati travaux dirigés yang menguras pikiran. Lukisan cantik tentang pasukan yang menunggangi kuda-kuda coklat gagah tergurat cantik pada dinding di belakang Tiffany. Ia melihat lurus ke lapangan meski terhalang tiang-tiang besar dan tinggi dengan ukiran cantik di ujung atas dan bawahnya. Bukan manusia yang saat itu sedang memenuhi lapangan mencari sinar matahari, melainkan kubah patheon selalu menjadi objek yang menarik perhatiannya. Kubah yang mengingatkan pada negara yang ia tinggalkan selama sembilan bulan ini.
"Lihat kubah itu lagi?" Laurace muncul dari arah pintu keluar coklat dengan kaca di kedua daun pintunya dan bagian atas yang melengkung. Ia hanya setengah dari tinggi pintu itu.
Fany berpaling. Kini Laurace ada di sampingnya. "Untuk subjek ini kelihatannya kita mendapatkan dosen yang sama." Fany menunjuk jadwal kuliah yang sudah ia susun cantik di dalam binder.
"Aku akan pergi ke sana juga. ETC-nya lebih sedikit, jadi waktunya bisa lebih pendek untuk hari ini."
Fany mengangguk. Ia bangkit sambil menggendong tas abu-abu menyeberangi halaman dengan paving sebagai alas. Memasuki pintu masuk, lorong tinggi menanti mereka dengan cahaya lampu kuning yang menyala meski siang hari karena cahaya matahari tak bisa masuk hingga ke dalam. Keduanya berpapasan dengan mahasiswa lain yang sama sibuknya.
Jangan pernah membayangkan sebuah kelas yang berisi 30-40 orang di dalamnya. Kelas Fany dan Laurace adalah sebuah hall besar dengan kursi-kursi dirangkai membentuk setengah lingkaran dan menghadap ke sebuah layar besar tempat dosen atau asistennya memberikan teori dasar dari subjek kuliah. Bukan hanya satu atau dua kursi, tetapi ratusan.
Di sini adalah saat-saat kuliah penuh dengan ujian kejujuran karena hampir sulit diawasi oleh dosen secara langsung. Hanya ada tiga patung manusia di sisi kanan, kiri dan tengah yang menatap langsung ke arah mahasiswa seakan menjadi saksi jika mahasiswa melewati waktu kuliah dengan tertidur. Posisinya berada di atas persis seperti kamera pengintai.
Profesor mulai menerangkan subjek hari ini. Fany selalu membawa lembar HVS sebagai tempat mencatat agar tak ketinggalan materi. Setelah selesai, ia akan tulis kembali ke dalam buku catatan agar lebih rapi. Di atas ada atap kaca, tapi cahaya matahari hanya tertahan di sana dan jatuh di tengah tanpa berkuasa menyinari sedikit saja kursi para mahasiswa.
"Fany, Daniel itu!" tunjuk Laurace pada seorang pria yang duduk tak jauh dari mereka. Profesor sedang menjawab pertanyaan seorang mahasiswa, Fany bisa sedikit berpaling pada tempat yang Laurace tunjuk.
"Benar, Daniel," bisik Fany takut terdengar hingga ke telinga dosennya. Pria itu duduk sambil melipat tangan di depan dada. Sekilas terlihat sedang memperhatikan, tapi jika ruangan ini tidak gelap, jelas ia sedang tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepatu Tanpa Pasangan (TAMAT)
RomancePercuma aku mengejar matahari. Dia saja turut kemana aku pergi. Jika malam aku tidur, ia hilang. Begitulah Dylano. Tidak seperti kamu. Tidak jelas adanya kenapa. Perginya juga kenapa. 🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁 Daniel dan Tiffany ditinggal menika...